All Chapters of Penakluk Hati Om Dokter: Chapter 11 - Chapter 20
119 Chapters
Part 11-Apartemen Om Dokter
“Kamu sekolah di SMP mana?” ... “A-ada deh, disana. Jauh. Om Dokter gak bakalan tahu,” jawab Wina asal. “Om, puter musik dong!” Pinta Wina untuk mengalihkan pembicaraan. Tapi sayang, laki-laki yang memegang kemudi itu tetap diam saja. Wina melirik, memilih ikut menutup mulut sambil menikmati angin dari jendela mobil. Sepanjang perjalanan, suasana menjadi sangat hening. Hanya terdengar deru mesin mobil yang tidak seberapa berisiknya. Meski bibir sama-sama terkatup, tapi isi kepala mereka sama-sama berkelana. Sampai-sampai Wina senyum-senyum sendiri mengingat apa yang dilakukannya beberapa waktu lalu. Selain dengan mengubah gaya berpakaiannya, Wina saat ini mencoba mendalami peran dengan menata rambutnya seperti anak-anak. Sungguh, kepang dua sedikit ribet menurutnya. Tapi kayaknya udah gaya bocah banget nih, akunya sambil mematut dirinya di kaca spion tengah mobil. Tingkahnya tersebut sukses menarik atensi Dirga. Di matanya, Wina benar-benar terlihat layaknya bocil yang beranjak
Read more
Part 12-Isi Paket
Wina duduk di cafe tempat perjanjiannya dengan Rizal. Tapi sudah hampir habis 2 gelas jus jambu, seseorang yang membuat janji belum juga menampakkan wujudnya. Hingga seorang waitress menghampirinya. Wina pikir ia akan diusir karena sedari tadi hanya memesan minuman dengan harga paling murah saja. “Maaf, Kak. Pak Dwi menunggu di dalam,” tutur waitres itu lembut. Wina malah bingung, karena merasa tidak mengenal nama tersebut. “Sepertinya salah orang deh, Kak. Soalnya saya janjiannya sama Rizal. Orangnya udah booking meja ini, kok.” Waitress dengan name tag ‘Karin’ itu tersenyum, “Pak Dwi sama Pak Rizal itu satu orang, Kak.” Oh, iya. Wina baru ingat kalau nama lengkap Dokter Rizal itu Rizal Dwi Hermanto. Wina meringis. Jadi malu’kan? Kemudian Wina mengikuti Karin ke dalam. Melewati area staff, lalu naik ke lantai dua. “Silakan, Kak!” Ucap sang waitress ketika sudah berada di depan pintu bertuliskan ‘DILARANG MASUK’. *** Berkat tulisan yang menggantung di daun pintu dan desain pint
Read more
Part 13-Dokter Pedofilkah
Flashback Isi Paket Datang Setelah membalas pesan dari Rizal, Wina mengedarkan pandangan sekitarnya memastikan si empunya rumah belum keluar kamar. Kemudian ia mendekati kotak paket, memastikan tadi tidak salah baca. SEX TOYS Begitu isi paket yang tertulis di kolom deskripsi barang. Sungguh Wina tidak menduga. Dari tampangnya, Dirga seperti orang yang lempeng-lempeng saja. Masih belum percaya, Wina pun membaca nama penerima paket. Memang tidak salah kok. Itu nama Dirga, si Dokter Cerobong Asap yang ia kenal. “Paket apaan, sih?!” Wina hampir saja berteriak kaget mendengar suara Dirga yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya. “Perasaan tidak pesan apa-apa,” ucap Dirga. Tapi tak urung ia meraih paket yang tergeletak di atas meja ruang tamu. “Astaga!” Teriak Dirga langsung melempar kardus begitu membaca deskripsi barangnya. “Ka-kamu udah lihat?” tanya Dirga was-was. Dalam hati ia berdoa semoga ART dadakannya ini belum membaca. Andai sudah membaca, ia berharap asistennya yang masih
Read more
Part 14-Lari Pagi Bersama
