Stela duduk memandang dirinya di cermin. Saat ini dia berada di kamar hotel, tempatnya tidur selama satu minggu belakangan. Vincent masih berada di lobi hotel, menunggu Candra mengantarkan pakaiannya.
Stela dan Vincent akan berbulan madu singkat terlebih dahulu di hotel, sebelum terbang ke London. Pada akhirnya Stela memutuskan untuk mengajak suaminya ke Green Park agar bisa melakukan terapi.
“Gue beneran udah nikah sama Vincent?” gumam Stela pada diri sendiri.
“Ini lagi nggak mimpi, ‘kan?” Seperti biasa dia mencubit diri sendiri, memastikan ini bukan mimpi.
Dia ingat bagaimana gentle-nya Vincent saat mengucapkan kalimat kabul ketika akad nikah. Pria itu sama sekali tidak melakukan kesalahan. Kalimat yang diucapkan fasih dan lugas.
“Aduh,” lirih Stela saat tubuhnya kembali menghadirkan rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Gila, sekarang first night gue. Perut gue jad
Vincent kembali memagut bibir Stela dalam waktu yang lama. Tangannya kini mulai bergerak melepaskan kancing piyama yang dikenakan gadis itu satu per satu. Tidak sampai dua menit, bagian atas piyama terlepas dari tubuhnya.Perlahan kepala mereka mulai berjarak saat Vincent memundurkan kepalanya ke belakang. Mata elang pria itu memandangi tubuh atas istrinya yang hanya tertutup di bagian sensitif. Senyuman terukir di bibir pria itu saat melihat kulit Stela yang putih, juga bahunya yang indah.Stela masih memejamkan mata tidak berani memandang suaminya. Napas masih memburu karena aktivitas adu mulut barusan.“Buka matamu, Stela,” pinta Vincent dengan lembut tapi masih menyisakan kejantanan dari perkataannya.“Heuh?” Mata Stela mulai mengerjap dan terbuka lebar.“Kita ini udah suami istri, Stela. Kenapa kamu malu?” Vincent tersenyum lembut kepada istrinya.“Ma-maaf, aku gugup banget,” aku Stela ter
Please rememberAll my daysAs I erase, it becomes more vividEven though my heart will hurtI have to send you offPlease remember meI only loved youRemember Me – Gummy (Ost. Hotel Del Luna)Senyum manis merekah di bibir Vincent begitu matanya terbuka lebar. Dia menatap lembut wanita yang berbaring di sisi kiri tempat tidur.“Good morning, Sayang. Kamu sudah bangun?” sapa Vincent lembut.Mata cokelat Stela melebar seketika mendengar apa yang diucapkan suaminya. Bibirnya juga ikut merespons rasa terkejut.“Kamu ingat siapa aku?” tanya Stela dengan kening berkerut.“Kamu Stela, istri saya. Kita baru menikah kemarin,” jawab Vincent membuat Stela menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ada kebahagiaan menyelinap di dalam hati ketika pria itu masih ingat siapa dirinya.“Kamu ingat, Vin? Kamu tadi malam tidur, ‘kan
Begitu keluar dari kamar mandi, Stela langsung menutup mata ketika Vincent mendekat hanya mengenakan celana boxer. Jantungnya masih saja berdebar kencang melihat otot yang menghiasi tubuh suaminya itu.Vincent tersenyum usil melihat ekspresi istrinya, kemudian meraupnya ke dalam pelukan. Tanpa permisi, dia sudah memagut bibir Stela erat dengan tangan kanan sudah menyelinap ke balik handuk piyama yang dikenakan wanita itu.Handuk yang tadi membungkus kepala Stela kembali terlepas dan tergeletak di lantai, karena tangan kiri Vincent yang berada di tengkuknya. Hormon dopamin kembali terproduksi dengan cepat di tubuhnya. Tapi sekuat tenaga, ia berusaha kembali menyadarkan diri karena harus segera sarapan dan berangkat ke rumah sakit.“Vin,” bisik Stela tepat di depan bibir seksi Vincent.Vincent memundurkan sedikit kepala ke belakang.“Kita lanjutkan nanti aja ya?” pintanya dengan napas terengah karena tangan Vincent masih belum
Stela dan Vincent memilih sarapan di restoran hotel terlebih dahulu, sebelum berangkat ke rumah sakit. Omelette daging, nasi goreng, secangkir kopi, segelas susu hangat dan dua botol air mineral telah tersaji di atas meja.“Aku baru tahu kamu nggak suka sarapan yang berat-berat,” cetus Stela melihat suaminya menyuapkan potongan omelet ke dalam mulut.Vincent segera menelan omelette yang dikunyahnya. “Sejak dulu saya nggak terlalu suka sarapan berat. Bisa bikin ngantuk dan tubuh nggak fit.Stela menyuap satu sendok nasi goreng seafood yang dipesannya. “Ternyata banyak yang aku belum tahu tentang kamu.”“Pelan-pelan saja, Sayang. Saya juga harus tahu lebih banyak lagi tentang kamu.” Vincent membelai rambut pendek sebahu Stela. “Saya nggak sabar pengin mencicipi masakan kamu.”Wanita itu langsung tersedak mendengar perkataan suaminya. Segera diraih air mineral lalu meminu
