Lahat ng Kabanata ng Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia: Kabanata 21 - Kabanata 30
169 Kabanata
Chapter 21 - Tak Semua Orang Ingin Jadi Pahlawan
Sudah hampir tengah malam, beberapa potong ayam dengan bumbu kuning kental yang sengaja disiapkan ibu Mansa masih mejeng di teras rumah beserta peralatan lainnya. Ibu Mansa duduk sendirian di teras tersebut menunggu Mansa dan Mike yang tak kunjung kembali.“Apa acaranya ga jadi?!” ibu Mansa bergumam sendirian.“Malah arangnya belum disiapkan lagi.”Ibu Mansa awalnya cukup senang ada orang yang mau menemani anaknya karena itu sangat jarang terjadi dalam kehidupan Mansa. Tidak ingin acara itu batal, ditumpuknya batok kelapa untuk di bakarnya.Setelah tertumpuk tinggi, langsung saja dibakarnya batok kelapa kering itu. Sesekali api menyeruak karena gas yang keluar dari batok kelapa membuat tumpukan batok kelapa yang sudah susah payah disusun rapi menjadi ambruk. Hal itu sukses memecah lamunannya.“Pada hal lagi kepengen juga nyicipi ikan bakar” gumamnya nampak kecewa. Sementara itu, Mike dan Mansa masih berada di dalam hutan setelah baru saja berhasil menemukan keponakan Anjang yang terse
Magbasa pa
Chapter 22 - Cahaya Di Kegelapan
Mansa masih penasaran dengan sensasi yang dia rasakan dari penampakan di dalam hutan.“Kenapa rasanya begitu familiar?” gumamnya pelan.“Kau mengatakan sesuatu?” tanya Mike.“Oh, bukan apa-apa” jawab Mansa singkat.“Dari tadi kau bersikap aneh. Ya sudah, aku duluan,” serunya mengabaikan Mansa.Akhirnya Mike meninggalkan Mansa untuk bergegas kembali ke rumah.Mansa yang ditinggal sendiri kembali larut dalam pikiran hanyut oleh suara gemericik air sungai di dekat pintu irigasi. Perasaan nyaman yang menyelimutinya membuatnya ingat akan sesuatu.“Benar juga, perasaan familiar itu, mirip seperti yang kurasakan di kelas. Tapi mereka tadi terlihat begitu nyata dan sensasinya begitu kuat.”“Sebenarnya apa mereka tadi?”Meski aneh, Mansa merasa nyaman dengan perasaan itu. Dalam perasaan damai, Mansa menyadari ada sesuatu yang lain dengan dirinya. Sekarang dia terdiam terpana menatap tangannya, lalu memperhatikan tubuhnya. Semakin dia mencoba untuk mengingat sensasi itu, semakin dia menyadari b
Magbasa pa
Chapter 23 - Tentang Makhluk Dari Dunia Lain
Mendengar pertanyaan itu, Mike terkejut hingga hampir menyemburkan daging ayam yang ada di mulutnya.“Yang benarnya saja,” sahut Mike nampak terkejut.“Apa kamu serius?! Ada apa dengan Mansa yang bukan seorang indigo itu?” tanya Mike setengah mengejek setengah keheranan.Meski sempat menanggapi lelucon Mansa dengan reaksi yang rada-rada mengejek, Mike sekarang terdiam berpikir mungkin Mansa serius.Dia tetap menganggap hal-hal mistis seperti itu adalah hal yang konyol karena dia dibesarkan di lingkungan yang tidak percaya dengan cerita-cerita seperti itu. Tapi untuk sesaat dia sempat ragu mencoba merasionalkan cerita Mansa.Meski begitu, tiba-tiba Mansa mengalihkan pembicaraannya.“Lupakan soal hantunya,” kata Mansa tiba-tiba.“Untuk sesaat aku juga bisa mengamati aura panas dari tubuhku. Masalahnya, aku juga merasakan adanya aura lain. Bukan hanya penampakan hawa panas seperti yang tadi kamu jelaskan. Meski selama ini aku selalu menyangkalnya, kenyataannya aku juga sering merasakan ke
Magbasa pa
Chapter 24 - Lentera Di Pagi Hari
Malam itu, Mike masih sibuk mengunjungi beberapa tempat di seputar kota. Sekali dia singgah di salah satu jajanan pinggir jalan di Pasar Pagi di mana orang-orang menjual lontong malam, mengobrol sebentar dengan seorang penjual dan setelah itu kembali berkendara dengan mobilnya ke tempat lain.Setelah itu Mike singgah sebentar di sebuah lapak yang menjual dompet dan topi di emperan jalan menuju kawasan Taplau di kota Padang. Tak lama, dan diapun kembali masuk ke mobilnya dan berkendara ke berbagai sudut kota.Menjelang subuh, belasan tempat telah ia singgahi. Tak jelas untuk apa, hanya berbicara sebentar dengan beberapa pedagang tanpa membeli apa-apa.Sesampainya di penginapan Mike mendapatkan panggilan dari Agus.[Mike, Kebetulan kita akan ada pengunjung pagi ini. Mereka akan berangkat dari dermaga nanti jam 8 pagi ini. Kamu bisa sekalian ikut.]“Hey, hey!!! bagaimana dengan sore nanti?”[Kami bisa saja kembali menjemputmu sore, tapi menurutku, akan lebih hemat jika kamu sekalian ikut
Magbasa pa
Chapter 25 - Pecinta Keindahan
