Lahat ng Kabanata ng Dilamar CEO Kejam: Kabanata 11 - Kabanata 20
30 Kabanata
Chapter 11 : Tenggelam
Keindra turun ke lantai bawah rumahnya, karena hari libur, Pria itu memutuskan untuk bersantai di rumah saja. Ia mengedarkan pandangannya, tidak melihat keberadaan Celindia.  Tidak mau memusingkan hal itu, Keindra melangkah ke samping rumahnya. Ia menggeser pintu kaca yang terdapat kolam berukuran cukup besar, Keindra yang sudah melepas kausnya yang hanya menyisakan celana pendek itu lalu menceburkan diri di dalam kolam itu.  Ia berenang ke kanan dan ke kiri, para pelayan sekali-kali mencuri pandangan ke arah tuan mereka yang tampak masih betah di dalam kolam renang. Ada sekitar sepuluh orang pelayan yang berada di dalam rumah besar Keindra, tujuh dari mereka merupakan perempuan yang masih muda, dan sisanya adalah perempuan yang sudah berumur dan berkeluarga.  Munafik jika mereka tidak mengakui kegagahan tuan mereka, melihat ketampanan Keindra saat pertama kali mereka bekerja saja sudah hampir membuat mere
Magbasa pa
Chapter 12 : Ciuman Pertama
"Air yang masuk ke dalam tubuhnya lumayan banyak, tapi untungnya enggak sampe ke paru-paru. Keadaannya juga udah membaik, tinggal nunggu dia sadar terus kasih dia makanan sama obat." Keindra mengangguk sebagai respon. "Dia siapa sih?" tanya seorang pria yang tadi menjelaskan kondisi seseorang yang Ia periksa. Keindra menatap sekilas lalu beralih menatap Meri yang juga berada di kamarnya. "Buatin dia makanan," titahnya yang di angguki oleh Meri. Setelah kepergian Meri, pria yang tadi bertanya berdecap. "Lo tuli apa gimana, ndra?" "Bukan urusan lo," kata Keindra datar. "Mending lo keluar, Jordan," suruh Keindra menatap tajam pria yang bernama Jordan yang tak kunjung keluar. "Jawab dulu pertanyaan gue." Keindra menghela napas, pria kurang ajar di depannya ini merupakan sahabatnya. Mereka mulai menjalin pertemanan saat Keindra memutuskan untuk menetap di Amerika, Jordan adalah warga n
Magbasa pa
Chapter 13 : Berkunjung
Celindia turun dari kamarnya dengan bersenandung riang, setelah dua hari ia dikurung oleh Keindra di kamarnya, akhirnya ia bisa menghirup udara luar kamarnya. Gadis itu melihat suaminya yang tengah sarapan di meja makan, ia mengerutkan kening dengan kesal. Kenapa Keindra sarapan tanpanya? Kenapa pria itu menganggap seolah dirinya tidak ada? Apa ia hanya sebagai pajangan di rumah besar ini? Seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kepalnya. Dengan cepat, ia menarik kursi dengan kasar dan duduk di depan Keindra. Keindra mengangkat sebelah alisnya, merasa heran dengan gadis di depannya ini. "Kenapa?" tanya Keindra datar. Celindia ikut menatapnya dengan datar. "Enggak ada," jawabnya dengan suara berat, seolah meniru gaya bicara suaminya. Setelahnya Celindia tertawa, merasa lucu dengan apa yang baru saja ia lakukan. Sedangkan Keindra makin dibuat heran, ia bertanya-tanya apa omanya tidak salah memilihkan istri
Magbasa pa
Chapter 14 : Dinner Tanpa Rencana
