Semua Bab Married With My Bodyguard: Bab 11 - Bab 20
33 Bab
Bab 11. Awal akur.
Entah apa yang sedang dirasakan Evan saat ini. Mungkin sebuah realita telah membuka mata hatinya. Keluarga yang dia benci selama satu bulan belakangan ternyata tidak seburuk yang dia pikirkan. Keangkuhan orang kaya yang selalu dia alamatkan kepada keluarga Wijaya, nyatanya tidak dia temukan sedikit pun. Setidaknya selama kurang lebih delapan jam bersama-sama dengan mereka. Pulang pergi Jakarta - Purwakarta dan selama mengelilingi kota kecil tersebut. Evan justru merasakan kehangatan yang biasanya sudah jarang didapati di dalam keluarga konglomerat. Mereka juga sangat merangkul karyawan seperti pak Heru dan Evan sendiri. Selama di perjalanan dan selama di Purwakarta, tak pernah sedikitpun keluarga itu terlihat mengesampingkan supir dan bodyguard Arsy. Mereka duduk di meja yang sama, makan dengan menu yang sama dan dari piring yang sama pula.Demian dan pak Heru malah terlihat seperti teman karib saat mereka mengunjungi acara pertunjukan air mancur Sri Baduga yang
Baca selengkapnya
Bab 12. Es krim.
Bab 12. Es krimEvan menepati janjinya. Setelah malam itu, hubungannya dengan Arsy pun berubah menjadi baik. Oke, sebenarnya selama satu bulan terakhir dia yang menjauh dan menjadi dingin terhadap Arsy. Namun setelah melewati satu malam bersama keluarga itu, sepertinya Evan sudah salah  dengan menganggap mereka adalah keluarga kaya yang jahat. Mungkin peristiwa kecelakaan ibunya waktu dulu memang sudah menjadi sebuah takdir. Evan memilih untuk tidak memikirkannya lagi. Lagipula ibunya sudah sembuh sekarang, walaupun sudah tidak bisa beraktifitas seperti biasanya.Sekarang dia menjalankan tugasnya dengan hati yang lebih lapang. Arsy juga sudah tidak kaku lagi kepadanya. Sudah lebih rileks dan lebih santai. Apalagi gadis itu konsisten dengan panggilan ‘mas’-nya. Sepertinya Arsy sudah menganggap Evan seperti saudara laki-laki sendiri, sama seperti Arsen. Evan merasa begitu lebih baik. Dia pun lama kelamaan bisa memandang Arsy seperti adiknya sendiri yang
Baca selengkapnya
Ban 13. Dansa.
Adapun ide yang dimaksud Arsy kemarin lusa adalah sesuatu yang membuat Evan geleng-geleng kepala. Saat dia menjemput Arsy di rumah, wanita itu memakai dress normal yang berlengan dan roknya kembang se lutut. Tapi setelah sampai di club, dia mengganti pakaiannya di toilet. Evan jelas sangat terkejut dan nyaris menyuruh Arsy mengganti pakaiannya kembali.“Mas, jangan kasih tau Papa Mama yaa? Plis plis plis plissssss …” Arsy tahu Evan sedang marah sekarang. Oleh karena itu dia harus benar-benar membujuk dan memastikan agar pria itu tidak bocor ke orang tuanya.Evan yang sudah tidak selera, mengabaikan Arsy dan menyuruh gadis itu untuk segera bergabung dengan teman-temannya saja.“Syy!” Bagas yang Evan tau adalah fans sejati Arsy, datang menyambut wanita itu. Bagas sepertinya menyewa satu blok khusus di club untuk acara ulang tahunnya malam ini. Jelas sekali sepertinya dia bukan orang biasa. Bagas merangkul Arsy dan menari
Baca selengkapnya
Bab 14. Whatt??