Mike melipat kertas-kertas tersebut dan sedikit memperhatikan calon tamunya itu. Dia pun kembali naik ke atas perahu dan mulai mengajak orang-orang tersebut mengobrol beramah-tamah sembari menunggu Yusuf menyelesaikan persiapannya. Tak lama setelah itu, perahu tersebut akhirnya berangkat meninggalkan dermaga menuju Pulau Setan, sebuah pulau wisata bahari di kawasan Mandeh yang letaknya cukup jauh di perairan Pesisir Selatan. Selama di perjalanan, Mike mencoba untuk beristirahat namun tak kunjung bisa tertidur. Sesekali dia menghampiri wisatawan sekadar berkelakar ramah barang sebentar, kemudian mondar-mandir mengusili Yusuf yang sibuk menahkodai speedboat penumpang ukuran sedang nan sederhana namun elegan yang saat ini sedang mereka tumpangi. Tak
Magbasa pa
Chapter 26 - Hassan Guardian
“Di mana Agus?” tanya Mike kepada salah seorang rekannya yang saat ini baru saja datang menghampirinya di dermaga.“Dia sedang di rubanah di vila utama, masih sibuk menginterogasi pria itu” jawabnya sembari memberikan payung yang sedang dipakainya kepada Mike.“Tolong bantu Yusuf mengurus tamu,” serunya ketika menerima payung dari orang tersebut.“Aku akan segera menemui Agus,” serayanya sebelum bergegas pergi meninggalkan dermaga itu.Di pulau tersebut terdapat beberapa vila dengan berbagai jenis tipe dan ukuran. Di setiap halaman terdapat penanda dengan nomor vila untuk masing-masing bangunan. Salah satunya adalah vila utama, area pribadi milik pengelola pulau tersebut yang bersifat terlarang untuk dimasuki oleh pengunjung tanpa izin dari pengelola yang berwenang.Lokasinya terletak di tempat yang agak tinggi seperti sebuah bukit kecil yang agak terpisah dari vila lainnya yang dikhususkan untuk para tamu wisatawan yang ada di sekitaran pantai. Begitu sampai di depan vila, terdapat e
Magbasa pa
Chapter 27 - Tim Pengusir Lalat
Berusaha untuk meyakinkan Mike atas kecurigaannya, dengan yakin Agus kembali meneruskan alasan kenapa dia menahan orang tersebut.   “Bayangkan seorang satpam kompleks, bukan siapa-siapa seperti dirinya, berwisata tiga hari di pulau ini. Pikirkan tarifnya Mike. Coba lihat dari perspektif seorang satpam kompleks” jelasnya.  “Oke, mungkin dia diajak oleh penghuni kompleks, dan kita sudah menahannya di sini selama dua hari, sementara sejak Yusuf mengantar rombongan itu keluar tak seorangpun yang menanyakan kabarnya. Itu berarti dia sudah tidak bekerja dalam beberapa hari ini selama dia ada di sini. Setidaknya salah seorang penghuni kompleks tersebut seharusny
Magbasa pa
Chapter 28 - Taruhan Untuk Setetes Kebahagian
Pria itu hanya diam saja menatap kosong ke arah Mike yang sedang duduk di depannya. Entah dia mengerti soal metafora lalat yang disampaikan oleh Mike atau memang tak bisa lagi mengikuti pembicaraa itu dengan baik. Maklum karena dia sudah begitu kelelahan dan terlihat cukup sulit untuk tetap sadar.“Uhuk..,” pria tersebut batuk terlihat seperti berusaha untuk berbicara.“Sudah aku katakan, aku hanya iseng...,”“Nyari-nyari foto..,”“Aku terima aku salah.., tapi...”“aku sama sekali tidak punya niat macam-macam..”Mike meminta salah seorang rekannya mengambilkan air minum untuk diberikan pada pria itu dan membujuknya agar masalah tersebut bisa diselesaikan dengan saling berkerelaan.“Saya tidak ingin masalah ini diperpanjang. Saya akan meminta rekan saya untuk mengantar Bapak kembali ke Tarusan. Jadi saya harap setelah ini Bapak tidak perlu menceritakan masalah ini pada siapapun,” jelas Mike.“Kami melakukan bisnis wisata di sini, tentu kami tidak ingin image usaha kami di sini menjadi b
Magbasa pa
Chapter 29 - Suara Itu
Sementara itu, seperti yang sudah disarankan Mike, Mansa saat ini memang sedang berada di dalam hutan. Sebenarnya dia sama sekali tidak seserius itu mengikuti saran Mike untuk bertahan di sana selama seminggu penuh. Hanya saja, saat ini dia ketiduran sampai malam dengan sebuah buku menutupi wajahnya.Di situ, ada sebuah pondok yang lumayan bagus dengan konsep minimalis sengaja mereka bangun khusus untuk menunggu durian jatuh. Pondok tersebut hanya memiliki satu ruangan dan satu teras berpagar rendah. Pada pagar teras itu lah Mansa menyandar tertidur saat ini.Nampak beberapa buku sains yang lumayan tebal tergeletak di dekatnya. Sementara yang saat ini menutupi wajahnya hanyalah buku komik terbitan Jepang. Hanya ini temannya selama ini setiap kali mendatangi pondok tersebut, dan memang sudah sering dia tertidur di pondok tersebut dengan keadaan seperti itu. Tapi hanya kali ini dia ketiduran sampai larut malam di tengah hutan seperti itu.>>Kembali terdengar sua
Magbasa pa
Chapter 30 - Maaf
Seolah mengerti kena hardik sambil ditunjuk-tunjuk seperti itu, gumpalan aura aneh itu benar-benar berhenti. Dia masih melayang-layang di dekat pintu terlihat enggan untuk mendekat.   “Kenapa diam saja?” tanya Mansa kesal.“Aku tahu kamu bisa bicara.”   Baru setelah itu, sosok itu seperti mencoba untuk mendekat meski terlihat ragu-ragu. Namun Mansa kembali merasa risih begitu tahu sosok itu mencoba mendekatinya.  
Magbasa pa
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status