All Chapters of Pandu Kesatria Genda Yaksa: Chapter 31 - Chapter 40
130 Chapters
Damara Pendekar Tapak Dewa
Demikianlah, maka keempat prajurit itu pun langsung turun ke dalam arena pertempuran. Mereka sangat khawatir akan keselamatan panglima mereka. Dumaya dan Wiriadinata sepertinya sudah siap menyambut keempat prajurit tersebut, untuk bertarung dengan mereka. Meskipun mereka sudah dalam kondisi terluka parah.Beberapa saat kemudian, Pandu mencelat sambil menghunus pedangnya dan langsung menebas leher pendekar itu dengan disertai bentakkan keras. "Rasakan ini, Ki Sanak...!" Demikianlah, tubuh pendekar itu pun terjatuh ke tanah dengan berlumuran darah segar mengalir dari batang lehernya, bak seekor ayam yang baru saja disembelih tampak mengerikan tubuhnya menggigil bergelimpangan di atas tanah kemudian terperosok ke dalam jurang yang ada di pinggiran hutan tersebut. Dengan tewasnya pendekar itu, bukan berarti Pandu mendapatkan waktu jeda dalam pertarungannya. Karena dua pendekar yang sedari awal memburu dirinya mas
Read more
Siasat Jahat Andaresta
Wiriadinata dan Dumaya saling berpandangan. Seakan-akan mereka ragu dalam menerima tantangan tersebut. "Hai, pengecut! Kenapa kalian diam saja? Ayo, maju!" bentak Damara. "Apakah kalian takut bertarung denganku yang sudah tua ini?!" sambung Damara kembali membentak. Rupa-rupanya, kedua pendekar tersebut memang benar-benar tidak berani untuk menghadapi pendekar paruh baya itu. Bahkan, mereka pun hanya diam saja, tidak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka. Wiriadinata dan Dumaya tidak berani menyahut perkataan Damara. "Kita lebih baik lari saja, daripada kita binasa di tangan Pendekar Tapak Dewa!" bisik Wiriadinata nyalinya mulai ciut tidak berani bertarung dengan Damara. "Terserah kau saja! Aku pun tidak mau mati konyol di tempat ini," jawab Dumaya balas berbisik. Demikianlah, maka Dumaya pun langsung melompat tinggi menerobos semak -belukar masuk ke dalam hutan, disusul oleh Wiriadinata se
Read more
Perundingan Para Pemberontak
Beberapa saat kemudian, Ki Kusumo yang merupakan sang pemilik padepokan tersebut sudah tiba bersama empat orang pengawalnya. Sontak semua yang ada di pendapa padepokan itu menjura hormat kepada guru besar mereka. "Terimalah salam hormat kami, Guru," ucap para pendekar itu secara bersamaan.Mereka tampak ajrih dan bersikap hormat terhadap guru besar padepokan tersebut. Ki Kusumo hanya mengangguk sambil tersenyum lebar, kemudian langsung duduk bersebelahan dengan Demang Ageng Piruka. Dua bola matanya bergulir mengamati satu-persatu orang-orang yang ada di hadapannya. "Apakah kalian masih bersemangat untuk melakukan pemberontakan terhadap pihak kerajaan?" tanya Ki Kusumo. "Siap, Guru...!!!" sahut para pendekar itu serentak. Ki Kusumo tampak semringah mendengar sahutan dari para pendekar tersebut. Itu mendadakan bahwa gagasan yang telah lama ia rancang sudah mendapatkan dukungan penuh dari para pend
Read more
Kehadiran Orang Tua Misterius
