All Chapters of Penakluk Hati Om Dokter: Chapter 81 - Chapter 90
119 Chapters
Part 81-Wina Terancam
Terakhir Dirga masuk ke ruangan pribadi kakeknya ketika sidang tesisnya gagal. Namun paniknya tak separah saat ini. Berkali-kali ia melihat pesan dari kakeknya. Memastikan matanya tidak salah lihat.Jika saat itu ia hanya mengkhawatirkan diri sendiri, sekarang ia lebih khawatir karena ada Wina dalam foto yang kakeknya kirim. Dalam hati ia bertanya-tanya, darimanakah kakeknya mendapatkan foto itu?Foto intim dirinya dan Wina di kamar hotel malam itu!Dirga tidak ingin orang yang tidak tahu apa-apa seperti Wina akan ikut terseret dalam masalahnya. Kakeknya bukanlah orang jahat. Beliau juga sangat baik terhadap orang-orang dengan strata sosial yang lebih rendah.Namun berbeda cerita jika menyangkut dengan citra keluarga dan masalah asmara keluarganya. Seperti peraturan tidak tertulis, keluarga Hermanto hanya boleh berhubungan dengan orang yang bebet, bobot, dan bibitnya setara atau lebih tinggi.Dan sekarang, Dirga memiliki firasat buruk. Entah buruk baginya, Wina, atau keduanya.Dirga y
Read more
Part 82-Malam di Rumah Baru
"Win, bangun!" Dirga menepuk pelan pipi Wina. Air matanya sudah tumpah ruah. Pikiran-pikiran buruk tentang anak buah kakeknya tiba-tiba melintas."Om," panggil Wina lirih."Kamu nangis?" Meski cahayanya sangat temaram, Wina tetap bisa melihat wajah pria yang tengah memeluknya. Cahaya satelit bumi yang masuk melalui jendela kaca itu cukup menerangi bagian dalam rumah.Dirga langsung menghapus air matanya dengan tangan kanannya yang tak menumpu tubuh kecil Wina. Matanya meneliti Wina. Napasnya mulai teratur, merasa sedikit lega."Om, sakit," adu Wina."Mana yang sakit?" tanya Dirga antusias.Begitu Wina sadar, akal sehatnya pun kembali. Kelima indranya berfungsi lagi, termasuk indra penciuamannya. Hidung mancungnya menangkap bau menyengat. Berbarengan dengan itu, listriknya pun menyala.Kini Dirga bisa melihat dengan jelas keadaan Wina. Sejenak ia meratapi kebodohannya. Tanganya mengepal kesal dan menahan malu. Ternyata kondisi gadis di pelukannya tak sedramatis apa yang ada di otaknya.
Read more
Part 83-Pillow Talk
Mendengar ucapan Dirga yang mengatakan akan tidur bersama, membuat Wina langsung menarik kakinya yang sedang diobati. Ia menatap ngeri pada pria yang masih sibuk mengurus kakinya yang terluka akibat jatuh dan terkena kayu balok di gudang kotor.Entah dari mana pria itu mendapatkan kotak P3K. Lengkap pula isinya."Kenapa? Kita bukan baru pertama kali tidur bareng, lho." Dengan entengnya Dirga mengatakan hal itu. Ya, meskipun faktanya begitu."Lagian kamu mau tidur dimana lagi coba?"Ya, gak salah sih. Wina membenarkan dalam hati. Memang di rumah itu baru kamar Dirga ini yang layak huni. Wina juga tidak mungkin tidur di lantai bawah, di tengah tumpukan sofa baru. Tak ada AC atau kipas angin juga di sana."Atau, aku pulang aja ya. Pesen ojol.""Mau tidur atau aku tidurin?""Om!"Dirga malah terkekeh melihat ekspresi panik Wina.***Akhirnya setelah berembug, Wina mengalah dan memilih tidur di kamar yang sama, ranjang yang sama. Tentu dengan guling sebagai pembatas di tengah mereka."Mau
Read more
Part 84-Makna sebuah Ciuman
