All Chapters of Penakluk Hati Om Dokter: Chapter 21 - Chapter 30
119 Chapters
Part 21-Nambah Jam Kerja
“Kata Om, aku kerja kalau pagi aja?” Sungut Wina ketika membersihkan remahan snack ringan yang berserakan di kamar Dirga. Catat, DI KAMAR!Padahal tadi pagi tempat itu sudah bersih dan rapi.“Nanti aku hitung lembur, deh,” tawar Dirga.“Beneran lho, ya? Eh, tapi Om gak bakalan pecat aku selama Mbok Sum libur, kan?” Ya, Wina khawatir saja, setelah tadi pagi menuduh majikannya sebagai pedofil ia akan dipecat.Dirga berjalan mendekati Wina yang tengah membereskan meja belajarnya, “Nah itu yang mau aku omongin dari kemarin.” Ia menyentil dahi Wina karena gemas, “Tapi malah tadi pagi lari ngiprit, dan nuduh aku pedo?!”Wajah Wina memerah, bukan karena sakit disentil, namun karena malu. “Lagian, Om dari kemarin katanya mau ngomong penting gagal terus. Eh, tadi pagi Om malah telanjang.”“Haha, namanya juga orang mandi, Cil. Pokoknya selama Mbok Sum libur, kamu harus gantiin ya.” Ucapnya setelah duduk di ranjang.“Kemarin itu,” lanjutnya. “Mbok Sum bilang kalau liburnya bakal diperpanjang la
Read more
Part 22-Aman untuk Sementara
RizalGagalkan.! Perintahnya.Tangan Wina mendadak tremor ketika akan melakukan apa yang diperintahkan otaknya. Ia melihat sekelilingnya, memastikan sang majikan masih di kamar dan tidak ada CCTV di ruangan tersebut.Sebelum layar ponsel Dirga kembali terkunci, Wina buru-buru membuka pesan tersebut. Dengan tangan gemetar, Wina segera menggagalkan janji tersebut.Sheryl, siapapun kamu, aku minta maaf ya. Ucap Wina dalam hati saat menghapus pesan dari Sheryl.Setelah selesai, gawai Dirga segera dikembalikan ke tempat semula. Tak lupa mengelapnya dengan kaos yang dipakai untuk menghilangkan sidik jarinya di layar.“Ini punya kamu, ‘kan?”Wina bernapas lega saat Dirga kembali ke ruang tamu tepat disaat aksinya selesai. Namun keterkejutannya datang lagi kala melihat dompetnya ada di tangan Dirga.Dirga menyerahkan kembali dompet mini itu kepada pemiliknya. Sedangkan Wina menerimanya dengan tangan yang sudah panas dingin.“O-om udah buka dompetnya?” Tanya Wina memastikan.Kini giliran Dirga
Read more
Part 23-Rizal dan Sheryl
Cafe Last Day memang merupakan salah satu cafe yang lebih bersahabat untuk kantong menengah ke atas. Jadi tidak heran jika yang datang orang-orang sekelas Sheryl dan Dirga. Sheryl sendiri sangat menyukai cafe tersebut karena sangat nyaman untuk belajar.Di dalamnya juga terdapat perpustakaan besar yang berisi buku-buku dengan berbagai kategori. Suasananya sangat tenang. Sehingga Sheryl memilih mengajak Dirga mengerjakan persiapan sidang tesis mereka di cafe tersebut.“Makasih, Kak.” Ucap Sheryl lembut pada sang waitress. Tadinya, Sheryl belum ingin pesan apa-apa. Tapi karena sudah lumayan lama duduk di situ, akhirnya ia memesan susu coklat. Ya sebenarnya Sheryl memang tidak begitu suka dengan kopi apapun jenisnya, sih.Susu coklat di depannya sudah berkurang hingga setengah gelas. Namun laki-laki yang ditunggunya belum kunjung tiba. Beberapa pengunjung yang tadi datang bersamanya juga sudah meninggalkan mejanya.Jarum panjang dan pendek di jam tangannya sudah bertemu dua kali. Cafe La
Read more
Part 24-Menahan Om Dokter
