Semua Bab A MAN IN A TUXEDO: Bab 31 - Bab 40
60 Bab
BAB 30: Kontrak Membawa Petaka
Stela menggenggam erat kedua daun tangannya yang saling bertautan di atas paha. Dia mencoba mencerna perkataan dari Widya.“Kalau gitu gampang, kamu bisa menikah dengan Vincent.” Kalimat itu berputar di memory-nya berulang-ulang.Widya masih mengamati reaksi dari Stela. Wanita paruh baya itu membiarkannya berpikir beberapa saat. Tahu bahwa Stela pasti shock dengan perkataannya.“Kenapa harus menikah? Saya hanya ingin membawa Pak Vincent liburan ke London saja, Bu.” Stela bersuara setelah diam beberapa menit.Widya tersenyum penuh kelembutan. Dia masih memandang wajah Stela yang menunduk.“Dengar, Stela. Kamu harus mengawasi Vincent selama 24 jam. Tidak mungkin kalian tidur terpisah karena kondisi Vincent yang butuh seseorang untuk mengingatkan di mana ia berada nanti.” Widya menarik napas panjang sebelum melanjutkan perkataannya.“Kamu tidak mau tidur dengan yang bukan mahram, bukan
Baca selengkapnya
BAB 31: Kenapa Harus Gue?
Stela meregangkan tubuh di kasur, setelah akhirnya bisa memejamkan mata selama tiga jam. Sejak tadi malam, ia masih memikirkan perkataan Widya tentang pernikahan dengan Vincent. Jika sudah dikaitkan dengan kontrak, tentu sulit baginya untuk menolak.Gadis itu menarik selimut lagi menutupi seluruh tubuh dengan mata terpejam. Bibirnya bergerak-gerak tidak jelas, entah sedang mengatakan apa. Barangkali kalimat-kalimat umpatan atas ketidak berdayaannya.“Gue harus ngomong lagi sama Bu Widya pagi ini. Vincent juga belum tentu setuju dengan perjodohan ini, ‘kan?” gumamnya setelah mengubah posisi menjadi duduk, sehingga selimut turun.Tak lama kemudian, Stela menghempaskan lagi tubuhnya di kasur sambil meronta ketika ingat Vincent pasti tidak akan menolak perjodohan ini. Dia tahu persis pria itu mencintainya, meski saat ini bersikap dingin.Setidaknya itulah yang diamati selama ini. Meski Vincent tidak ingat dengan kejadian-kejadian sebelumnya,
Baca selengkapnya
BAB 32: Kenyataan yang Tidak Diketahui
“Mama saya sahabat Ibu?” tanya Stela lirih.Sulit baginya untuk menerima kenyataan ini. Bagaimana bisa seorang wanita kaya raya berteman dengan orang biasa seperti ibunya?“Maaf tidak mengatakannya saat kita bertemu pertama kali, Stela.” Widya menatap Stela penuh kelembutan. “Ada beberapa hal yang ingin saya pastikan terlebih dahulu, sebelum mengungkapkan yang sebenarnya.Stela memilih diam dan menunggu Widya menceritakan semuanya.“Saya dan Sherly, Mama kamu, bersahabat dari SMP (Sekolah Menengah Pertama). Dia satu-satunya sahabat yang selalu ada untuk saya.” Senyuman terukir di wajah Widya saat mengenang kebersamaan dengan Sherly, Ibu Stela.“Dulu kami pernah berjanji. Jika dia memiliki anak laki-laki dan saya memiliki anak perempuan atau sebaliknya, kami ingin menjodohkan mereka.”Gadis itu masih menegakkan radar agar bisa menangkap apa yang disiarkan oleh Widya dengan baik.&ld
Baca selengkapnya
BAB 33: Perasaan yang Tidak Bisa Dihapus
“Hah?” Stela meletakkan telapak tangan di dada kiri, merasakan jantung yang semakin berdebar kencang.“Kenapa? Kamu nggak mau?”“Bukan gitu, Pak. Saya—”Dengan cepat Vincent menarik tengkuk Stela, lalu memagut bibirnya lama. Gadis itu berusaha melepaskannya, tapi tidak bisa. Vincent masih melabuhkan belaian bibirnya dengan memberi isapan dan lumatan. Bersyukur tirai ruangan itu tertutup sejak tadi, sehingga tidak ada yang bisa melihatnya dari luar.“Apa itu nggak berarti bagi kamu, Stela?” tanya Vincent setelah tautan bibir mereka terlepas.Mata cokelat lebar Stela perlahan terbuka.“Sampai kapan kamu menghindar? Sudah cukup main-mainnya, Stela. Saya nggak ingin kamu menjauh dari saya lagi.”Kening Stela berkerut mendengar perkataan Vincent.“Kamu menjaga jarak dengan saya karena ingin bersikap profesional, ‘kan?” Vincent menatap lekat Stela.