Keesokan harinya, Andaresta sudah berangkat dari padepokan menuju kuta utama Dalam Genda. Andaresta berniat hendak melakukan aksi pada malam harinya, menyusup ke dalam istana kerajaan demi mendapatkan keris pusaka milik sang penguasa kerajaan tersebut.Andaresta berpacu kencang menunggangi seekor kuda membelah hutan menuju sebuah keramaian di kuta utama Dalam Genda yang menjadi pusat pemerintahan kerajaan Genda Yaksa."Hiya! Hiya!"Menjelang sore, Andaresta sudah tiba di batas wilayah kuta utama. Tepatnya di sebuah desa yang mengarah ke pusat keramaian kuta utama Dalam Genda, sejenak ia menghentikan langkah kudanya. Karena di depan jalan yang hendak dilaluinya terlihat ada banyak prajurit kerajaan tengah berjalan beriringan menuju ke arah timur hendak masuk ke kuta utama."Aku harus menunggu para prajurit itu menjauh dari tempat ini. Sangat bahaya sekali jika mereka mengetahui keberadanku di sini," desis Andaresta berhenti sejenak sambil terus mengamati p
Read more
Raibnya Keris Pusaka Milik Sang Raja
Pada malam harinya, Andaresta sudah bergerak cepat menuju ke istana kerajaan Genda Yaksa. Sementara itu, kudanya ia tinggal di sebuah gubuk kosong yang ada di ladang milik petani tidak jauh dari lokasi istana."Aku harus berhasil masuk ke dalam istana," desis Andaresta sambil melangkah cepat menuju istana kerajaan.Hanya dalam waktu singkat, ia sudah berdiri di samping gedung tempat penyimpanan pusaka milik kerajaan yang ada di sebelah timur istana utama, Andresta menghentikan langkah dan mulai berjalan mengendap-endap. Kemudian, ia meraih sehelai kain yang ia selipkan diikat pinggangnya."Aku harus menutup wajahku. Jika ada prajurit yang melihat aksiku ini, mereka tidak akan mengenaliku." Andaresta bergegas menutup wajahnya agar tidak dikenali oleh para prajurit pengawal yang ada di gedung tersebut.'Semoga aku berhasil mencuri keris pusaka milik sang raja,' kata Andaresta dalam hati.Andaresta menarik napas dalam-dalam, kemudian mulutnya
Read more
Kecurigaan Terhadap Senapati Gukurajma
Siang itu, para petinggi istana sudah berkumpul di ruang utama istana. Sang raja saat itu hendak membahas tentang hilangnya keris pusaka yang diduga kuat sudah dicuri oleh seseorang yang memiliki kemampuan ilmu tingkat tinggi, sehingga berhasil mengelabui para prajurit penjaga gedung tempat disimpannya keris pusaka tersebut."Aku yakin, orang yang sudah mencuri keris pusaka ini bukanlah orang sembarangan. Karena tidaklah mungkin orang yang memiliki kemampuan biasa dapat dengan mudah memasuki area istana ini," ujar sang raja."Benar, Gusti Prabu. Hal ini sepertinya sudah dirancang dari jauh-jauh hari," sahut Maha Patih Semilang Kencana menanggapi perkataan dari sang raja.Prabu Surya Darma Wihesa dan Panglima Pandu mengangguk-anguk sambil memandangi wajah sang maha patih."Hamba pikir memang demikian, ini siasat dari orang yang benar-benar memiliki kemampuan tinggi," timpal Pandu mulai angkat bicara, ia membenarkan dugaan dari sang maha patih. 