Malam semakin larut. Sunyi tak bisa dihindari. Hanya suara bising kipas angin yang mengiringi kedua insan itu. Dua manusia berbeda jenis kelamin itu masih terlalu dalam aktifitasnya. Mata keduanya sama-sama terpejam, menikmati rasa hangat yang menjalar di seluruh tubuh.Tautan bibir belum juga terlepas. Namun kali ini berbeda. Jika sebelumnya pria berahang kokoh itu menciumnya dengan nafsu, kini ciuman itu justru sangat lembut. Awalnya hanya sebuah kecupan. Hingga pria itu enggan menyudahi. Telapak tangan besarnya menahan tengkuk Wina. Perlahan bibirnya bergerak lembut.Menyecap bibir manis itu dengan sangat hati-hati. Kelembutannya mampu meluluhkan pemilik bibir tipis berwarna merah muda. Perlahan gadis itu pun terbuai, hingga ia membalas ciuman itu sebisanya.Ah, keduanya memang amatir dalam berciuman. Tapi keduanya sama-sama menikmati.Tak ingin bertindak lebih, pria itu menyudahi tautan bibir mereka.Napas keduanya terengah. Tubuhnya memanas. Merasa perputaran kipas angin di sudut
Read more
Part 85-Isi Hati Wina
Berawal dari pertemuan randomnya di taman rumah sakit. Ia menjalin garis takdirnya dengan Dirga melalui sebuah obrolan absurd. Ah, mungkin lebih tepatnya tipuan. Sebuah tipuan yang tidak disengaja.Awalnya ia juga tidak ingin menipu, tapi karena Dirga terlanjur memandangnya remeh sebagai bocah SMP yang bolos sekolah. Sebenarnya itu bukan pertama kalinya ia dianggap anak kecil oleh orang yang baru ditemuinya. Mungkin karena fisiknya yang tidak seperti orang dewasa pada umumnya.Hallo, umur Wina sudah di penghujung 22 tahun, lho!Setelah pertemuannya di taman kala itu, Wina tak berpikir akan bertemu lagi dengan dokter bertubuh gagah itu. Hingga Rizal menemuinya di malam hari. Lalu terciptalah sebuah kerjasama gila, namun cukup menguntungkannya.Memang ia sedang beruntung karena tubuhnya yang kecil bisa dimanfaatkan untuk mendekat Dirga atas perintah Rizal.Kesan pertama bertemu dengan Dirga dan Riza, ia pikir mereka adalah orang-orang jahat. Terutama Rizal. Namun setelah lebih mengenal,
Read more
Part 86-Isi Hati Dirga
Sudah berapa kali dan berapa banyak orang yang mengatakan ia menyia-nyiakan ketampanan dan hartanya yang tak pernah digunakan untuk menggaet cewek. Oke, Dirga akui. Perempuan yang dekat dengannya hanyalah ibunya dan Sheryl, sahabatnya sedari kecil.Hingga suatu hari di taman rumah sakit, ia bertemu gadis yang membuatnya kesal.Bocil penipu. Begitu ia menjuluki Wina kala itu.Setelah ia ditipu lebih dari dua kali, Dirga merasa julukan yang ia berikan sangat tepat. Entah suatu keberuntungan atau kesialan ketika ia memutuskan gadis mungil itu menjadi ART sementaranya. Awalnya ia merasa sangat iba kala tahu bahwa dia adalah bocah SMP yang terpaksa putus sekolah karena masalah ekonomi.Bahkan saat mencarikan SMP itu serius, lho!Dirga pikir tak ada salahnya sedikit membantu perekonomian gadis itu. Sehingga Dirga tak pelit memanjakan Wina dengan kerap membelikan apa yang diinginkan gadis itu. Lagian barang yang dibeli adalah hal receh. Duit Dirga tak akan habis hanya dengan itu.***Hubunga
Read more
Part 87-Kembali Asing
Wina menatap serius pada layar laptop yang baru menampilkan dua baris di halaman kerja Microsoft Word. Sedang berusaha ngebut mengerjakan skripsi ceritanya. Beruntung, Bab satu kemarin tak banyak revisi. Jadi ia langsung lanjut Bab dua.Sudah terhitung 5 hari dari hari itu. Wina merasa semuanya seperti mimpi. Rutinitasnya pun berubah. Tak ada lagi apartemen, tak ada lari pagi di taman, tak ada rumah baru, dan tak ada yang menyuruhnya membuat sarapan. Oh ya, tak ada juga kulkas berisi es krim gratis.Wina pikir, calon dokter bedah itu bercanda. Ternyata tidak. Pria itu benar-benar menganggapnya orang asing. Pernah saat berpapasan di loby rumah sakit, Wina yakin pria itu sudah melihatnya. Bahkan tatapan mata mereka bertemu. Tapi layaknya orang asing, Dirga justru berlalu begitu saja. Tanpa sapaan, tanpa senyuman.Pernah satu kali mereka berpapasan di parkiran mobil--Wina numpang sama Rizal--cucu kesayangan kakek Hermanto itu juga tak meliriknya barang sedikit. Padahal Wina yakin, Dirga
