Semua Bab Cinderella Hot Story: Bab 41 - Bab 50
160 Bab
Siap Setiap Saat
“Kamu sudah gila, Wà?” Reno berujar pelan nyaris mendesis, karena mendengar kabar yang telah disampaikan oleh Riko beberapa saat yang lalu. Untuk memastikannya, Reno sampai harus mendatangi hotel tempat Dewa berada saat ini. Reno menyeret Dewa keluar dan mereka berdua tengah berbicara serius tepat di depan pintu kamar.“Mungkin.” Salah satu penyebab kegilaan Dewa saat ini adalah, ia tidak kunjung bisa menghamili Rindu. Di kepalanya, selalu saja berputar tentang kalimat Rindu yang meremehkan kemampuannya sebagai seorang laki-laki. Oleh sebab itulah, Rindu sampai sekarang tidak kunjung hamil meskipun Dewa sudah menggauli gadis itu berkali-kali.“Tante Maria? Om Abraham? Dan, kalian berani main rahasia begini? Buat apa?” cecar Reno lalu membuang napas. “Kalau kamu memang mau nikah sama Rindu, tinggal bawa tuh cewek
Baca selengkapnya
Yang Pertama Kali
“Saya terima nikah dan kawinnya Rindu Anahita binti Herman Adiguna …” Pikiran Reno sudah tidak bisa fokus ketika mendengar nama ayah Rindu yang dikatakan sudah meninggal dunia. Reno sangat yakin kalau nama tersebut juga pernah didengar di telinganya. Namun, ingatan Reno itu tiba-tiba menjadi payah karena terlalu banyak yang telah dikerjakannya selama ini. Sampai, tanpa sadar satu kata ‘sah’ itu akhirnya terucap dari mulut Reno, bersamaan dengan tiga orang saksi lain yang berasal dari pegawai hotel setempat. Dengan ini, resmilah sudah Dewa dan Rindu menjadi sepasang suami istri, yang statusnya akan tetap menjadi rahasia sampai batas waktu yang belum ditentukan. “Semua orang sudah kembali ke tempat mereka masing-masing.” Dewa mengangkat kedua alisnya menatap Reno. Pria
Baca selengkapnya
Olahraga Pagi
Rindu terjaga seketika saat alarm subuhnya berbunyi. Membuka mata dan sempat terhenyak sesak, karena satu sisi tubuh Dewa kini menimpa tubuhnya. Dewa memeluknya dengan merebahkan sisi wajahnya pada bagian atas dada Rindu. Jadi jelas saja, kalau separuh tubuh Rindu kini terasa kram dan juga pegal.Rindu menarik napas dengan perlahan. Mencoba menggeser tubuh polos Dewa yang menempel padanya dengan sangat hati-hati. Kalau saja hari ini adalah hari libur, Rindu tidak akan mau repot-repot untuk bangun pagi seperti ini. Ia lebih memilih bergelung bersama pria tampan, yang saat ini sudah sah menjadi suaminya.Akan tetapi, semakin Rindu menggeser tubuh Dewa, tangan besar yang melingkar di tubuh Rindu semakin mengeratkan pelukannya. Dewa seolah tidak menginginkan Rindu pergi dari sisinya sepagi ini.“Pak Dewa, saya har
Baca selengkapnya
Good Luck!
“Resign?”Fila melongo melihat Rindu yang cengengesan sambil menyodorkan sebuah amplop di atas mejanya. Padahal, kemarin mereka baru saja melakukan meeting, di sebuah hotel untuk mengadakan sebuah event kantor yang akan dilaksanakan bulan depan.“Kok mendadak, Rin?” tambah Fila lalu teringat sesuatu. “Kok, saya jadi curiga kalau ini ada hubungannya dengan pak Dewa, ya? Kalian sebenarnya lagi ada urusan apa, sih?”“Ha? Pak Dewa?” Rindu pura-pura terkejut ketika mendengar persepsi yang dimuntahkan oleh Vira. “Ohh, yang kemaren itu, ya! Pak Dewa nanya masalah iklan, kayaknya mau pencitraan lagi deh, Mbak, roman-romannya.”“Oh, dia mau nyalonin lagi?” selidik Fila.