Setelah kemarin menyusun rencana, di sinilah Wina. Berdiri di depan pintu apartemen Dirga sambil harap-harap cemas. Wina juga sudah mempersiapkan jawaban andai Dirga tahu bahwa dirinya yang sudah mengahapus pesan tersebut.“Om!” Panggil Wina sedikit keras. “Kok, sepi ya?” ucap Wina saat tidak ada sahutan dari si empunya tempat. Kemudian ia mengetuk pelan pintu kamar sang majikan.“Om, masih hidupkah orangnya?”Cklek!Begitu pintu dibuka, muncullah makhluk sebangsa dengan kaum adam dengan penampilan berantakan, mata ngantuk, dan wajah kusut. “Kirain abang-abang GoEat,” ujar Dirga seenaknya.“Mana ada, Om. Pengantar makanan nganterin sampe depan pintu kamar!” protes Wina.Tak tahan melihat wajah kusut sang dokter, Wina menyuruhnya untuk mandi dulu.Tak lama kemudian, makanan yang dipesan Dirga pun datang. Aroma lezat dari makanan tersebut langsung menguar memenuhi apartemen Dirga.“Wangi bangeeeet ... ""Ooom! Makanannya datang nih!” teriak Wina.Setelah mandi, Dirga memang terlihat le
Read more
Part 25-Drama Ngambek
Suasana kamar Dirga masih hening. Gadis berbadan mungil yang masih tergelung di bawah selimut juga membisu. Memikirkan jawaban apa yang tidak akan membangunkan kemarahan sang majikan.Sementara laki-laki yang masih mengenakan handuk itu tetap menatap sang asisten layaknya seorang tersangka. Tentu saja Wina langsung tertuduh karena dari kemarin hanya dia yang memegang ponselnya itu.“Jawab!”Wina langsung membasahi kerongkongannya dengan ludahnya yang mendadak hilang. “O-om, dari kemarin’kan data selulernya tidak diaktifin. Jadi mana aku tahu kalau ada panggilan atau pesan.”Masuk akal juga, sih, batin Dirga.“Terus chat yang hilang?” Tanya Dirga lagi, rasanya misteri kemana musnahnya pesan dari sang pujaan hati belum juga terpecahkan.Salah satu cara untuk membuat kita yang salah terlihat tidak bersalah adalah dengan memarahi balik sang korban sesungguhnya.Sebelum menjawab, Wina bangkit. Berdiri di atas ranjang, membuang selimutnya begitu saja. Lalu berkacak pinggang dengan mata mena
Read more
Part 26-Jogging Bersama Sheryl
Pagi ini, terpaksa Dirga pergi olahraga sendiri karena asistennya masih belum mau diajak. Beberapa hari selalu ditemani Wina, membuat pagi ini terasa lebih sepi. Biasanya akan ada ocehan-ocehan tidak jelas dari makhluk mungil itu. Entah pertanyaan random, atau sekedar keluhan untuk memintanya berhenti lari.Dan...satu lagi. Ia akan aman dari gangguan wanita-wanita dan ibu-ibu genit yang ingin mendekatinya. “Mas Dokter, sendiri saja?” Sapa seorang wanita dengan pakaian olahraga sangat ketat, lengkap dengan topi yang depannya selebar Danau Toba.Nah, kan. Baru saja dibatin sudah datang satu pengganggu. Dia adalah Sinta. Seorang instruktur senam—kabar beredar dia adalah seorang single mom.Bukan. Dirga tidak mempermasalahkan profesi atau statusnya, tapi sifatnya.“Iya, Mbak. Saya permisi duluan, ya.” Pamit Dirga dengan sedikit mempercepat langkahnya. Tapi sayang wanita berbaju pink fanta itu malah ikut mempercepat larinya.“Dirga!” Panggil seseorang dengan sedikit berteriak.Saat menoleh
Read more
Part 27-Kateter (17+)
“See, aku emang gak pernah salah menilai tubuh cewek,” kata seorang laki-laki yang menangkap tubuh Wina. Suaranya begitu berat, dan saat mendongak Wina lebih terkejut lagi.Lidah Wina mendadak kaku. Laki-laki bermata sipit di depannya ini tidak seharusnya mengetahui identitas aslinya, atau samarannya akan hancur setelah ini.Pria berkemeja biru langit—yang masih setengah memeluk Wina—itu adalah Aldo.Aldo mengeluarkan smirk-nya. Auranya sangat berbeda jauh dari sosok Aldo yang pernah Wina temui di apartemen Dirga.“So, who really you are?”Buru-buru Wina melepaskan diri dari Aldo. Menghembuskan napas panjangnya. Menetralkan kembali raut wajahnya.“Maaf, salah orang.” Elak Wina dengan halus. Ia juga tersenyum sebelum meninggalkan Aldo. Ekpresi wajahnya sangat ramah dan tenang. Bertolak belakang dengan hatinya yang tengah berkecamuk.Namun baru beberapa langkah, terdengar tawa dari belakang. Di sana Aldo tengah tertawa mengejek. Wina berusaha mengabaikannya dengan melanjutkan langkahnya
