All Chapters of Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga: Chapter 81 - Chapter 90
114 Chapters
Rahma diculik lagi
"Kenapa berhenti, Pak Yadi" kata Rahma terkejut, ketika tiba-tiba supirnya menghentikan mobil secara mendadak."Bu ... itu, Bu. Sepertinya kita dihadang lagi!" pekik Pak Yadi cemas, dia segera memutar balik, namun arus lalu lintas yang padat membuat mobilnya sulit bergerak.Rahma cemas bukan main, setelah melihat segerombolan pria menuju ke arah mobilnya, diantara pria itu ada beberapa yang dikenalinya, mereka yang menculiknya karena suruhan Fauzan. "Kunci rapat-rapat mobilnya, Pak. Kita jangan keluar apapun yang terjadi!" pekik Rahma.Segera diambil ponsel dalam tas, dihubungi nomor suaminya. Namun lelaki itu tidak juga mengangkatnya, sampai panggilan ke tiga baru Bastian mengangkatnya."Halo, Sayang?" jawab Bastian."Mas ... tolong aku, Mas!!" teriak Rahma."Sayang, apa yang terjadi?" tanya Bastian panik."Buka! Buka!!!" terdengar
Read more
Tragedi Berdarah
"Rahmaaa!!!" Bastian memanggil sekali lagi."Maaasss!!!" sahut Rahma sekuat mungkin."Maassss, aku di sini, Maaaasss!!!" pekik Rahma senang, suaminya memang selalu bertindak menjadi seorang Hero untukknya.Bastian berlari menaiki tangga menuju sumber suara, suara Rahma cukup jelas didengarnya."Rahma!!!"Bastian memekik setelah melihat Rahma duduk di kursi dalam keadaan terikat, dia segera berlari menghampiri istrinya dan melepaskan semua tali yang mengikat tangan istrinya."Bagaimana, Sayang? Mana yang terluka?" tanya Bastian cemas, setelah tali terlepas, diperiksanya seluruh tubuh istrinya, Rahma segera memeluk suaminya."Aku nggak apa-apa, Mas. Hanya tanganku yang diikat tali saja yang lebam," kata Rahma dalam pelukan Bastian."Ck ... ck ... benar-benar adegan romantis," sebuah suara membuat keduanya terkejut dan menoleh ke asal suara.Terlihat lima pria dengan badan kekar tengah menghadang jalan keluar, salah seorang
Read more
Alif diculik
Rahma sangat panik mengantar  Bastian ke ruang operasi. Luka di kepala Bastian tidak bisa dianggap remeh, Dokter segera melakukan tindakan. Menunggu Bastian dioperasi membuatnya seperti orang linglung, masih membekas diingatan bagaimana lelaki yang dicintainya itu tersungkur bersimbah darah, jeritannya masih terngiang-ngiang di telinga. Tanpa sadar Rahma menutup telinga dengan kedua tangannya, kedua tangan yang juga terkena darah lelaki itu bergetar hebat. Dia segera bangkit dari tempat duduk, berjalan mondar-mandir tidak karuan. Romi yang melihat itu segera menghampirinya."Sabar, Rahma. Bastian itu lelaki yang kuat, dia pasti baik-baik saja," kata Romi menenangkan Rahma, wanita itu hanya menatapnya sekilas."Duduklah agar kau lebih tenang," lanjutnya lagi."Bagaimana aku bisa tenang, Bang? Suamiku kepalanya bocor, yang terluka itu kepalanya. Kepala itu organ vital," katanya menatap Romi dengan pandangan yang menyedihkan, tak terasa air mata t
Read more
Akan kubuat kau menyesal!