Baca selengkapnya
BAB 34: Kilat Bayangan Seorang Wanita
Sakit kepala yang dirasakan Vincent kini terasa berkurang setelah minum obat pereda nyeri. Dia tidak mau mengkonsumsi obat penenang yang diberikan oleh Stela, karena bisa saja membuatnya tidur dan lupa dengan apa yang dilaluinya sejak pagi hingga sekarang.“Kita pulang sekarang ya?” bujuk Stela saat mereka duduk di kursi yang ada di dalam toko perhiasan.Vincent menggelengkan kepala. “Saya udah nggak apa-apa, Stela. Kita harus membeli cincinnya sekarang.”Gadis itu menarik napas panjang saat tidak berhasil membujuk Vincent pulang.“Ya udah, habis ini kita pulang. Kencan masih bisa weekend nanti. Kamu harus istirahat.”Vincent tersenyum sambil memandangi Stela, kemudian mengangguk.“Udah kuat berdiri?”Vincent mengangguk lagi. Stela mengulurkan tangan menyambut pria itu berdiri. Mereka berdua kembali bergerak ke tempat cincin yang tadi dilihat.“Tolong ambilkan yang
Baca selengkapnya
BAB 35: Mulai Membayangkan yang Tidak-tidak
“Kamu kenapa?” tanya Vincent waktu menyadari perubahan raut wajah Stela.“Heuh? Nggak kenapa-napa,” jawab Stela berbohong.Vincent menyeka poni Stela dan menggerakkan ujung dagu ke depan. “Kayaknya ada sesuatu di pikiran kamu. Lagi mikirin pernikahan?”Stela menggelengkan kepala, lantas tersenyum singkat.“Apa sih yang bikin kamu jatuh cinta sama aku? Aku ini nggak cantik loh.” Pertanyaan yang selama ini hinggap di benak Stela akhirnya dimuntahkan juga.“Siapa bilang kamu nggak cantik?” Vincent tersenyum ringan, membuat perut Stela terasa diaduk-aduk lagi.“Nggak harus ada alasan untuk jatuh cinta sama seseorang, ‘kan? Ini masalah perasaan, Stela. Perasaan saya mengatakan, kamulah orang yang tepat menjadi calon istri saya,” jelasnya.“Gimana kalau perasaan kamu salah? Maksudnya bukan aku yang sebenarnya kamu cintai.”Kening Vincent berkeru
Baca selengkapnya
BAB 36: Drama di Hari Pernikahan
Stela duduk memandang dirinya di depan cermin. Wajahnya sedang dirias oleh Rizmanto alias Rizma, banci yang pernah make over dirinya pada hari pertama menjadi sekretaris gadungan Vincent. Dua jam lagi, dia resmi menjadi istri dari CEO stasiun TV berita nomor satu di Indonesia.“Yey beruntung bisa nikah sama Pak Vincent,” ujar Rizma sembari menyapukan eyeshadow di mata Stela.Stela hanya tersenyum menanggapi perkataan Rizma.“Akika turut bahagia, akhirnya dese bisa menemukan cinta sejati.” Rizma berhenti sejenak sebelum mengaplikasikan blush-on.“Yey diet ya? Ini pipi sekarang lebih tirus dari beberapa bulan lalu,” kata Rizma mematut wajah Stela.“Iya. Bahaya juga kalau nggak diet, bisa nggak muat nih kebaya,” balas Stela dengan pandangan masih lurus ke cermin.“Bener tuh. Makannya ‘kan banyak. Kalau nggak diet, bisa para
Baca selengkapnya
BAB 37: Getar-getar Cinta