Hari ini Wina datang ke apartemen Dirga lebih pagi dari kemarin. Ia sudah diberitahu password apartemen, jadi ia bisa masuk meski si empunya masih di rumah sakit. Tangan Wina sibuk memasak nasi goreng untuk sarapan, tapi batinnya tengah berkecamuk. Ia merasa takut jika harus di dekat Dirga. Tapi hanya dengan berada di sekitar Dirga lah ia bisa melancarkan misinya. Kemarin sebenarnya Wina sudah ingin mundur menjadi asisten Dirga. Namun Rizal melarangnya dengan iming-iming pekerjaan di cafe tempat mereka bertemu. Rizal bahkan menjanjikan akan memberikan kebebasan pada Wina terkait jam kerjanya. Wina jadi ragu. “Lagi masak apa, Cil?” “Kambing!” Wina melonjak kaget mendengar pertanyaan Dirga. Pasalnya ia bahkan tidak sadar kapan Dirga masuk. “Haha, lagi masak kambing apa ngatain aku kambing, Cil?” ledek Dirga. “Kapan masuknya sih. Kok aku gak denger?” tanya Wina mengabaikan pertanyaan majikannya. “Baru saja,” jawab Dirga sambil meletakkan tasnya di meja mini bar lalu menyusul Wina
Read more
Part 15-Tragedi Cambuk
Wina pikir setelah lari, ia bisa langsung ke apartemen untuk melanjutkan pekerjaannya. Tapi ternyata Dirga menyeretnya ke sebuah outlet perlengkapan olahraga yang baru saja dibuka. Tak hanya kesal, Wina juga malu. Bayangkan saja, dia dipaksa ikut meski tubuhnya masih banjir keringat. Kan malu! Ya, butik khusus pakaian dalam dan serba-serbi wanita tadi hanya sebuah kesalahpahaman. Butik dan outlet itu letaknya bersebelahan. Pemilik butik dan outlet itu juga sepasang suami istri. Namun khusus minggu terakhir dalam setiap bulan, outlet akan buka lebih siang. Thank’s to Sheryl, Dirga jadi kenal dengan pemilik butik. Sehingga ia diizinkan untuk mengunjungi outlet lebih pagi. Tentunya dengan ditemani staff butik. “Sana pilih!” Perintahnya pada Wina. “Apa lagi sih, Om? Pekerjaan aku masih banyak, loh. Aku juga gak ada duit,” tolak Wina. Sungguh, sepatu disini harganya sangat tidak bersahabat. “Aku gak sepelit itu, Cil.” Ucap Dirga dengan mata menelusuri sepatu yang berjejer di rak sepat
Read more
Part 16-Pemilik Paket Sesungguhnya
“Ngapain lari?” Tentu saja Dirga bingung dengan tingkah Wina. Belum lagi ekspresinya yang seperti orang ketakutan.“Om, aku mo-mohon. Lepasin aku, ya. Ak—”Put your head on my shoulder...Alunan musik dari lagu lawas berjudul Put Your Head On My Shoulder yang dinyanyikan oleh Paul Anka menginterupsi ketegangan antara Dirga dan Wina. Keduanya menoleh ke arah pintu utama. Ternyata di depannya sudah berdiri seorang laki-laki bermata sipit berbadan atletis.Dia adalah Aldo, teman sekaligus sepupu Rizal.Put your lips next to mine, dear...Lagu yang dijadikan nada dering itu masih berbunyi dari ponsel Aldo. Mereka bertiga juga masih sama-sama mematung di ambang pintu masuk.“Iya, halo Mom...He’eh nanti Al janji kalau udah pulang kerja.”“Oke, Mom. Bye, love you.”Tut!Panggilan telepon pun terputus.“Emmm, tadinya aku mau ambil paket kemarin.” Ucap Aldo tanpa bergerak sedikitpun.“Tapi,” Aldo mulai canggung sendiri. Matanya melirik pada cemeti yang berada di tangan kanan Dirga, sementara t
Read more
Part 17-Sugar Baby
“Siapa sih dia? Sugar baby kamu?” Tebak Aldo yang langsung dihadiahi pelototan mata oleh Dirga.“Hush, sembarangan!” Sanggah Dirga sambil melemparkan bantal sofa dengan kencang tepat ke muka Aldo. “Mbok Sum lagi cuti,” Dirga mulai bercerita.“Terus, ketemulah sama makhluk mungil tadi. So, aku hire deh jadi ART sementara. Kebetulan dia juga lagi butuh pemasukan,” sambungnya.Aldo terkekeh ringan. Menertawakan diri sendiri yang sudah mengira Dirga yang tidak-tidak. “Kirain seleranya ganti lolly, bukan lagi Sheryl yang body-nya aduhai.” Tuturnya.“Gak mungkin lah, bro.”Kening Aldo berkerut, “kenapa? Padahal lumayan buat tester. Lelaki perkasa ini belum pernah nyobain yang underrated gitu.”Mendengar itu, Dirga sontak melempar bantal sofa dengan tenaga lumayan keras.Dugh!Dasar Aldo, pikirannya memang hanya akrab dengan bagian tengah paha kaum hawa! “Awas ya. Jangan pernah berani sentuh tuh bocil.” Dirga mulai mewanti-wanti Aldo yang omongannya memang tak pernah disaring.“Wina juga ha