Read more
Part 28-Penyelamat Wina
Keesokan harinya, Wina datang ke apartemen sedikit siang karena harus ke rumah sakit terlebih dulu.Ia berjalan dengan langkah cepat menuju unit apartemen Dirga. Namun di belakangnya, Wina juga merasakan laki-laki berwajah oriental, Aldo, mengejarnya dan mempercepat langkahnya. Tepat di belakangnya.Begitu Wina membuka pintu apartemen, laki-laki yang sedari tadi mengikuti tanpa suara juga ikut masuk.“Ngapain ngikutin, sih?”Dengan pongahnya, Aldo duduk santai di sofa ruang tamu. Menumpukan punggungnya di senderan sofa dengan kaki disilang. “Ngawasin penjahat yang sedang cosplay jadi bocah,” sahut Aldo enteng.Wina menghela napasnya berat. Untung saja majikannya sedang tidak ada di apartemen. Ia berniat untuk tidak mempedulikan lelaki yang memancarkan aura permusuhan dan menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin.“Jadi tujuan kamu apa?” Tanya Aldo dengan nada ketus.Wina mendekati Aldo di sofa. “Gak ada urusannya sama kamu!”“Kalau sampai kamu bilang sama dokter Dirga,” lanjutnya. “A
Read more
Part 29-Sebelum Sidang
Semenjak kejadian di apartemen waktu itu, Wina memang lebih banyak diam. Namun isi kepalanya selalu berperang, antara ingin membantu Rizal atau balas budi Dirga.“Itu baksonya nanti berubah trapesium kalau kamu aduk terus, Win.” Gurau Edo membuyarkan lamunan Wina. Saat ini mereka tengah duduk di kantin kampus.Hari ini Wina ke kampus berniat menemui dosennya untuk mengajukan judul. Namun sayangnya, sang dosen mendadak ada urusan. Jadi hari ini ia gunakan untuk temu kangen dengan kampus dan teman-temannya.“Oh, ya, Do. Menurut kamu, kesalahan fatal apa si yang bisa menghancurkan sidang skripsi mahasiswa?” Tanya Wina tiba-tiba, dan hanya ditanggapi kekehan kecil dari Edo. Ia pikir, sahabatnya ini sudah overthinking sebelum mulai mengejerkan skripsi.Wina mengernyit heran, mendongakkan dagunya seakan bertanya ‘apanya yang lucu?’“Win, kamu tuh jangan overthinking dulu, deh. Judul aja belum di-ACC. Janji nanti bakalan aku bantu juga, kok.” Ucap Edo mencoba menenangkan Wina.Kini gantian W
Read more
Part 30-Hari H Sidang
Dirga memasuki ruang tunggu untuk sidang dengan sedikit tergesa-gesa. Sampai disana suasana sudah cukup ramai, namun perhatiannya hanya tertuju pada wanita yang selalu mengisi hatinya. “Sheryl!” Panggilnya lembut. Kemudian ia menghampiri salah satu peserta sidang tesis yang sedang dilanda kepanikan itu. Tangannya sibuk memainkan kuku dengan bibir yang terus bergerak tanpa suara. “Sher,” panggilnya lagi. Kali ini dengan suara yang lebih keras. Karena ia paham jika sedang gugup atau panik, Sheryl hanya akan fokus pada satu hal. Melihat siapa yang memanggil, senyum Sherylpun merekah. “Dirga!” “Aku nervous banget,” ungkapnya. Lalu tangannya meraih telapak tangan Dirga yang 4 centi lebih panjang untuk sekedar saling berbagi kekuatan. Sebenarnya Dirga juga sangat gugup mengingat persiapannya yang belum matang 100 persen. Namun di hadapan Sheryl, ia memaksakan untuk terlihat lebih santai. Selain itu, kabar buruknya adalah dosen penguji pada sidang kali ini merupakan salah satu dosen kil
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status