Stela duduk memandang dirinya di cermin. Saat ini dia berada di kamar hotel, tempatnya tidur selama satu minggu belakangan. Vincent masih berada di lobi hotel, menunggu Candra mengantarkan pakaiannya.Stela dan Vincent akan berbulan madu singkat terlebih dahulu di hotel, sebelum terbang ke London. Pada akhirnya Stela memutuskan untuk mengajak suaminya ke Green Park agar bisa melakukan terapi.“Gue beneran udah nikah sama Vincent?” gumam Stela pada diri sendiri.“Ini lagi nggak mimpi, ‘kan?” Seperti biasa dia mencubit diri sendiri, memastikan ini bukan mimpi.Dia ingat bagaimana gentle-nya Vincent saat mengucapkan kalimat kabul ketika akad nikah. Pria itu sama sekali tidak melakukan kesalahan. Kalimat yang diucapkan fasih dan lugas.“Aduh,” lirih Stela saat tubuhnya kembali menghadirkan rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Gila, sekarang first night gue. Perut gue jad
Baca selengkapnya
BAB 38: Melewati Malam yang Mendebarkan
Vincent kembali memagut bibir Stela dalam waktu yang lama. Tangannya kini mulai bergerak melepaskan kancing piyama yang dikenakan gadis itu satu per satu. Tidak sampai dua menit, bagian atas piyama terlepas dari tubuhnya.Perlahan kepala mereka mulai berjarak saat Vincent memundurkan kepalanya ke belakang. Mata elang pria itu memandangi tubuh atas istrinya yang hanya tertutup di bagian sensitif. Senyuman terukir di bibir pria itu saat melihat kulit Stela yang putih, juga bahunya yang indah.Stela masih memejamkan mata tidak berani memandang suaminya. Napas masih memburu karena aktivitas adu mulut barusan.“Buka matamu, Stela,” pinta Vincent dengan lembut tapi masih menyisakan kejantanan dari perkataannya.“Heuh?” Mata Stela mulai mengerjap dan terbuka lebar.“Kita ini udah suami istri, Stela. Kenapa kamu malu?” Vincent tersenyum lembut kepada istrinya.“Ma-maaf, aku gugup banget,” aku Stela ter
Baca selengkapnya
BAB 39: Remember You
Please rememberAll my daysAs I erase, it becomes more vividEven though my heart will hurtI have to send you offPlease remember meI only loved youRemember Me – Gummy (Ost. Hotel Del Luna)Senyum manis merekah di bibir Vincent begitu matanya terbuka lebar. Dia menatap lembut wanita yang berbaring di sisi kiri tempat tidur.“Good morning, Sayang. Kamu sudah bangun?” sapa Vincent lembut.Mata cokelat Stela melebar seketika mendengar apa yang diucapkan suaminya. Bibirnya juga ikut merespons rasa terkejut.“Kamu ingat siapa aku?” tanya Stela dengan kening berkerut.“Kamu Stela, istri saya. Kita baru menikah kemarin,” jawab Vincent membuat Stela menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ada kebahagiaan menyelinap di dalam hati ketika pria itu masih ingat siapa dirinya.“Kamu ingat, Vin? Kamu tadi malam tidur, ‘kan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status