Seorang prajurit senior tengah mengamati gerak-gerik Senapati Gukurajma dan Barunda, ia sangat mencurigai gerak-gerik Barunda dan juga Senapati Gukurajma yang saat itu tengah berbincang di depan barak prajurit.
"Aku curiga terhadap sikap mereka berdua, mereka tapak dekat sekali," desis Tamaraka terus mengamati gerak-gerik Senapati Gukurajma dan Barunda. "Aku yakin sekali bahwa Senapati Gukurajma adalah orang yang sudah menyuruh para pendekar itu untuk mencelaki Panglima Pandu," sambungnya.
Kecurigaan Tamaraka terhadap Senapati Gukurajma dan Barunda berdasarkan informasi dari salah seorang penduduk yang memergoki mereka tengah berkunjung ke sebuah desa yang ada di pinggiran kuta utama Dalam Genda. Sehingga diam-diam, Tamaraka dan para prajurit lainnya langsung menyelidiki keberadaan orang-orang yang pernah berusaha mencelakai Panglima Pandu ketika berkunjung ke pinggiran kuta utama bersama dirinya.
Beberapa saat kemudian, tibalah Panglima Pandu. Ia langsung mangg
Wiriadinata tersenyum lebar menatap wajah Panglima Pandu. Kemudian berkata, "Aku meminta maaf kepadamu, Panglima. Kesalahan yang pernah aku perbuat, semata-mata karena aku dibutakan oleh bayaran yang besar dari seseorang yang sengaja ingin melenyapkan Panglima dari istana."Panglima Pandu tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kemudian menarik napas dalam-dalam, dua bola matanya terus bergulir memandangi wajah Wiridinata dan beberapa orang pendekar yang ada di ruangan tersebut."Kalian adalah bagian dari rakyat kerajaan Genda Yaksa. Tidak mungkin aku menaruh rasa dendam terhadap kalian, aku hanya minta kejujuran kalian saja!" pinta Pandu lirih. "Sebutkan siapa orangnya yang sudah membayar kalian untuk mencelakai aku?" tanya Panglima Pandu menambahkan.Mendengar pertanyaan dari Panglima Pandu, Wiriadinata, Dumaya, dan para pendekar lainnya saling berpandangan. Mereka tampak ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Karena mereka merasa takut jika mengatakannya k
Senapati Gukurajma, seakan-akan tidak mau mendengar perkataan dari Tamaraka. Justru, ia balas memarahi prajurit senior itu, dan hampir memukulnya.Namun, Panglima Pandu bergerak cepat. Ia langsung menangkis tangan kekar sang senapati dan melipatnya hingga ke belakang, sehingga Senapati Gukurajma sudah tidak dapat bergerak lagi."Maaf, Senapati. Jangan bertindak bodoh! Ini adalah perintah dari sang raja," kata Panglima Pandu dengan posisi memegang erat tubuh sang senapati."Bedebah kalau! Aku tidak akan memaafkan kesalahan kalian!" bentak Senapati Gukurajma berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman kuat tangan sang panglima."Maafkan aku, Panglima." Panglima Pandu langsung mengayunkan tangan dan memukul keras kepala sang senapati, hingga membuat pria paruh baya itu jatuh tak sadarkan diri."Bawa dia ke dalam penjara!" perintah sang panglima kepada Tamaraka.
Seminggu kemudian....Panglima Pandu yang ditunjuk oleh sang raja sebagai pimpinan tertinggi dari tim penyelidik. Telah berhasil mengungkap siapa pelaku pencurian keris pusaka tersebut. Di hadapan para petinggi istana, Panglima Pandu menegaskan bahwa pelaku pencuri keris pusaka itu adalah Andaresta berdasarkan perintah dari Ki Kusumo yang merupakan otak di balik rencana jahat tersebut."Bagaimana dengan pelaku pencurian keris pusaka itu? Apakah orangnya sudah diketahui?" tanya Wira Karma kepada Reksa Pati yang baru saja pulang dari istana setelah bertemu dengan Panglima Pandu."Sudah, Paman. Meskipun Senapati Gukurajma tutup mulut dan memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di dalam penjara. Namun, Pandu sudah berhasil mengungkap semuanya," jawab Reksa Pati."Senapati Gukurajma bunuh diri?" tanya Wira Karma tampak kaget mendengar kabar tersebut. Ia saling berpandangan dengan Damara dan Jalamangkara."Benar, Paman. Senapati Gukurajma telah tew