Jordan menatap Celindia yang juga menatapnya. "Kayaknya Indra lagi ada rapat, tunggu di sini aja ya." Jordan lalu beranjak. "Lho terus Jordan mau ke mana?" "Mau ke bawah, cari Indra. Tunggu di sini aja ya, jangan ke mana-mana." Celindia mengangguk patuh. Jordan lalu berlalu pergi dari ruangan Keindra, sedangkan Celindia melanjutkan penjelajahannya. Gadis itu mengelilingi ruangan Keindra yang tampak luas, bahkan lebih luas dari kamar pria itu. Dari tempat ini, Celindia bisa melihat pemandangan luar yang sangat memanjakan mata. Ia lalu beralih melihat di lemari buku yang tampak menarik dimatanya, Celindia menangkap judul buku yang membuatnya penasaran. *Data Dan Omset Penjualan* Ia lalu menarik buku yang ternyata bukanlah buku panduan bisnis, itu terlihat seperti buku album yang berisi tulisan seseorang. Saat melihat isinya, Celindia mengerutkan keningnya. "Wah, Kein jual apa, ya? Kok sampe ke l
Magbasa pa
Chapter 15 : Rindu Anjani
"Selesai," gumamnya dengan menatap ke arah cermin di depannya. "Gimana penampilan aku, Bi?" Meri tersenyum. "Sangat cantik, Nona." Celindia tersenyum puas. Sejak malam itu, Celindia kembali kepada ambisinya untuk menjadi istri yang baik untuk Keindra. Bukan hanya itu, ia juga bertekad untuk membuat Keindra jatuh cinta kepadanya. Karena ... entah sejak kapan, jantung Celindia sering berdetak dengan keras saat bersama Keindra. Bahkan hanya mendengar nama pria itu, Celindia seakan merasakan jantungnya yang melompat keluar. Ia lalu mengadukan kondisinya kepada Meri dengan polosnya, Meri yang mendengar itu hanya tersenyum. Ia sudah melewati masa mudanya, dan ia tahu betul apa yang dirasakan nonanya itu. Saat Meri mengatakan bahwa itu adalah perasaan cinta kepada seseorang, dan seseorang itu adalah Keindra, Celindia sangat terkejut. Tentu saja terkejut, bagaimana bisa hatinya selemah itu dan mudah terjatuh ke te
Magbasa pa
Chapter 16 : "Dasar kucing liar."
Celindia terdiam saat tak mendengarkan respons dari sahabatnya yang kini jauh darinya. "Anjani?" Tak ada jawaban. "Anjani? Woy!" "Ah, ya? Kenapa?" tanya Anjani kemudian. Celindia berdecap kesal. "Dari tadi lo ngapain pe'a? Lo dengerin gak sih gue ngomong?" tanya Celindia gemas. Anjani tertawa canggung. "Maaf, gue gak fokus." Celindia menghela napas. "It's oke," jawabnya pelan. "Gimana tadi?" tanya Anjani. "Tadi? Apanya yang tadi?" "Yang lo bilang tadi, tadi gue sempet denger lo nyebut nama ... siapa tadi? Kain? Kinan? Atau apa lah itu." "Apaan Kinan! Wah, lo kena racun layangan sambung, ya?" "Layangan, layangan. Pala lo loyangan," ketus Anjani. Hening. "Woy!" teriak Anjani membuat Celindia lagi-lagi menjauhkan ponsel dari telinganya. "Santai pe'a! Aelah," gerutu Celindia dengan tangan yang m
Magbasa pa
Chapter 17 : "Jangan Keluar."
Celindia beranjak bangun dengan malas saat mendengar sebuah ketukan pintu dari luar. "Masuk," pintahnya dengan suara serak. Tak lama pintu terbuka menampilkan Meri dengan satu pelayan, wanita itu tersenyum menyapa nona-nya. Sedangkan pelayan yang satunya melangkah ke kamar mandi, Celindia hanya membiarkan. Pelayan yang hanya berbeda sekitar dua tahun dengannya itu pasti akan menyiapkan air hangat untuk ia berendam, kegiatan yang selalu ia lakukan saat memasuki kamar Celindia bersama Meri. "Selamat pagi, nona," sapa Meri dengan sopan. "Pagi, bibi." Celindia membalas dengan senyuman tipis. Meri tahu suasana hati nona-nya masih terbawa oleh keadaan yang semalam, ia ingat dengan jelas bagaimana raut kecewa yang tergambar di wajah cantik nona-nya. Wanita itu membuka tirai tinggi menggunakan remot elektronik, ia lalu kembali berdiri di samping ranjang Celindia. "Bagaimana dengan tidur nona? Apa nyen
Magbasa pa
Chapter 18 : "Mau Jadi Istri Durhaka?"
