All Chapters of A MAN IN A TUXEDO: Chapter 41 - Chapter 50
60 Chapters
BAB 40: Ketakutan Terbesar
Begitu keluar dari kamar mandi, Stela langsung menutup mata ketika Vincent mendekat hanya mengenakan celana boxer. Jantungnya masih saja berdebar kencang melihat otot yang menghiasi tubuh suaminya itu.Vincent tersenyum usil melihat ekspresi istrinya, kemudian meraupnya ke dalam pelukan. Tanpa permisi, dia sudah memagut bibir Stela erat dengan tangan kanan sudah menyelinap ke balik handuk piyama yang dikenakan wanita itu.Handuk yang tadi membungkus kepala Stela kembali terlepas dan tergeletak di lantai, karena tangan kiri Vincent yang berada di tengkuknya. Hormon dopamin kembali terproduksi dengan cepat di tubuhnya. Tapi sekuat tenaga, ia berusaha kembali menyadarkan diri karena harus segera sarapan dan berangkat ke rumah sakit.“Vin,” bisik Stela tepat di depan bibir seksi Vincent.Vincent memundurkan sedikit kepala ke belakang.“Kita lanjutkan nanti aja ya?” pintanya dengan napas terengah karena tangan Vincent masih belum
Read more
BAB 41: Rencana Memiliki anak
Stela dan Vincent memilih sarapan di restoran hotel terlebih dahulu, sebelum berangkat ke rumah sakit. Omelette daging, nasi goreng, secangkir kopi, segelas susu hangat dan dua botol air mineral telah tersaji di atas meja.“Aku baru tahu kamu nggak suka sarapan yang berat-berat,” cetus Stela melihat suaminya menyuapkan potongan omelet ke dalam mulut.Vincent segera menelan omelette yang dikunyahnya. “Sejak dulu saya nggak terlalu suka sarapan berat. Bisa bikin ngantuk dan tubuh nggak fit.Stela menyuap satu sendok nasi goreng seafood yang dipesannya. “Ternyata banyak yang aku belum tahu tentang kamu.”“Pelan-pelan saja, Sayang. Saya juga harus tahu lebih banyak lagi tentang kamu.” Vincent membelai rambut pendek sebahu Stela. “Saya nggak sabar pengin mencicipi masakan kamu.”Wanita itu langsung tersedak mendengar perkataan suaminya. Segera diraih air mineral lalu meminu
Read more
BAB 42: Kegigihan Seorang Vincent
Stela mengembuskan napas lega ketika tidak melihat Dokter Donny keluar bersama dengan Vincent. Bagaimanapun, Bastian pasti tahu kalau dia adalah dokter ahli saraf. Bisa-bisa pria itu curiga ada yang tidak beres dengan Vincent.“Saya lagi temani Vincent periksa, ada sedikit masalah dengan pencernaannya,” jawab Stela terpaksa berbohong.Bastian menatap bingung Vincent dan Stela bergantian. Bagaimana dengan Vincent? Sudah pasti pria itu bingung karena tidak ingat dengan Bastian. Dengan sigap dia melangkah mendekati istrinya.“Maaf lama menunggu, Sayang,” ujar Vincent memberi kecupan di kening Stela.“Sayang?” Kening Bastian semakin berkerut mendengar panggilan Vincent, tidak seperti biasanya.Jangan heran, pernikahan Vincent dan Stela digelar tertutup. Hingga saat ini belum ada pemberitaan tentang pernikahan mereka.Vincent memandangi Stela seakan ingin berkata: Siapa dia dan apa hubungannya sama kamu?
