All Chapters of Penakluk Hati Om Dokter: Chapter 91 - Chapter 100
119 Chapters
Part 91-Menitipkan
Melihat keadaan Wina yang tak bisa dikatakan baik-baik saja, membuat Dirga semakin gusar. Ia takut apa yang dikhawatirkan terjadi. Ia takut jika kecelakaan yang menimpa Wina bukanlah ecelakaan biasa. Dirga sangat takut jika anak buah kakeknya sudah turun tangan.Malam itu juga, Dirga langsung bergegas menuju tempat yang bisa dipercaya. Dipercaya untuk menitipkan gadis mungilnya selama ia pergi bakti sosial. Terpaksa, sih. Memang pada dasarnya Dirga kurang akur dengan orang ini. Tapi menurutnya dia bukan orang jahat. Jadi Dirga rasa, ia bisa menitipkan Wina sementara."Ngapain malam-malam ke sini, Om?" Wina menatap heran saat mereka tiba di parkiran caffe milik Rizal."Kamu tidur di sini sementara," jawabnya sambil melepas sabuk pengaman."Ngapain? Aku bisa tidur di rumah sakit, kok. Biasanya juga gitu." Tolak Wina."Kamu tidur di rumah sakit kalau Rizal juga shift malam." Dirga keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk."Om, gak mau gendong aku gitu? Biar so sweet!" Teriak Win
Read more
Part 92-Persembunyian Sementara
Dirga rasa, tak ada salahnya ia menceritakan pada sepupunya terkait kakeknya. Ia merasa kisahnya dengan orangtua Rizal sedikit mirip. Jadi mungkin sepupunya itu akan bisa membantunya."Terus kamu lagi curiga sama kakek?" Tanya Rizal mengambil kesimpulan."Ya, waspada saja.""Eh, bukannya kamu lagi marahan ya sama Wina?" Rizal ingat beberapa hari lalu Wina bercerita tentang dipecatnya ia sebagai ART dan memohon-mohon untuk diangkat sebagai karyawan tetap."Ya siapa yang gak marah coba dibohongin gitu?!" Jawab Dirga kesal. Ia jadi ingat kembali kesalahan Wina yang satu itu."Eh bentar." Dirga menyondongkan tubuhnya ke depan. Melihat dengan seksama wajah sepupunya. "Jangan bilang kamu udah tahu siapa Wina sebenarya dari awal kalian kenal?"Rizal memalingkan wajahnya. Diteguknya minuman bersoda itu untuk menghilangkan rasa gugupnya."Ya, dia kan karyawan aku. Pasti tahu, lah." Kilahnya.Dirga semakin murka. "Sialan kalian. Selama ini kompak nipu ternyata!"Melihat sepupunya sudah keluar t
Read more
Part 93-Pantang Menyerah
Tubuh indah bak biola Spanyol itu meliuk anggun memasuki sebuah ruangan. Ruangan bernuansa ceria, tak sebanding dengan aura dari penghuni ruang tersebut. Wanita cantik dengan make-up tebal itu perlahan menurunkan kacamata hitamnya. Duduk di sofa tunggal empuk. Dipangkunya tas tangan kecil bernilai puluhan juta itu."Selamat datang, Nona Sheryl." Sambut pemilik ruangan tersebut dengan mengulurkan tangannya. Sayang, uluran tangan bertato tengkorak itu tak juga disambut oleh tamunya.Sejenak, wanita cantik memicingkan mata. Tak percaya dengan pria di depannya yang berpenampilan bak mafia adalah pemilik ruangan yang ia kunjungi. Sungguh sangat kontras.Sekali lagi, Sheryl mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan. Ruangan yang terkesan hangat dengan dominasi warna lylac dan peach. Bagi yang belum tahu, pasti mengira penghuni ruangan ini adalah gadis manja penggemar barbie."Nona manis tenang saja. Tugas sudah kami laksanakan. Sesuai perintah, kami hanya melukai. Tidak sampai membnunu
Read more
Part 94-Terlambat