Malam harinya, Panglima Pandu langsung memanggil Tamaraka, Denda, dan Jaka Tira. Mereka adalah tiga orang prajurit yang akan diangkat oleh Panglima Pandu sebagai pengawal pribadinya ditambah Reksa Pati yang akan dijemputnya esok hari."Mohon maaf, Panglima. Ada hal apa yang hendak Panglima bicarakan, sehingga Panglima mengumpulkan kami malam ini?" tanya Denda dengan sikap ramahnya."Ada hal penting yang ingin aku utarakan kepada kalian," jawab Panglima Pandu lirih.Ia menghela napas sejenak, kemudian berkata lagi, "Kalian bertiga mulai saat ini akan menjadi pendampingku, nanti akan ditambah lagi satu orang yang akan menjadi kawan baru kalian."Denda dan kedua kawannya saling berpandangan, mereka sangat bahagia sekali mendengar kabar tersebut. Namun, Tamaraka merasa penasaran sekali dengan apa yang diutarakan oleh panglimanya."Sungguh, Panglima?" tanya Tamaraka meluruskan pandangannya ke arah sang panglima.Panglima Pandu tersenyum lebar mem
Malam itu, Panglima Pandu melewatkan waktu bersama keempat anak buahnya, berbincang santai sambil menikmati makanan dan minuman yang disajikan oleh pelayan istana yang bertugas melayani para prajurit di barak tersebut.Ada banyak hal yang mereka bicarakan bersama, terkait isu keamanan istana dan seluruh wilayah kedaulatan kerajaan Genda Yaksa."Besok siang aku akan berangkat untuk menjemput keluargaku, diperkirakan aku akan berada di sana selama tiga hari," ujar Panglima Pandu. "Untuk kalian ... aku harap dapat menggantikan peranku di istana!" sambungnya lirih."Apakah Panglima akan berangkat seorang diri?" tanya Jaka Tira menatap wajah sang panglima."Ya, aku akan berangkat sendirian. Aku harap kalian dapat menjaga keamanan istana dengan baik!" jawab Panglima Pandu berpaling ke arah Jaka Tira."Baik, Panglima. Kami akan menjalankan tugas ini dengan baik, dan kami berharap, Panglima selamat sampai tujuan dan bisa secepatnya kembali lagi ke istana,"
Panglima Pandu segera memperlambat derap langkah kudanya. Kemudian berpaling ke arah belakang. Tampak dua orang pria tengah menunggangi kuda mulai menghampirinya.Panglima Pandu terus mengamati pergerakan dua ekor kuda yang ditunggangi oleh dua orang pria tidak dikenal itu.'Siapa mereka?' kata Panglima Pandu dalam hati.Setelah kedua pendekar itu berada di hadapan Panglima Pandu. Tiba-tiba saja, mereka menudingkan jari telunjuknya ke arah sang panglima sambil berkata, "Kau adalah orang yang selama ini aku cari, beruntung sekali kami bisa berjumpa denganmu di tengah hutan ini. Jadi, kami tidak perlu repot-repot mencari keberadaanmu."Panglima Pandu tetap bersikap tenang dan tidak terpancing oleh sikap kasar pendekar tersebut."Kalian ini siapa? Dan hendak bermaksud apa menghentikan perjalananku?" tanya sang panglima mengerutkan kening."Kau adalah target buruan kami, Panglima Pandu. Aku akan membunuhmu, karena kau adalah penye
Mendengar seruan tersebut, Panglima Pandu tampak kaget dan terperanjat. Sejatinya, sang panglima telah mengerahkan jurus Halimunan yang tidak dapat terlihat oleh orang lain."Kenapa para pendekar itu dapat melihatku dengan jelas?" desis Panglima Pandu. "Tidak kelirukah aku? Apakah benar mereka adalah para pendekar Algojo Iblis, seperti apa yang pernah dibicarakan oleh Paman Damara?"sambung Panglima Pandu terus mengamati pergerakan para pendekar itu.Tidak lama kemudian, salah seorang dari mereka kembali berteriak memanggil sang panglima, "Panglima, keluarlah! Hadapi kami!"Pendekar tersebut terus berteriak keras menantang Panglima Pandu untuk keluar dan bertarung dengan mereka."Mau tidak mau aku harus keluar dan menghampiri mereka," desis Panglima Pandu langsung meloncat keluar dari balik semak belukar yang ada di sekitaran tempat tersebut.Panglima Pandu sudah bersiap untuk melakukan pertarungan dengan para pendekar itu. Karena tidak ada jalan la
Demikianlah, maka kedua pendekar tersebut langsung bergerak cepat meloncat tinggi dan terbang melayang meninggalkan tempat tersebut. Mereka tampak takut sekali dengan ancaman yang terlontar dari mulut orang tua tersebut.Panglima Pandu hanya tersenyum-senyum saja menyaksikan detik-detik larinya dua orang pendekar itu. Sementara itu, orang tua yang sudah membantunya tertawa terkekeh-kekeh melihat sikap dua orang pendekar yang sudah berlalu dari hadapannya. Kemudian, ia berpaling ke arah Panglima Pandu seraya berkata, "Lanjutkan perjalananmu, Anak muda! Kau sudah aman."Panglima Pandu tersenyum sambil menjura kepada pria berusia senja itu. Kemudian, sang panglima melangkah hendak menghampiri orang tua tersebut. Namun, belum sempat mendekatinya, tiba-tiba saja orang tua itu sudah hilang dari pandangan sang panglima. Entah ke mana perginya.Orang tua tersebut, pergi tanpa pamit sepatah kata pun. Seakan-akan tidak peduli kepada Panglima Pandu yang hendak menghampirin