Read more
BAB 43: Keanehan Pada Vincent
Stela menjepit bibir saat sebelum merespons perkataan Vincent.“Maaf ya. Ada pembahasan yang hanya bisa dibicarakan sesama dokter. Nanti kalau ada sesuatu aku kasih tahu kamu,” ujar Stela kemudian.Vincent menganggukkan kepala, kemudian mempersilakan Stela ke ruangan sebelah. Beruntung mereka saat ini menginap di hotel bintang lima yang memiliki ruangan lain, selain kamar.Stela segera kembali menghubungi Dokter Donny.“Maaf baru bisa hubungi lagi, Dok. Tadi harus cari tempat buat ngobrol dulu, sehingga telat angkat,” ucap Stela, “jadi gimana, Dok?”“Setelah menganalisa pola pikiran Pak Vincent, saya menarik kesimpulan apa yang menyebabkannya tidak ingat dengan Kirania. Dia berusaha mengubur kenangannya dengan Kirania karena dianggap terlalu menyakitkan. Bisa jadi karena kejadian naas itu, sehingga Pak Vincent melakukan pertahanan diri dan mengakibatkan seluruh kenangan dengan Kirania hilang tak berbekas.
Read more
BAB 44: Honeymoon
Winter in LondonSetelah melakukan perjalanan hampir seharian, akhirnya Vincent dan Stela tiba di London. Beruntung mereka berangkat menggunakan jet pribadi milik keluarga Oliver, sehingga bisa tiba lebih cepat di negeri Queen Elizabeth, karena tidak perlu lagi transit di Amsterdam berlama-lama.Stela semakin memantapkan hati untuk melanjutkan terapi agar ingatan Vincent pulih kembali, seperti yang disarankan oleh Dokter Donny dua hari yang lalu. Apalagi sekarang sang Suami masih ingat dengannya.Kini mereka berdua telah tiba di apartemen yang ada di daerah Mayfair. Rencananya Stela dan Vincent akan stay di London selama tiga hari dan sisanya di Dunster.“Pegal?” tanya Vincent saat Stela selesai menata pakaian di lemari.“Dikit sih. Mungkin karena nggak terbiasa perjalanan jauh,” jawabnya sambil memijat bahu hingga lengan.“Sini saya pijat,” kata Vincent mengulurkan tangan.“
Read more
BAB 45: A Man In A Tuxedo
Sepasang masa elang langsung terbuka lebar. Terdengar deruan napas memburu keluar dari hidung dan mulut secara bersamaan. Pandangannya beralih ke samping kiri, tampak seorang wanita dengan rambut sebahu sedang tidur.Vincent segera mengusap wajah hingga kening yang berkeringat setelah mengalami mimpi yang aneh. Seorang pria mengenakan tuxedo memegang besi panjang berlumuran darah duduk di sofa sebuah flat apartemen mewah.Setelah menenangkan diri, dia beranjak dari tempat tidur, kemudian bergerak ke kamar mandi. Vincent membasuh wajahnya dengan air dan memandang dirinya di wastafel. Kening tampak berkerut dalam.“Kenapa mimpi itu terasa nyata? Rasanya benar-benar terjadi,” gumam Vincent masih melihat pantulan wajahnya di cermin.“Tapi wajah orang itu nggak jelas dan buram,” sambungnya lagi.Semakin dirinya memikirkan mimpi itu, kepalanya mulai terasa pusing. Vincent menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya pe
Read more
BAB 46: Keindahan di Desa Dunster
Stela menjepit bibir beberapa saat setelah mendengar cerita dari Vincent tentang mimpinya. Dia mengamati pria itu lamat-lamat.“Ciri-ciri wanita itu gimana?” tanya Stela pelan nyaris tak terdengar oleh Vincent.“Apa, Sayang?”“Ciri-ciri wanita yang ada di mimpi kamu gimana?” ulang Stela lagi.Vincent menggelengkan kepala. “Wajahnya buram, jadi saya nggak bisa melihat dengan jelas. Hanya saja dia memiliki rambut yang panjang.”Stela menelan saliva mendengar jawaban suaminya.Kirania? Mungkinkan mimpi yang dialami Vincent berhubungan dengan kematian Kirania? bisik Stela dalam hati.“Pria yang mengenakan tuxedo itu gimana? Kamu lihat wajahnya?” tanya Stela lagi.“Sama, buram. Saya nggak bisa lihat wajah orang itu dengan jelas. Dia hanya minta saya hentikan berita dan investigasi yang kami lakukan. Pria itu juga mengucapkan kalimat yang sama dengan malam seb