Stela mengembuskan napas lega ketika tidak melihat Dokter Donny keluar bersama dengan Vincent. Bagaimanapun, Bastian pasti tahu kalau dia adalah dokter ahli saraf. Bisa-bisa pria itu curiga ada yang tidak beres dengan Vincent.“Saya lagi temani Vincent periksa, ada sedikit masalah dengan pencernaannya,” jawab Stela terpaksa berbohong.Bastian menatap bingung Vincent dan Stela bergantian. Bagaimana dengan Vincent? Sudah pasti pria itu bingung karena tidak ingat dengan Bastian. Dengan sigap dia melangkah mendekati istrinya.“Maaf lama menunggu, Sayang,” ujar Vincent memberi kecupan di kening Stela.“Sayang?” Kening Bastian semakin berkerut mendengar panggilan Vincent, tidak seperti biasanya.Jangan heran, pernikahan Vincent dan Stela digelar tertutup. Hingga saat ini belum ada pemberitaan tentang pernikahan mereka.Vincent memandangi Stela seakan ingin berkata: Siapa dia dan apa hubungannya sama kamu?
Stela menjepit bibir saat sebelum merespons perkataan Vincent.“Maaf ya. Ada pembahasan yang hanya bisa dibicarakan sesama dokter. Nanti kalau ada sesuatu aku kasih tahu kamu,” ujar Stela kemudian.Vincent menganggukkan kepala, kemudian mempersilakan Stela ke ruangan sebelah. Beruntung mereka saat ini menginap di hotel bintang lima yang memiliki ruangan lain, selain kamar.Stela segera kembali menghubungi Dokter Donny.“Maaf baru bisa hubungi lagi, Dok. Tadi harus cari tempat buat ngobrol dulu, sehingga telat angkat,” ucap Stela, “jadi gimana, Dok?”“Setelah menganalisa pola pikiran Pak Vincent, saya menarik kesimpulan apa yang menyebabkannya tidak ingat dengan Kirania. Dia berusaha mengubur kenangannya dengan Kirania karena dianggap terlalu menyakitkan. Bisa jadi karena kejadian naas itu, sehingga Pak Vincent melakukan pertahanan diri dan mengakibatkan seluruh kenangan dengan Kirania hilang tak berbekas.
Winter in LondonSetelah melakukan perjalanan hampir seharian, akhirnya Vincent dan Stela tiba di London. Beruntung mereka berangkat menggunakan jet pribadi milik keluarga Oliver, sehingga bisa tiba lebih cepat di negeri Queen Elizabeth, karena tidak perlu lagi transit di Amsterdam berlama-lama.Stela semakin memantapkan hati untuk melanjutkan terapi agar ingatan Vincent pulih kembali, seperti yang disarankan oleh Dokter Donny dua hari yang lalu. Apalagi sekarang sang Suami masih ingat dengannya.Kini mereka berdua telah tiba di apartemen yang ada di daerah Mayfair. Rencananya Stela dan Vincent akan stay di London selama tiga hari dan sisanya di Dunster.“Pegal?” tanya Vincent saat Stela selesai menata pakaian di lemari.“Dikit sih. Mungkin karena nggak terbiasa perjalanan jauh,” jawabnya sambil memijat bahu hingga lengan.“Sini saya pijat,” kata Vincent mengulurkan tangan.“
Sepasang masa elang langsung terbuka lebar. Terdengar deruan napas memburu keluar dari hidung dan mulut secara bersamaan. Pandangannya beralih ke samping kiri, tampak seorang wanita dengan rambut sebahu sedang tidur.Vincent segera mengusap wajah hingga kening yang berkeringat setelah mengalami mimpi yang aneh. Seorang pria mengenakan tuxedo memegang besi panjang berlumuran darah duduk di sofa sebuah flat apartemen mewah.Setelah menenangkan diri, dia beranjak dari tempat tidur, kemudian bergerak ke kamar mandi. Vincent membasuh wajahnya dengan air dan memandang dirinya di wastafel. Kening tampak berkerut dalam.“Kenapa mimpi itu terasa nyata? Rasanya benar-benar terjadi,” gumam Vincent masih melihat pantulan wajahnya di cermin.“Tapi wajah orang itu nggak jelas dan buram,” sambungnya lagi.Semakin dirinya memikirkan mimpi itu, kepalanya mulai terasa pusing. Vincent menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya pe