"Bagaimana, Dok? Operasinya lancar?" tanya Bunda Asti yang langsung datang ketika Romi mengabari. Rahma yang berdiri di samping Bunda Asti juga harap-harap cemas menatap dokter bedah yang baru saja keluar dari ruang operasi."Luka di kepalanya sudah saya operasi, kita lihat bagaimana kondisi pasien setelah sadar ya, Bu. Mudah-mudahan Pak Bastian baik-baik saja, sekarang boleh masuk ruang perawatan," kata Dokter itu dengan ramah."Sebaiknya kau pulang, Rahma. Bersihkan badanmu dulu, setelah itu baru ke sini lagi. Nanti kalau Bastian siuman Bunda kabari," kata Bunda Asti.Rahma segera melihat penampilannya yang kini acak-acakan. Benar kata Bunda, dia harus membersihkan diri. Dia tidak mau jika suaminya siuman, dia berpenampilan seperti ini. Rahmapun segera pamit pada Bunda, dia berjalan gontai mencari keberadaan Yadi. Dari tadi dia tidak melihat Yadi dan Romi, setelah mencari beberapa menit, dia melihat Yadi tengah mengobrol dengan Romi di ujung loron
Read more
Mengambil alih perusahaan
Setelah Yadi datang dengan semua keperluannya, Rahma segera mandi di kamar perawatan Bastian. Suaminya itu belum juga sadar. Sedangkan Alif selesai operasi dibawa ke ruang ICU, luka kecelakaan anak itu cukup parah, sehingga dia perlu perawatan yang intensif. Setelah penampilannya bersih, Rahma segera salat ashar, terpaksa dijamak dengan zuhur, karena kondisi pakaiannya yang banyak terkena noda darah, bahkan ada juga najis yang lainnya. Lama dia terpekur melantunkan zikir dan doa demi kesembuhan suami dan anaknya.Setelah salat, dia beringsut melihat keadaan Alif di ruang ICU. Bunda Asti yang menyuruhnya makan dari tadi belum digubrisnya, rasanya dia tidak selera untuk makan. Romi masih setia menunggui saudaranya, segala administrasi rumah sakit telah dia urus. Tinggal biaya perawatan Bastian dan Alif yang belum dibayar, biaya operasi sudah dibayarnya.Bunda Asti yang badannya masih kurang sehat terpaksa pulang diantar Yadi. Romi juga tidak rela jika ibunya nanti bertam
Read more
Bertemu Fauzan di kantor polisi
Hari ini Rahma melaporkan Uwais Husen secara resmi ke kantor polisi dengan tuduhan penggelapan dana dan korupsi. Dia didampingi Pak Iyan sebagai pengacara, Adam dan Romi serta empat orang pengawal pribadinya. Sebelumnya mereka ke tempat agen Bodyguard menyewa lima belas orang untuk satu tahun. Tiga orang menjaga rumah; delapan orang menjaga Alif dan Bastian di rumah sakit dan empat orang akan selalu menjaga Rahma.Rahma menyerahkan semua bukti ke AKBP Sultan, dia berjanji akan menindak secepatnya menangkap Uwais. Setelah membuat laporan, Rahma menyempatkan mengunjungi Fauzan di ruang tahanan. Sedangkan Santi dibebaskan karena kurangnya bukti tetapi wajib lapor sebagai saksi. "Aku harap setelah ini kau bertaubat dan menjadi orang baik. Biar bagaimanapun kau masih sepupuku, aku berharap kau menjadi lebih baik. Jadikan hukuman ini menjadi pelajaran hidup untukmu," kata Rahma setelah mereka bertemu."Ck, kau masih mengaku sepupuku? Kalau kau menganggapku kelua
Read more
Ini siapa? Pembantu baru?