Pria berkaki jenjang itu berlari sekencang-kencangnya. Langkah panjangnya terus melaju menuju stasiun kereta. Meski napas sudah tersengal-sengal, ia tak memelankan larinya sedikitpun. Ia tidak mau kehilangan gadis yang belakangan ini tak enyah dari pikirannya. Tergenggam sepucuk surat yang sudah mulai lecek.Suara peluit kondektur yang melengking semakin menambah kecepatan larinya. Ia tidak mau terlambat. Ia harus sampai sebelum gerbong-gerbong kereta itu membawa gadisnya.Terlihat banyak calon penumpang yang memenuhi peron stasiun. Di antara kerumanan itu, ia melihat seseorang yang dicarinya berdiri di tengah-tengah. Tenggelam di kerumunan tersebut karena postur tubuhnya yang kecil.Larinya semakin cepat. Saat gadisnya sudah di depan mata, langkahnya langsung terhenti tatkala beberapa laki-laki berjas hitam berdiri di sekitar gadis itu.Tak hanya itu, langkahnya juga terhalangi oleh beberapa laki-laki bertubuh besar. Napasnya memburu, dadanya naik-turun menahan emosinya."Maaf, Tuan
Read more
Part 95-Mulai Menyelidiki
Seminggu sudah kegiatan Bakti Sosial berlangsung. Beban Dirga sedikit terangkat. Beruntung baksos yang dipimpinnya berjalan dengan lancar. Hukuman dari kakeknya sudah selesai. Meskipun kegiatan berjalan tanpa kendala, namun tak seharipun Dirga lalui dengan hati tenang.Setiap hari ia selalu merecoki sepupunya untuk mengetahui kabar Wina."Kenapa gak nanya sendiri aja, sih?!" Protes Rizal setiap kali Dirga meneleponnya dengan pertanyaan yang sama.Dirga pun selalu menjawab hal yang sama berkali-kali. "Aku gak mau kakek dan mata-matanya tahu."Begitu alibinya.Tcih, Rizal dibuat risih sendiri sama sepupunya yang seperti anak puber kasmaran."Kalian bisa gak sih, sehari aja gak usah ngrecokin aku?" Winapun tak luput dari omelan Rizal setiap ia menanyakan kapan calon dokter bedah itu pulang."Terus mau sampai kapan ruang kerjaku jadi tempat kamu ngiler?"Wina meringis melihat kemurkaan boss-nya. "Makanya aku tanya. Kapan Om Dirga pulang, karena aku udah pingin balik ke rumah!"Gadis itu m
Read more
Part 96-Detektif Dadakan
Seperti rencananya sejak ia masih di tempat bakti sosial. Dirga langsung mengajak Wina untuk menyelidiki kecelakaannya waktu itu. Mereka terpaksa bergerak berdua saja karena Rizal tidak mau. Lebih tepatnya tidak bisa karena sudah harus ke rumah sakit. Ia mendapat shift siang."Kamu yakin di sini?" Tanya Dirga memastikan kala mereka sampai di jalan raya dengan ruko dan aneka outlet di tepi kanan-kirinya.Wina mengangguk. "Lebih tepatnya disini, Om." Tunjuk Wina pada trotoar yang mendekati perempatan jalan."Aku inget banget. Ada tempat sampah gak jauh dari tempat aku jatuh." Ingatnya lagi. Dirga mencebik, menggerutu dalam hati. Kenapa ingatnya malah tempat sampah, sih?"Terus apa lagi yang kamu ingat?"Gadis mungil itu berpikir sejenak. Kemudian ia berteriak, "es krim!""Pelakunya bawa es krim?" Tanya Dirga tak yakin. Sumpah mana ada penjahat makan es krim sebelum beraksi?Wina menggeleng. Tangannya menyeret ujung kaos Dirga. "Tuh, kedai es krim, Om." Telunjuk kecil itu menunjuk sebuah
Read more
Part 97-Kecurigaan Dirga
"Di parkiran caffe Kak Rizal."Kata-kata Wina membuat Dirga tertawa sumbang. Kepalanya terus menggeleng pertanda tak setuju. Lalu diperhatikannya lagi rekaman CCTV itu.Nampak Wina berjalan santai dengan tangan menenteng kantong kresek hitam. Tiba-tiba dari arah belakang, muncul pengendara motor Kawasaki Ninja 250 SE LTD melaju sedikit cepat. Tepat di sebelah Wina, pengendara motor yang mengenakan pakaian serba hitam itu menabrakkan motonya ke arah Wina.Sayangnya mereka tak bisa mengenali wajah pengendara tersebut karena memakai helm full face. Mereka juga tak mungkin menemukan pelakunya hanya dengan menilai bentuk tubuhnya saja.Diperhatikan lagi rekaman CCTV tersebut. Dirga mengernyit saat melihat pengendara motor itu berhenti sejenak setelah menyerempet Wina. Seakan memastikan kondisi Wina, lalu pergi begitu saja. Di matanya, bukan seperti tabrak lariApakah niat pelaku itu hanya untuk memberi peringatan pada Wina, bukan untuk melukai?"Percuma kan, Om? Gak bakal ketemu juga siapa