Pertanyaan absurd Evan barusan sukses membuat suasana di dalam mobil menjadi semakin angker. Arsy tidak tahu harus menjawab apa. Apakah dia marah? Sepertinya tidak. Tapi tidak mungkin juga kan dia jujur kalau dia menikmatinya? Kenapa sih Evan harus pakai nanya segala? Arsy menggerutu di dalam hati.“Kenapa memangnya, Mas?” Asry membalikkan pertanyaan.“Kalau marah, saya mau meminta maaf karena sudah lancang.”“Enggak kok, Mas. Aku yang minta maaf. Aku mabuk dan menempatkan Mas Evan di posisi yang sulit. Maaf ya, Mas. Tadi udah marah ke Mas Evan .…"Hening…“Tapi kamu suka saya peluk?” lanjut Evan lagi, tidak mau berhenti.“M … Mas … kenapa pertanyaannya frontal banget sih?” Arsy menjawab dengan gugup. Tidak dapat dipungkiri sekarang dadanya berdegup kencang. Pipinya pun berubah merah. Evan sepertinya akan bisa melihatnya meski lampu di dalam mobil dipadamkan.
Baca selengkapnya
Bab 15. Akibat salah paham.
Arsy sontak berdiri dari kursinya. Kalimat pendek Demian barusan begitu jelas terdengar di telinganya, bahkan di telinga semua orang. Pastinya. Demian menyebutkan sesuatu yang terdengar sangat janggal dan tidak masuk akal sekarang.“Papa!! Apa maksudnya?!” Arsy berteriak dengan lantang. Oh hohohoho, Sarah tiba-tiba merasa de javu. Iya, dia mengingat dirinya sendiri yang dulu juga menolak mentah-mentah perjodohannya dengan Demian. Arsy memang copy paste dirinya."Maksudnya apa ya, Pak?” Gunawan masih terlihat bingung. Justru semakin bingung sepertinya.“Saya mau putera Pak Gunawan menikah dengan puteri saya, Arsy. Apakah Bapak dan Ibu keberatan?"“Ta … tapi … kenapa, Pak? Apa Evan sudah melakukan sesuatu terhadap Arsy?”“Nggak ada, Om, Tante! Om dan Tante tolong jangan dengar perkataan konyol Papa saya.” Arsy begitu menggebu-gebu meminta Gunawan dan Martini mengabaikan ayahnya saja. Dia s
Baca selengkapnya
Bab 16. Flashback 1.
Flashback Sabtu pagi di kediaman Demian Akira Wijaya.Arsy dan Sarah sedang menonton di ruang tamu. Hari ini Arsy tidak ada kuliah dan Sarah pun tidak menemani Demian ke kantor. Keduanya berbincang tentang gosip kehidupan rumah tangga artis yang sedang disiarkan di infotaiment. “Jaman sudah berubah banget ya, Sy. Dulu aja mama sama papa nikah dijodohkan, mati-matian biar bisa saling cinta, biar nggak cerai. Sekarang awalnya nikah baik-baik, eh taunya nggak berapa lama cerai. Kayak ngegampangin banget yang namanya pernikahan."“Sekarang rumah tangga artis banyak yang setting-an, Ma. Demi demi konten doang. Cuma untuk kepentingan popularitas,” balas Arsy menanggapi komentar ibunya.“Padahal menikah itu adalah berjanji di hadapan Sang Pencipta. Kamu nanti kalau nikah jangan gitu ya, Sy ...."“Heh? Kenapa jadi ke aku sih, Ma? Aku masih lama ini nikahnya ...."“Kamu nggak mau nikah muda gitu? Mama udah pe
Baca selengkapnya
Bab 17. Flashback 2.
"Pacaran?"Kedua belah bibir Evan saling memisah mendengar penuturan Sarah. Pacaran? Dengan Arsy yang jutek itu? Benarkah? Bukankah mantan pacarnya hanya Wilda?“Iya. Kamu mau melihat foto-foto kalian dulu? Tante masih punya.” Sarah tanpa aba-aba langsung berdiri. “Oh iya, mulai sekarang tidak perlu panggil bapak dan ibu. Panggil om dan tante saja, seperti dulu.”Evan masih bergeming. Saat Sarah kembali dengan sebuah kota seukuran kotak sepatu di tangannya, dia pun terkesiap.“Ini. Kotak kenangan kalian berdua. Silakan buka, Van .…”Meski hatinya masih belum sepenuhnya percaya, tapi Evan tetap saja bergerak untuk mengambil kotak tersebut dari tangan Sarah. Untuk sesaat dia mengamatinya dari luar. Tidak ada apa-apa karena itu hanyalah sebuah kotak polos berwarna cokelat.Kemudian, dengan segala kebingungan yang ada di dalam benaknya, kedua tangannya pun mulai mengangkat tutup box tersebut. 