Read more
Panglima Pandu dan Tamaraka Mendatangi Rumah Wiriadinata
Seorang prajurit senior tengah mengamati gerak-gerik Senapati Gukurajma dan Barunda, ia sangat mencurigai gerak-gerik Barunda dan juga Senapati Gukurajma yang saat itu tengah berbincang di depan barak prajurit."Aku curiga terhadap sikap mereka berdua, mereka tapak dekat sekali," desis Tamaraka terus mengamati gerak-gerik Senapati Gukurajma dan Barunda. "Aku yakin sekali bahwa Senapati Gukurajma adalah orang yang sudah menyuruh para pendekar itu untuk mencelaki Panglima Pandu," sambungnya.Kecurigaan Tamaraka terhadap Senapati Gukurajma dan Barunda berdasarkan informasi dari salah seorang penduduk yang memergoki mereka tengah berkunjung ke sebuah desa yang ada di pinggiran kuta utama Dalam Genda. Sehingga diam-diam, Tamaraka dan para prajurit lainnya langsung menyelidiki keberadaan orang-orang yang pernah berusaha mencelakai Panglima Pandu ketika berkunjung ke pinggiran kuta utama bersama dirinya.Beberapa saat kemudian, tibalah Panglima Pandu. Ia langsung mangg
Read more
Kejahatan Senapati Gukurajma Terungkap
Wiriadinata tersenyum lebar menatap wajah Panglima Pandu. Kemudian berkata, "Aku meminta maaf kepadamu, Panglima. Kesalahan yang pernah aku perbuat, semata-mata karena aku dibutakan oleh bayaran yang besar dari seseorang yang sengaja ingin melenyapkan Panglima dari istana."Panglima Pandu tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kemudian menarik napas dalam-dalam, dua bola matanya terus bergulir memandangi wajah Wiridinata dan beberapa orang pendekar yang ada di ruangan tersebut."Kalian adalah bagian dari rakyat kerajaan Genda Yaksa. Tidak mungkin aku menaruh rasa dendam terhadap kalian, aku hanya minta kejujuran kalian saja!" pinta Pandu lirih. "Sebutkan siapa orangnya yang sudah membayar kalian untuk mencelakai aku?" tanya Panglima Pandu menambahkan.Mendengar pertanyaan dari Panglima Pandu, Wiriadinata, Dumaya, dan para pendekar lainnya saling berpandangan. Mereka tampak ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Karena mereka merasa takut jika mengatakannya k
Read more
Barunda dan Kawan-kawannya Berhasil Ditangkap
Senapati Gukurajma, seakan-akan tidak mau mendengar perkataan dari Tamaraka. Justru, ia balas memarahi prajurit senior itu, dan hampir memukulnya.Namun, Panglima Pandu bergerak cepat. Ia langsung menangkis tangan kekar sang senapati dan melipatnya hingga ke belakang, sehingga Senapati Gukurajma sudah tidak dapat bergerak lagi."Maaf, Senapati. Jangan bertindak bodoh! Ini adalah perintah dari sang raja," kata Panglima Pandu dengan posisi memegang erat tubuh sang senapati."Bedebah kalau! Aku tidak akan memaafkan kesalahan kalian!" bentak Senapati Gukurajma berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman kuat tangan sang panglima."Maafkan aku, Panglima." Panglima Pandu langsung mengayunkan tangan dan memukul keras kepala sang senapati, hingga membuat pria paruh baya itu jatuh tak sadarkan diri."Bawa dia ke dalam penjara!" perintah sang panglima kepada Tamaraka.
Read more
Gelar Senapati Diberikan kepada Panglima Pandu
Seminggu kemudian....Panglima Pandu yang ditunjuk oleh sang raja sebagai pimpinan tertinggi dari tim penyelidik. Telah berhasil mengungkap siapa pelaku pencurian keris pusaka tersebut. Di hadapan para petinggi istana, Panglima Pandu menegaskan bahwa pelaku pencuri keris pusaka itu adalah Andaresta berdasarkan perintah dari Ki Kusumo yang merupakan otak di balik rencana jahat tersebut."Bagaimana dengan pelaku pencurian keris pusaka itu? Apakah orangnya sudah diketahui?" tanya Wira Karma kepada Reksa Pati yang baru saja pulang dari istana setelah bertemu dengan Panglima Pandu."Sudah, Paman. Meskipun Senapati Gukurajma tutup mulut dan memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di dalam penjara. Namun, Pandu sudah berhasil mengungkap semuanya," jawab Reksa Pati."Senapati Gukurajma bunuh diri?" tanya Wira Karma tampak kaget mendengar kabar tersebut. Ia saling berpandangan dengan Damara dan Jalamangkara."Benar, Paman. Senapati Gukurajma telah tew
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status