Baca selengkapnya
Muara Takdir
Senyum semringah nan lebar itu tidak kunjung lepas dari wajah Rindu. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Rindu akhirnya bisa memasuki tempat spa untuk merawat tubuh, dari ujung rambut hingga ujung telapak kaki. Biasanya, Rindu hanya masuk ke tempat-tempat seperti itu untuk urusan pekerjaan. Sebatas menawarkan iklan, atau untuk menagih tunggakan yang belum dibayar.Setelah menghabiskan waktu hampir empat jam di dalam spa, Rindu langsung meluncur ke sebuah pusat perbelanjaan. Baru kali ini pula, Rindu berbelanja tanpa harus melihat harga terlebih dahulu. Rindu hanya tinggal menunjuk barang yang ia suka, lalu membawanya ke kasir dan menggesek kartu debet yang sudah terisi dengan pundi-pundi rupiah dari sang suami ter …Entahlah, Rindu juga masih ragu dengan perasaannya saat ini. Rindu memang menyukai Dewa, tapi masih belum tahu pasti, apakah itu cinta, atau hanya sekedar rasa suka berbalut ambisi untuk meraih cita-citanya.Sebelum Rindu pulang ke apartemen, d
Baca selengkapnya
Sekarang Juga
Rindu menatap puas pada hasil masakannya yang sudah tersaji di meja makan. Memang sederhana, tapi Rindu yakin dengan rasa yang tercipta dari keahliannya tersebut. Rindu harus berterima kasih pada sang ibu untuk hal yang satu ini. Jika bukan karena Tiara yang selalu meminta Rindu membantunya di dapur sedari kecil, Rindu mungkin tidak akan tahu apa-apa.Rindu tidak tahu jam berapa Dewa akan pulang ke apartemen. Ia juga tidak mempertanyakan hal tersebut karena tidak ingin mengganggu sang suami yang mungkin saja masih bekerja di luar sana. Jadi, lebih baik Rindu pergi ke kamar dulu untuk mandi dan membersihkan diri untuk menyambut kepulangan Dewa.Rindu terkekeh geli seorang diri. Ia masih tidak percaya, kalau dirinya benar-benar menjalankan tugas sebagai seorang istri saat ini. Untuk sikap berbakti seperti ini, Rindu juga mempelajarinya dari sang ibu. Jika ada pen
Baca selengkapnya
Jangan Pernah Bersentuhan
Dewa tersenyum kecil melihat punggung terbuka Rindu, yang masih terlelap lelah di atas ranjang. Dewa sengaja tidak membangunkan Rindu, karena ia tahu kalau gadis itu pasti sangat kelelahan setelah menuruti semua keinginannya tadi tadi malam.Tahu begini, harusnya dari kemarin-kemarin saja ia mengikat Rindu. Dengan begitu, ia tidak akan terus-terusan pusing memikirkan gadis yang kerjanya selalu saja berkeliaran di luar sana.  Sebagai pria yang pernah menikah beberapa tahun yang lalu, wajar rasanya jika Dewa sempat membandingkan Rindu dengan istri pertamanya.Keduanya sungguh berbeda 180 derajat. Dewa tidak mempermasalahkan perihal pelayanan kedua wanita itu di atas ranjang. Karena, hal tersebut sama sekali tidak bisa dibandingkan. Antara Dea yang sudah sangat berpengalaman di segala bidang, dan Rindu yang
Baca selengkapnya
Rasa Penasaran
“Jadi, pemilik proyek maunya tahu beres?”Abraham mengangguk, membenarkan pertanyaan putranya. Setelah masa jabatan Dewa habis di periode ini, Abraham berencana meminta Dewa untuk menggantikannya. Abraham sudah melarang putranya itu, untuk kembali melanjutkan karir di dalam pemerintahan.Dewa pun setuju-setuju saja, karena ia sudah cukup memiliki banyak relasi dari elite pemerintah yang bertengger di atas sana. Terutama di bidang hukum dan politik. Jika dua hal tersebut sudah dipegang, maka Dewa bisa bersantai dan menjalankan semuanya dari balik layar.Jika Abraham kerap melakukan sesuatu dengan bersekutu bersama para preman elite. Sementara Dewa, akan menambah sekutunya dengan merangkul elite politik, dengan semua pencitraan baiknya selama ini. Yang Dewa butuhkan sebenarnya bukanlah sebuah jabatan. Ia h
Baca selengkapnya
Panggil Aku ...
Desah napas sepasang pengantin baru yang baru saja selesai menikmati surga dunianya itu, masih terdengar memburu. Detak jantung keduanya juga masih berpacu keras, dengan peluh yang masih saling mengikat rapat. Dewa menautkan jemarinya di atas punggung tangan Rindu yang masih bertelungkup lelah. Sedikit menaikkannya ke atas, untuk melihat cincin pernikahan sederhana yang ada di jari manis istrinya. Cincin yang Dewa beli secara mendadak dengan menyuruh Riko dan mempercayakan semuanya pada asistennya itu. Namun, meskipun bentuknya sederhana, tapi tidak dengan harganya. Kendati pernikahannya dengan Rindu dilakukan diam-diam, tapi Dewa tidak ingin sembarangan dalam memilih sesuatu untuk diberikan kepada gadis itu. Untuk sementara ini, memang hanya Rindu seorang yang memakai cincin pernikahan di jari manisnya. Sedangkan Dewa, memilih untuk tidak memakainya karena berbagai pertimbangan yang ada. Di antaranya, karena mereka hanya menikah siri, dan Dewa juga tidak tahu, bagai
Baca selengkapnya
Jangan Pernah Keluar
“Ini, kenapa dikunci, Yank?”Setelah memilih beberapa jas yang akan dipakai Dewa bekerja seminggu ke depan, Rindu melihat sebuah pintu yang terletak di sudut walk in closet. Karena penasaran, Rindu pun menghampirinya lalu mencoba untuk membuka pintu tersebut. Namun, tidak bisa karena pintu tersebut terkunci.Atas permintaan Dewa pagi tadi, akhirnya Rindu sudah mengubah panggilannya kepada sang suami. Nada bicara Rindu juga sudah tidak terlalu formal seperti sebelum-sebelumnya. Keduanya ingin, hubungan mereka tidak berjarak dan membuat semuanya menjadi semakin intim.Dewa yang tengah menukar jam tangan pada cabinet island, hanya memberi lirikan sejenak. “Nggak perlu dibuka. Cuma gudang biasa.”“Isinya?” tanya Rindu lalu menghampiri Dewa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status