Bastian pulang diantar Pak Maman supirnya dan beberapa bodyguard yang mengawalnya. Sepanjang jalan dia selalu protes pada Bundanya kenapa dia musti dikawal dengan ketat."Romi yang meminta kau untuk dikawal. Kau percaya kan pada Romi?" kata Bunda Asti, dia tidak tahu bagaimana menjelaskan pada Bastian."Aih, kenapa Romi musti repot-repot nyewa pengawal segala. Kayak nyawaku dalam bahaya saja," keluhnya."Kau memang dalam bahaya, Bas. Kau baru celaka," kata Bunda Asti menekannya."Bahaya? Ah, Bunda ini ada-ada saja. Aku hanya kecelakaan kecil tidak usah berlebihan," kata Bastian menertawakan perkataan Bunda Asti."Apa? Kecelakaan kecil? Kepalamu itu bocor, Bas. Nyawamu hampir melayang!"  Bunda Asti kaget dengan reaksi Bastian."Maksud Bunda apa? Apanya yang bocor? Kepalaku bocor? Bunda jangan mengada-ada," kata Bastian heran dengan perkataan Bunda Asti.Bunda Asti sendiri justru lebih heran dengan perkataan Bastian, akhirnya dia h
Read more
Terpaksa menjadi pembantu lagi
"Akibat luka di kepalanya itu Pak Bastian mengalami Amnesia Parsial, Bu. Amnesia yang terjadi pada Pak Bastian adalah hilang ingatan sebagian. Dia tidak dapat mengingingat kejadian satu tahun belakangan ini. Sehingga orang-orang yang dikenalnya satu tahun ini tidak dapat diingatnya. Kabar buruknya, dia tidak bisa dipaksa atau memaksakan diri mengingatnya jika dia dipaksa mengingat maka pembuluh darah di luka jahitan kepalanya akan pecah dan nyawa Pak Bastian akan dalam bahaya, bisa mengakibatkan kematian" jawab Dokter Samir.Keterangan Dokter Samir membuat Rahma, Bunda Asti dan Romi shock. Rahma bahkan hampir limbung mendengarnya. "Bunda ... aku tidak ingin kehilangan suamiku. Biarlah dia tidak mengingatku, asalkan dia masih hidup sudah cukup bagiku. Sekarang aku akan pindah dari kamar kami, biarlah dia menganggapku pembantunya. Tidak mengapa aku jadi pembantunya, aku dulu juga pembantunya. Mungkin dengan aku menjadi pembantunya dia akan mengingatku sedikit demi
Read more
Ingatan Bastian
"Dicoba dulu, siapa tahu suka. Ya sudah, Bos, saya mau nyuci di belakang."'Rahma berlalu ke belakang, sebelum tiba di dapur, Rahma berhenti dan mengintip ke arah Bastian "Hm, kita lihat apakah kau masih suka sop iga, Mas?" gumamnya. Bastian membuka tutup panci, aroma masakan itu sangat menggoda. Diambilnya sendok dan mencicipi masakan itu. 'Hmm enak, aku kok seperti familiar dengan masakan ini, kayak pernah makan, tapi di mana?' batinnya. Segera disendoknya nasi ke piringnya dan menuang sop iga itu di atasnya. Dia makan dengan lahap, seperti berhari-hari tidak makan. Rahma tersenyum dengan puas melihat suaminya masih suka dengan masakannya. Dia sangat rindu melihat suaminya makan seperti itu. Dia yakin, hanya ingatan suaminya saja yang hilang, namun perasaan dan hati suaminya masih tetap sama. Dia segera pergi untuk mencuci pakaian suaminya. Romi dan Bunda Asti datang ke meja makan hampir bersamaan. "Bas ... kau sudah sadar?" tanya Romi sambil duduk di hadapannya. "Sadar? Kau pi
Read more
Siapa wanita yang di foto ini?
"Sekarang tenangkan dirimu, Bas. Kau harus rileks,  banyak tanggung jawab yang sudah menantimu. Kau harus mengurus perusahaan peninggalan Papa," kata Romi memotivasi Bastian. "Dari tadi kau bilang Perusahaan peninggalan Papa. Memangnya Papa ke mana?" kata Bastian dengan nada kesal. "Bas ... Papa sudah nggak ada, Sayang. Sudah setengah bulan lebih dia pergi meninggalkan kita selama-lamanya," kata Bunda Asti menjelaskan dengan hati-hati agar anak tirinya itu tidak shock. "Maksud Bunda tidak ada itu gimana?" tanya Bastian, tidak yakin dengan apa yang didengarnya. "Papa sudah meninggal dunia, wafat ...." kata Bunda Asti sambil mengelus lengan lelaki itu agar anaknya lebih tenang. "Apa? Papa sudah meninggal dunia? Dan aku tidak tahu?" Bastian benar-benar terguncang, sudut-sudut matanya mengalir banyu bening. "
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status