All Chapters of PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN: Chapter 31 - Chapter 40
69 Chapters
Bab 31. SIASAT MENEBARKAN JERAT
Bab 31. SIASAT MENEBARKAN JERAT    Dirgantara berjalan terseok menuju pintu rumahnya setelah mendengar gedoran cukup keras di hari yang terbilang masih pagi itu.   Matanya bahkan masih setengah terpejam menahan kantuk yang masih menggelayut.    Benar-benar sebuah kejutan yang tidak ia harapkan saat melihat sosok langsing yang berdiri di depan pintu rumahnya.   "Gendis? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya kaget setelah mengetahui siapa yang telah mengganggu kenyamanan tidurnya pagi ini dengan gedoran pintu yang sangat keras.   "Waduh maaf Mas, aku tidak tahu kalau kamu masih tidur di jam..." Gendis melirik jam tangan mungil berantai emas yang melingkari pergelangan tangannya dengan gerakan dibuat-buat, "...tujuh!"   "Aku baru tidur jam empat subuh tadi!" sungut Dirgantara seraya melangkah menuju bangku teras tanpa mengacuhkan keberadaan Gendis yan
Read more
Bab 32. LIBURAN BERSAMA WAGE
Bab 32. Liburan bersama Wage.   Lintang segera masuk ke dalam Wrangler yang sudah terparkir menunggunya tepat di depan gang yang langsung menuju pintu karyawan nightclub's HAPPY night POPPY.   "Mau langsung ke tempat kost atau pulang ke rumahmu? Besok waktu libur kerja kan?" tanya Wage saat melihat Lintang sudah duduk dengan nyaman di sampingnya.    "Langsung ke rumah saja, Mas. Aku tadi sudah pamitan ibu kost kalau mau pulang ke rumah!"   "Tidak membawa baju ganti?"   "Di rumah sudah ada, banyak baju baru. Ayah sangat memanjakan aku. Beberapa setel baju masih belum terpakai, ayah sudah belanja baju baru lagi untukku!" ujar Lintang bangga.   "Baguslah kalau begitu. Aku antar kamu ke rumah lalu segeralah beristirahat. Besok pagi sekitar jam tujuh aku akan datang menjemputmu. Kita akan liburan ke kampung halamanmu!"   "Waaahh, senangny
Read more
Bab 33. KEMBALI KE TANAH KELAHIRAN
Bab 33. KEMBALI KE TANAH KELAHIRAN.   Kedua lelaki berpenampilan sederhana yang berdiri di depan Wage melotot takjub dengan padangan terkunci pada sosok Lintang. Yang berusia muda terpesona pada kecantikan Lintang, sementara lelaki yang lebih tua terkesima setelah mendengar tentang siapa sebenarnya Lintang itu.   "Gusti! Sekarang aku ingat. Wajah Nyi Sinden... Mbak Lintang ini ada kemiripan dengan Nyi Sinden, terutama bibir dan matanya. Tapi warna kulit Mbak Lintang jauh lebih bersih!"   "Nyi Sinden siapa to, Lik?" Lelaki yang lebih muda bertanya bingung, tapi pandangan matanya tak lepas dari paras ayu Lintang.   "Kamu gak bakalan tahu, Le! Di samping karena bukan asli dari desa ini, Nyi Sinden itu sudah meninggal....."    "Sudah meninggal belasan tahun lalu!" potong Wage cepat. Lelaki paruh baya yang berada di depannya mengangguk memahami isyarat tangan Wage yang be
Read more
Bab 34 RUMAH LAMA AYAH
Bab 34. RUMAH LAMA AYAH.   Wanita paruh baya yang menyambut kedatangan mereka buru-buru undur diri ke belakang untuk menyiapkan suguhan bagi Lintang dan Wage.   "Itu tadi adalah istri Kang Muji. Mereka menempati rumah ini sekaligus biar ada yang membersihkan dan merawat. Semenjak membeli rumah ini, aku baru dua kali datang ke sini." tutur Wage seraya membimbing Lintang untuk berkeliling melihat-lihat keadaan rumah besar itu.   "Mas..?"   "Heemm?"   "Kalau ini dulunya adalah rumah ayah, berarti aku dilahirkan di sini?"   "Tidak. Bukan di rumah ini!"   "Bukan di rumah ini? Katanya ini rumah ayah."   "Maksudku, ini adalah rumah istri Ki Narendra."   "Ibuku?" Lintang kian bingung.   "Ibumu adalah istri pertama Ki Narendra. Setelah kamu lahir, Ki Narendra berpisah dengan ibumu dan
Read more
Bab 35 INSIDEN DI SUNGAI
Bab 35. INSIDEN DI SUNGAI     Tiba di tepi sungai yang lumayan besar dengan aliran air jernih yang cukup kuat arusnya, dengan bebatuan gunung sebesar kerbau yang bersembulan di tengah sungai itu, Lintang dan Wage berjalan beriringan.   Sesekali Wage membantu Lintang berjalan di atas batu sungai memegang erat tangannya agar tak terpeleset dan jatuh ke dalam air sungai yang berarus cukup deras itu.   "Di aliran inilah, suatu pagi warga sekitar sini menemukan jasad ibumu diantara batu-batu sungai!" jelas Wage setelah mereka berdua berada di atas batu gunung berukuran lumayan besar sehingga dapat menampung mereka berdua.   Sambil mencelupkan kedua kakinya di aliran air, Lintang memandang sekelilingnya. Terdiam beberapa waktu, mencoba membayangkan tentang kehebohan yang terjadi saat ibunya ditemukan dalam keadaan tewas di antara bebatuan sungai.   Wage sengaja membiarkan
Read more
Bab 36. SOSOK LELAKI YANG SANGAT MENGGODA
Bab 36. SOSOK LELAKI YANG SANGAT MENGGODA.   Dalam perjalanan pulang ke kota, Wage sengaja mampir ke toko pakaian yang kebetulan mereka lewati.    Setelah berdebat sebentar karena Lintang tidak mau turun dari mobil dengan hanya mengenakan daster yang dipinjamkan istri Kang Muji padanya, akhirnya Wage mengalah.   Meskipun dengan paras kebingungan ia segera turun dan memasuki toko pakaian. Tak sampai sepuluh menit kemudian ia sudah kembali ke mobil dan menyerahkan kantong belanjaan pada Lintang.   "Jangan rewel. Aku tidak pernah belanja pakaian perempuan. Itu tadi pemilik toko yang memilihkan. Jangan khawatir dengan warnanya, tapi aku tidak terlalu yakin dengan modelnya!" ujarnya seraya tancap gas mencari pom bensin terdekat.    Untuk mengisi tangki bahan bakar, sekaligus mencarikan tempat untuk Lintang agar dapat berganti pakaian dengan yang lebih pantas.  