Read more
Part 18-Rahasia Dompet Wina
Struk tagihan rumah sakit?Dirga lanjut membaca kertas itu—yang ternyata tidak hanya satu. Ia merasa familiar dengan kertas tersebut. Setelah diamati memang benar, struk tersebut dari rumah sakit tempatnya bekerja. Lalu apa hubungannya Wina dengan kertas-kertas ini?Kemudian Dirga ingat, bahwa setelah ia ditipu dua kali oleh Wina, ia menemukan Wina di taman rumah sakit. Apakah karena ini juga WIna tidak bisa melanjutkan sekolahnya? batinnya.Sejenak Dirga merasa iba, mungkin salah satu penyebab Wina suka menipu adalah karena keadaan. Bahkan bagi Dirga, Wina terlalu belia untuk bersedia mengambil pekerjaan sebagai ART.Andai Wina ada di sampingnya, pasti akan tertawa sampai sakit perut mengetahui pemikiran Dirga yang terlalu positif.Tak mau terlambat ke kampus, Dirga langsung memasukkan dompet kecil itu ke dalam tas ranselnya. Ia bermaksud akan mengembalikannya nanti selepas bimbingan.***Hari ini gaya berpakaian Dirga sangat santai, khas ala-ala mahasiswa baru, deh. Celana jeans, ka
Read more
Part 19-Rahasia Rizal
Sementara itu, setelah kesalahpahaman dengan tamu di apartemen Dirga a.k.a Aldo, Wina langsung bergegas ke cafe yang dijanjikan Rizal sebagai tempatnya part time. Sesuai perjanjian awal, kemarin Rizal memberikan pekerjaan kepada Wina—ya meskipun hanya sebagai asisten dapur.Wina tidak masalah dengan pekerjaannya, karena Rizal sudah memberikan kebebasan jam kerja untuknya. Sedangkan untuk masalah kuliahnya, Wina memutuskan akan mulai menghadap pada sang dosen minggu depan. Satu minggu ini akan digunakan untuk beradaptasi dengan pekerjaannya yang lebih dari satu.“Kak, Pak Dwi udah datang belum?” Tanya Wina pada karyawan lain begitu sampai di cafe.“Udah, belum lama. Katanya kalau kamu datang disuruh ke atas saja,” jawab Karin—karyawan cafe—yang tengah membersihkan meja sisa pelanggan.Wina berjalan ke bagian dalam cafe sambil melemparkan senyum pada semua staff yang ditemui. Jika kemarin ia ragu masuk ruangan Rizal karena desainnya yang aneh, kini Wina ragu karena mendengar perdebatan
Read more
Part 20-Pisangnya Om
“Wina? Rizal?” panggil Dirga sekali lagi.Sementara yang dipanggil seakan cosplay menjadi patung. Belum saatnya mereka ketahuan. Wina melirik Rizal melalui ekor matanya, berharap partner-nya ini inisiatif bertindak.“Kalian saling kenal?” tanya Dirga lagi. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa sepupu dan asistennya ini sudah saling kenal.“Om,” panggil Wina pada Rizal. Ia langsung mendekat dan membelakangi Dirga.“Ini belanjanya, perjanjiannya sampai sini, ‘kan?” tanyanya dalam mode sebagai Wina bocah SMP. Rizal tentu saja bingung dengan tingkah Wina yang mendadak sok imut.Sadar kelemotan rekannya, Wina langsung memberikan kode lewat matanya. Kemudian ia berjinjit dan mengambil es krim di tangan kiri Rizal dengan mulutnya. Lalu tangannya menyodorkan kantong belanjanya yang berisi buah-buahan dan bahan makanan lainnya.“Amwil!” ucap Wina tidak jelas karena mulutnya penuh dengan es krim.Setelah semua belanjaan beralih tangan, Wina gantian menyodorkan tangannya. “Uang ijo atau ungu
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status