Read more
Part 88-Kesepakatan Aldo dan Hermanto
Mulai sekarang, Aldo enggan jika terus bersembunyi. Ia tidak ingin diremehkan kakeknya lagi hanya gara-gara ia suka main perempuan. Bukankah yang penting hasil kerjanya?Jika diperlukan, Aldo siap beperang terang-terangan dengan sepupunya yang selalu dibanggakan oleh sang kakek. Maka dari itu, Aldo memilih memasuki ruangan yang mirip ruang persidangan itu.Ruang Pribadi Hermanto.Sang kakek sedikit terkejut dengan kedatangan cucunya yang terkenal paling badung. Mirip papanya, begitu kata anggota keluarga Hermanto lainnya.Jika biasanya anak-cucunya hanya akan memasuki ruang pribadinya setelah dipanggil, tapi kini cucunya justru datang tanpa diundang. Ia tak mendengar cucunya meraih prestasi apapun. Jadi tujuannya kali ini pasti penawaran."Kakek punya waktu kurang dari 10 menit," peringatnya begitu Aldo duduk di hadapannya."Singat saja, Kek. Lima menit cukup, kok."Melihat kakeknya hanya mengangguk, pria itu tersenyum. "Foto yang kemarin saya dapatkan tidak gratis."Puluhan tahun ber
Read more
Part 89-Menahan Rasa
Dirga menatap kemeja biru yang menggantung di lemarinya. Kemeja yang pernah Wina pakai dengan terpaksa. Seutas senyum tipis terbit di wajahnya mengingat bagaimana lucunya gadis itu dengan kemeja besarnya.Ditutupnya kembali lemari itu setelah mengambil kemeja yang ada di sebelah kemeja biru itu. Pria itu tengah bersiap untuk ke rumah sakit. Karena mendapat shift siang, ia sedikit santai berangkatnya.Tiba-tiba ponselnya berdenting. Menampilkan pesan dari Kepala Desa tempatnya survey kemarin. Beliau mengirimkan pesan gambar, foto-foto dirinya dan Wina bersama para warga waktu itu.Ah, Dirga jadi rindu.Sudah berapa hari ini ia tidak berkomunikasi sedikitpun dengan si mungil itu. Sekuat hati ia menahan diri untuk tidak menemui Wina. Meski banyak kesempatan saat di rumah sakit. Dirga bahkan kerap pura-pura mengabaikan keberadaan Wina. Cucu Hermanto itu lebih memilih curi-curi pandang dari kejauhan.Dirga jadi suka ke kantin, padahal dulu sangat jarang menginjakkan kaki di sana.Dirga ja
Read more
Part 90-Bimbang
H-1 sebelum berangkat bakti sosial, Dirga dibuat kaget saat mendapat chat dari Wina. Terakhir kali ia melihatnya yaitu kemarin siang. Hari ini Dirga tidak melihat batang hidung gadis itu di rumah sakit. Padahal sejak pagi sekali ia sudah stand by di rumah sakit. Hingga malam menjelang pun Dirga belum pulang. Memastikan persiapan untuk penerjunan rekan nakes nya pada Bakti sosial keesokan hari.Namun malam ini, tanpa diduga Wina justru mengajaknya bertemu di rumah sakit. Katanya ia mau menitipkan sesuatu untuk warga di desa tempat baksos. Wina mengajaknya ketemu di tangga darurat.Awalnya Dirga menolak, dan menyarankan untuk menitipkan pada resepsionis saja. Wina langsung menolak karena Ia juga ingin mengatakan sesuatu yang penting.Ya, sudah. Dirga akhirnya mengalah.***Jam 21.15, waktu yang sudah Wina janjikan untuk ketemuan. Dirga sengaja datang lebih awal. Tidak mau Wina sampai kemalaman.Tak lama kemudian, ia mendengar suara langkah kaki mendekat.Wina datang, batinnya.Pintu tan
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status