Read more
Bab 37. SAAT SUASANA SYAHDU MEMBUATMU MEMPERMALUKAN DIRI SENDIRI
Bab 37. SAAT SUASANA SYAHDU MEMBUATMU MEMPERMALUKAN DIRI SENDIRI.     Lintang duduk mematung ditempatnya. Matanya tertuju di layar televisi yang tengah menayangkan adegan romantis film Hollywood.    Sementara di sampingnya, Wage duduk dengan santai seraya menyandarkan punggungnya di lengan sofa. Entah kapan ia mengambil selimut tebal dari kamar tamu yang saat ini tiba-tiba saja sudah menyelimuti bagian bawah tubuh hingga ke dada. Di luar hujan turun kian deras disertai angin kencang dan kilat yang sesekali menyambar.   "Dingin?" tanya Wage, Lintang mengangguk tanpa menoleh. Tatapan matanya masih tertuju ke layar kaca.   "Kemarilah!" Tanpa menunggu jawaban, Wage segera menarik tubuh Lintang ke tengah pangkuannya sekaligus membawanya masuk kedalam selimut yang tengah menutupi tubuhnya.   Seperti tersengat aliran listrik bertegangan ribuan volt, Lintang yang dari a
Read more
BAB 38. TERPERANGKAP PESONA SI MUNGIL
TERPERANGKAP PESONA SI MUNGIL. Di dalam kamar tamu, Wage merebahkan tubuhnya dengan pikiran tak keruan. Hanya berbaring gelisah tanpa mampu memejamkan mata.  Kepalanya terasa berat oleh hasrat yang tak tersalurkan. Gelombang gairah yang tadi telah melambungkannya begitu tinggi dan berujung dengan terhempasnya ia dengan begitu kuat di kedalaman yang gelap dan dingin. Seperti sisa malam ini. Di luar hujan tinggal mencurahkan rintik kecil airnya saja, berikut hawa dingin yang membekukan tulang. Wage meringkuk di kasur berukuran besar hanya dengan mengenakan celana panjangnya saja.  Ia tak sempat mencari kaus yang tadi ia kenakan sebelum Lintang menggoda dan menenggelamkan dirinya dalam kubangan hasrat yang begitu pekat. Membuatnya hilang kesadaran dalam seretan ombak erotis yang sangat menghipnotis. Akhirnya, disinilah ia, meringkuk sendiri dalam kesakitan yang mendera. Ra
Read more
Bab 39. NASEHAT YANG MENYESATKAN
NASEHAT YANG MENYESATKAN.   Seperti biasa Lintang menyambut kedatangan Wage pada saat akan mengantarkannya ke klub, di teras rumah.   "Aku tidak kerja malam ini, Mas!" ujar Lintang menjawab pertanyaan tak terucap dari Wage yang mengawasi pakaian yang ia kenakan malam ini.   "Yah, mungkin kamu juga masih kaget dengan kejadian tadi. Apa kamu baik-baik saja? Aku tidak pamit padamu saat pergi dari sini tadi pagi. Maaf sudah membuat keributan. Apa ibu kost menegur kamu?"   Lintang menggeleng, "beliau pasti mengerti ini hanya salah faham. Beliau hanya berpesan agar menyelesaikan semuanya secara baik-baik dan kalau bisa di luar saja agar tidak terjadi keributan lagi di sini. Malu dengan tetangga."   "Yah, tentu saja. Dia tidak memberi pilihan tadi. Aku spontan memukulnya saat ia menampar kamu tadi. Maaf!"   "Lupakan, Mas. Aku malas ngomongin dia!" putus Lintang sera
Read more
Bab 40. SAAT WANITA SOSIALITA BERKUMPUL
SAAT WANITA SOSIALITA BERKUMPUL.     Wulansari segera mendatangi meja resepsionis. Hanya dengan menunjukkan kartu khusus yang ia miliki, seorang office boy segera mengantarkannya ke ruangan khusus yang sudah dipesan teman-temannya.   Memasuki sebuah ruangan nyaman kedap suara berukuran lumayan luas yang dilengkapi perabotan mewah. Dua set sofa diletakkan di ruangan itu sesuai pesanan berikut satu set audio visual berukuran besar yang ditempatkan di salah satu dinding.   Di dalam ruangan itu sudah menunggu hampir semua peserta. Mereka adalah wanita-wanita berusia sekitar 35 hingga 50 tahun dengan penampilan yang menunjukkan kelas sosial mereka.    Meskipun mereka semua adalan perias-perias kondang, suami-suami mereka juga orang-orang yang berpenghasilan besar. Sebagian adalah para pengusaha ataupun pejabat. Maka tak heran jika acara arisan tersebut juga dijadikan ajang pamer kekayaan
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status