Celindia menatap layar televisi di depannya dengan serius, tangannya sibuk menyiapkan kue kering ke dalam mulutnya. Gadis itu tengah menonton film kesukaannya, salah satu film layar lebar Indonesia yang di ekspor ke mancanegara. Tadinya gadis itu berniat keluar rumah untuk menonton film itu di bioskop. Namun, saat ia menelepon Keindra, pria itu tidak mengizinkannya dan berkata untuk tetap berada di rumah. Celindia yang juga keras kepala tidak ingin mengalah, ia merasa akan jenuh jika lama-lama terkurung di dalam rumah yang sebesar mansion itu. Namun, Keindra juga tidak kehilangan akal. Pria itu menyuruh anak bawahannya untuk membeli semua CD film layar lebar yang berada di bioskop terbesar di Chicago, semuanya tanpa terkecuali. Celindia bahkan hampir saja menjatuhkan rahangnya karena ternganga saat melihat ada puluhan CD film layar lebar yang baru saja terjun tahun ini. Selesai dengan mode terkejutnya, gadis itu akhirnya memutuskan
Magbasa pa
Chapter 19 : "Saya enggak suruh kamu."
Celindia memejamkan matanya dengan kerutan di dahi saat napas Keindra yang sangat bisa ia rasakan, Keindra yang melihat itu tersenyum miring. Dalam diam kepalanya mengepal, ia hampir saja melupakan kenyataan bahwa gadis di depannya ini menikah dengannya karena harta semata. Melihat Celindia terkadang membuat amarahnya memuncak, namun jika tidak melihat gadis cerewet itu dalam sehari saja sudah membuatnya uring-uringan. Keindra sendiri bingung dengan dirinya, tujuannya menikahi Celindia hanya satu, karena permintaan Amira, sang nenek. "Kamu pikir saya mau ngapain, hm?" Celindia membuka matanya dan membulatkan matanya saat jaraknya dengan Keindra sangat dekat. "Ak--" Celindia mengatupkan bibirnya. Ia hampir saja menangis karena bibirnya sempat bersentuhan dengan bibir Keindra, jarak yang sedekat itu semakin membuat Celindia waspada. Berbicara sedikit saja akan membuat kedua benda kenyal itu bersentuhan, Celindia memundurkan tubuhnya.
Magbasa pa
Chapter 20 : "Hm, enak banget!"
"Ya iya gue tau, tapi kan gue cuman mau coba buat jadi istri yang baik bego!"  Tentu saja kalimat itu hanya terendam dalam pikiran Celindia saja, ia tidak mau membuat masalah dengan mencari gara-gara kepada Keindra.  "Ya aku mau coba jadi istri yang baik buat kamu ehehe," kata Celindia menyengir.  Celindia lalu mengambil alih tas kerja Keindra, gerakan gadis itu sangat cepat sehingga Keindra tidak ada kesempatan untuk menyela. Pria itu hanya menghela napas, sedangkan Celindia mulai menarik lengan kekarnya.  "Ayo, Kein. Aku udah ... " Langkah Celindia memelan seiring dengan suaranya yang hilang.  Baru saja ia akan mengatakan kepada Keindra bahwa ia sudah menyiapkan makanan, tetapi ia lupa bahwa ia tidak ikut menyiapkan makanan. Keindra yang langkahnya ikut terhenti karena Celindia memegang lengannya menatap Celindia dengan alis yang terangkat.  "Udah apa?" Celindia tersadar.  "Udah anu ahaha, u
Magbasa pa
PREV
123
DMCA.com Protection Status