Read more
BAB 47: Rencana Besar Stela
Stela menyelipkan rambut di belakang telinga, sebelum memasang kuda-kuda. Dengan sigap dia melompat dua kali sebelum melayangkan Aidan Dollyo Chagi (tendangan depan ke arah perut, istilah Taekwondo) pada pria yang ingin menyerang Vincent. Dia juga menarik tangan pria satunya yang ingin menyerang dirinya, kemudian menerjang dengan teknik Dwi Chagi (tendangan belakang). Saat pria lainnya mendekat, Stela kembali membonggol dengan memberikan Pyojeok Jireugi (pukulan dengan target) di hidung.Meski sudah lama tidak berlatih Taekwondo, kekuatan tendangan dan pukulan Stela masih kuat. Coba bayangkan kaki pendeknya sekarang naik ke leher pria pertama dan memutar tubuhnya, sehingga pria itu terhempas lagi ke tanah. Beruntung hari itu dia mengenakan celana jeans, sehingga gerakannya masih bisa leluasa.Vincent ternyata tidak tinggal diam melihat istrinya mulai kewalahan menghadapi tiga orang pria. Bagaimanapun yang dihadapinya saat in
Read more
BAB 48: Pilihan Berat yang Harus Dilakukan
Stela segera meraih tubuh Vincent yang masih menegang, karena melihat kilatan kenangan dari masa lalu. Erangan masih terdengar keluar dari sela bibirnya.“Kamu harus coba ingat lagi kejadian di sini, Vin. Itu satu-satunya cara agar sembuh. Kamu ingat lagi siapa Kirania dan siapa yang membunuhnya,” lirih Stela meski tak tega melihat suaminya seperti ini.Ya, dia memang melakukan hal gila yang bisa saja memberikan dampak buruk bagi psikologis Vincent. Tapi Stela tidak punya pilihan lain lagi, karena tidak ingin melihat suaminya menderita karena dihantui mimpi buruk setiap hari.Vincent semakin mengerang kuat, tangannya mencengkeram erat Stela. “AARRGGHH.”“Please, Vin. Coba ingat lagi,” pinta Stela pilu.Kilatan kenangan bersama Kirania berputar di pikiran Vincent. Bagaimana mereka bertemu, menjadi dekat, lamaran di Green Park dan peristiwa memilukan yang merenggut nyawa wanita itu. Saat Vincent menyadari
Read more
BAB 49: Kritis
Widya mendelik nyalang menatap sang Menantu. Selama kenal dengan wanita paruh baya itu, tak pernah sekalipun Stela melihat ibu mertuanya semarah ini. Dia tidak berani melihatnya, sehingga menundukkan kepala.“Sa-saya membawa Vincent ke apartemen tempat peristiwa nahas itu terjadi, Ma,” aku Stela di sela gugup yang mendera.Tubuh Widya lunglai seketika. Candra segera menyambut, lalu mendudukkannya di bangku yang ada di depan ruang ICU. Tarikan napas berat terdengar dari hidung wanita itu. Tak lama berganti isakan pilu menangisi keadaan putranya saat ini.“Aku minta kamu menjaga Vincent dengan baik, Stela,” lirih Widya melihat Stela masih dengan tatapan penuh amarah.“Ma-maafkan saya, Ma. Saya hanya ingin ingatan Vincent kembali lagi.”“Ingin ingatannya kembali??” Nada suara Widya kembali meninggi. “Kamu lihat sekarang apa yang terjadi kepadanya? Hah?!”Widya menangkup kedua tangan di
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status