Baca selengkapnya
Bab 18. Nggak mau nikah.
Arsy masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia alami. Semalaman dia tidak bisa tidur lantaran memikirkan wajah Evan yang digadang-gadang adalah calon suaminya. Sangat tidak masuk akal mengingat ayahnya membuat keputusan sepihak itu hanya karena salah paham. Evan juga, laki-laki itu bukannya meluruskan kesalahpahaman, malah dengan bodohnya mengikuti kemauan orangtua mereka.Sejak berangkat setengah jam yang lalu, Arsy hanya mendiamkan Evan di dalam mobil. Dia bahkan tidak menyapa laki-laki itu saat Evan membukakan pintu mobil untuknya. Sekarang dia berpura-pura tidur. Ah tidak, dia memang mengantuk, karena tidak tidur sampai pagi.“Sy?” Rupanya Evan tidak tahan mereka hanya berdiam diri seperti itu, walau biasanya juga demikian. Namun setelah dia tahu bahwa Arsy adalah kekasih kecilnya di masa lalu, Evan tentu saja tidak bisa bersikap sama lagi. Apalagi sepenggal memori sudah mengisi kepalanya, yang membuat dia yakin bahwa mereka memang
Baca selengkapnya
Bab 19. Salah siapa?
Pertanyaan Evan sukses membuat bibir Arsy membuka dan menutup berkali-kali. Dia ingin mengucapkan sesuatu namun kata-kata itu kembali dia telan. Lantas dia pun cepat-cepat ingin menarik tangannya dari genggaman Evan, tapi tidak berhasil. Laki-laki itu sudah keburu mempererat pegangannya.“Mas! Lepas ih!”“Jawab dulu, Sy.”Arsy melirik sekelilingnya, untung saja tidak ada yang memperhatikan mereka.“Mas, apa-apaan sih?”Melihat wajah Arsy yang memerah, Evan tersenyum puas. Setelah itu dia pun melepaskan genggamannya. “Kamu berdebar. Kita sama. Kita sudah cocok menikah.”“Ck!” Arsy yang sudah sangat malu karena kepergok Evan, hanya bisa menunduk sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Namun dia sedikit terusik dengan pernyataan Evan barusan. Katanya laki-laki itu pun berdebar. Apakah benar demikian? Arsy mengira hanya dia yang merasakan perasaan aneh itu. Tapi ternyata Ev
Baca selengkapnya
Bab 20. Nasehat Tere.
Bab 21. Nasehat TereEfek dari kenyataan bahwa Evan tidak jadi datang untuk melamar Arsy sepertinya berbuntut panjang. Gadis itu masih malu pada dirinya sendiri yang ternyata diam-diam sangat menanti Evan malam minggu kemarin. Dia juga malu mendapati hatinya sakit karena merasa sudah dibohongi dan dipermainkan Evan dengan memberikan harapan palsu. Hah, harapan. Bodoh bukan, saat dia masih berharap setelah dia sendiri yang menolak Evan waktu itu?Arsy menatap dokumen pendaftaran sidang thesis yang ada di hadapannya. Sebentar lagi masa studinya akan selesai. Sungguh tidak terasa. Itu artinya kontrak kerja Evan dengan keluarganya pun akan berakhir. Laki-laki yang sekarang sedang menunggunya di bawah sana, bersama Wilda, sebentar lagi akan bebas dari tanggung jawab yang mungkin selama ini sangat membebaninya. Memikirkan hal tersebut membuat Arsy lebih banyak diam di ruang jurusan. Hanya Tere yang asyik berkoar-koar menceritakan kisah asmara barunya dengan seor
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status