Read more
Part 98-Pelaku Sesungguhnya
"Enak banget ya kamu. Bisa datang dan pergi kerja sesuka hati."Mendengar teman-teman kerjanya yang sedang mengobrol di dapur, membuat Wina menghentikan cuciannya. Mereka gak sedang nyindir aku kan? Batinnya."Iya, dong. Apalagi dengan gaji full. Atau malah lebih banyak dari karyawan senior?" Sahut karyawan lainnya.Telinga Wina semakin panas. Ia tak bisa lagi menghibur hatinya dengan mengatakan 'itu bukan untukku'. Dibersihkannya busa sabun cuci yang menempel di tangan. Ia meraih lap yang tergantung dekat bak cuci untuk mengeringkan tangannya. Kemudian Wina membalikkan badannya. Menatap teman-teman kerjanya yang tengah beristirahat di dapur."Kalian ngomongin aku?"Tidak. Wina bukannya mau nantangin mereka. Ia hanya ingin meluruskan semuanya. Wina tidak mau prasangka mereka semakin jauh. Karena tuduhan mereka tidak hanya menjelekkan namanya, tapi juga nama baik Rizal. Bagaimana pun Rizal adalah boss-nya. Dokter Umum itu sudah banyak membantunya dalam berbagai hal."Menurut lo?" Tanya
Read more
Part 99-Alasan Sebenarnya
[Flashback sebelum terungkap]Rizal berangkat ke rumah sakit dengan perasaan gamang saat membiarkan Wina dan sepupunya pergi menyelidiki kecelakaan itu. Tanpa mereka ketahui, diam-diam pria berwajah oriental itu juga sudah menyedilikinya diam-diam. Ia tidak bisa berpangku tangan dan hanya menunggu sampai Dirga selesai bakti sosial.Awalnya Rizal yakin bisa memecahkan masalah ini sendiri karena waktu kecelakaan terjadi, ia ada di sekitar TKP. Dengan berat hati Rizal mengakui.Rizallah yang menabrak Wina dengan motornya.Sore itu, tumben sekali Rizal ingin berjalan-jalan dengan si Kancil, sebutan untuk sepeda motor kesayangannya. Hingga pada sebuah pertigaan jalan, ia harus terhenti karena gantungan kunci motornya lepas. Suasana memang cukup lengang karena sudah memasuki waktu maghrib.Saat turun dan mengambil gantungan kunci miliknya, tepat di sebelahnya berhenti sebuah mobil SUV. Rizal awalnya tidak memperhatikan sebelum ia mendengar percakapan dari dalam mobil. Beruntung kaca mobil t
Read more
Part 100-Merayu
Dirga mengemudikan roda empatnya dengan laju. Tangannya masih mecengkeram erat stir mobl untuk menyalurkan amarahnya. Bekas darah Rizal masih menempel di jari-jarinya. Ini memang bukan pertama kali suasana mobil yang ditumpangi dua manusia beda gender itu hening. Namun kesunyian kali ini diliputi aura kemarahan dan kegelisahan yang sama-sama terpendam pada diri masing-masing.Mobil terus melaju. Hingga tanpa Wina sadari, mereka sudah tiba di sebuah rumah yang masih terlihat baru. Rumah rahasia milik calon dokter bedah tampan."Om, kita dengerin penjelasan Kak Rizal dulu, yuk!" Pinta Wina saat Dirga hendak membuka pintu mobil. Sebenarnya, Wina belum bisa percaya sepenuhnya apa yang Dirga tuduhkan tentang pelaku sesungguhnya kecelakaan waktu itu.Dirga masih diam. Sedari tadi ia mengunci mulutnya."Om. Kalau Kak Rizal niat mau nyelakain aku, ada banyak kesempatan untuk melakukan itu. Tapi selama aku sama Kak Rizal, semua baik-baik saja, kok." Wina terus menjelaskan. Ia tidak ingin hubun
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status