All Chapters of Rahasia Sang CEO: Chapter 31 - Chapter 40
100 Chapters
Bab 31 : Kejutan
“Hai, aku harap kau suka bekerja di perusahaan ini.”Audrey tersadar dari lamunannya, ketika Leon menghampiri mejanya. Meski baru satu hari dia bekerja di perusahaan itu, Audrey merasa kerasan. Setidaknya akan ada perubahan dalam hidupnya.Kebetulan beberapa karyawan sedang keluar makan siang, jadi kedatangan Leon di mejanya tak begitu menarik perhatian.Audrey bangkit berdiri dan sedikit membungkukkan tubuhnya.“Hei, tak perlu membungkuk seperti itu. Santai saja, Audrey. Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan denganmu, apa kau bersedia jika aku mengganggu waktumu sebentar?”Kali ini Audrey tak menggerai rambutnya seperti biasa, dia mengikat ekor kuda rambut panjang miliknya, sehingga memperlihatkan dengan jelas bentuk wajahnya.Audrey tak menjawab, hanya memberikan senyum tipis di bibirnya, dan mempersilakan Leon untuk duduk.“Silakan. Apa yang bisa kubantu?”“Kau sudah tahu jika peru
Read more
Bab 32 : Kau Membuang Waktuku!
Leon memberitahukan Brent perihal pertemuan mereka, dan memilih untuk bertemu di luar. Brent menyetujuinya.Setidaknya akan sedikit menyenangkan bertemu di luar kantor. Brent mengusap keringat di wajahnya menggunakan saputangan sutera berwarna hijau yang tak pernah lepas dari dirinya.Hampir lima belas menit lamanya dia menunggu Leon di sebuah restoran, dan dia menyewa sebuah ruangan pribadi. Tentunya agar tak ada yang mengganggu kenyamanan, yang mereka akan bicarakan adalah proyek ratusan juta dollar, bukan hanya sekedar pembicaraan tak bermutu.Di luar restoran seperti biasa, beberapa mobil mahal berhenti di lobby utama, membuat orang-orang yang berada di sekitarnya berdecak kagum, seakan mobill-mobil itu adalah sebuah barang langka.Audrey sedikit ragu ketika kedua kakinya melangkah keluar dari dalam mobil, pasalnya baru pertama kali dia harus menemui klien seorang diri. Apalagi menurut Leon, klien itu adalah salah satu orang terkaya dan berpengaruh di
Read more
Bab 33. Brent Dan Masa Lalu
Brent mempersilakan Audrey masuk ke dalam ruangan dan membuka pintu. Ketika Brent menarik sebuah kursi untuk Audrey, Brent pun mendadak terdiam di tempat. Dia ingat, perempuan di hadapannya sekarang adalah perempuan yang sama ditemuinya beberapa hari yang lalu.“Kau ....” ucap Brent kemudian tak melanjutkan kalimatnya.Audrey pun menyadari hal yang sama dengan Brent. Bagaimana mungkin dunia begitu sempit? Laki-laki berkuasa di depannya adalah orang yang sengaja mengejarnya dua hari yang lalu, laki-laki yang sempat membuatnya berpikiran buruk ternyata seorang yang sangat berkuasa, dan orang penting yang menjadi klien dari kantornya.“Ehm, rupanya dunia benar-benar sempit. Aku tak menyangka klien yang harus kutemui ternyata Anda,” ucap Audrey. Meski Audrey sedikit terkejut, dia tak menunjukkannya, ekspresi wajahnya pun terlihat biasa saja. Datar.Brent berusaha menunjukkan profesionalitasnya. Sebenarnya dia merasa agak malu dengan ke
Read more
Bab 34. Kuperlihatkan Kau Neraka
Sosok Audrey telah keluar dari dalam ruangan, meninggalkan Brent seorang diri dalam hening. Laki-laki itu mungkin benar seperti apa yang dikatakan Chris, jika dia masih terjebak dalam obsesi masa lalunya, bisa dipastikan cepat atau lambat Brent akan menjadi gila!Brent meminta seorang pelayan membawakan sebotol anggur terbaik ke dalam ruangan pribadi. Hatinya menjadi gelisah begitu dia melihat Audrey tadi. Ada perasaan yang sulit dia jelaskan pada diri sendiri, kenapa jantungnya berdegup kencang begitu melihat paras Audrey?’“Apa aku benar-benar terobsesi?” ucap Brent kemudian menuangkan isi di botol anggur ke dalam gelasnya.Dia tak pernah berhubungan dengan gadis manapun semenjak dia mengenal gadis ‘masa lalu’nya itu. Dia terus berharap dan berharap, pencariannya akan menemukan titik terang. Tetapi, semakin dia mencari, dia semakin menuju ke jalan tak memiliki ujung sama sekali!Brent menghirup aroma dari saputangan hijau m
Read more
Bab 35. Wacana Yang Kejam
Sepertinya Chris memang tak berniat untuk membuat kehidupan Audrey lebih tenang meski sesaat. Belum lama dia memaki Audrey di telepon, dia meminta Lody untuk datang menemui Audrey di kantornya secepatnya.Lody sendiri tak habis pikir, belum pernah dia melihat Tuan Mudanya begitu terobsesi terhadap sesuatu.“Aku tak peduli aku harus bisa mendapatkan apa yang kuinginkan, kau datangi nanti Audrey ke kantornya. Aku tahu dia bekerja di perusahaan Leon sekarang, dan aku tak peduli hal itu.”“Tuan Chris, apakah tidak terlalu berlebihan untuk mendatangi Audrey ke kantor? Bagaimana jika sampai terjadi keributan? Perempuan itu memang terlihat lemah, tetapi saat dia terjepit dia seperti memiliki kekuatan tambahan.”“Lalu? Sudah kukatakan, aku tak peduli. Lagi pula, aku tahu jika Leon saat ini sedang berada di luar negeri dan tak berada di kantornya. Kau bisa saja menunggu dia di luar kantor, seperti itu bagaimana? Supaya tak terlalu men
Read more
Bab 36. Kekacauan Di Bar
Lody akhirnya menemani Chris ke sebuah bar, sebelumnya dia telah menghubungi seorang mucikari terkenal yang biasa menyediakan perempuan-perempuan cantik, dan tentunya bukan perempuan sembarangan. Semua perempuan yang pernah diberikannya pada Lody adalah perempuan-perempuan cantik, anggun, dan elegan. Tak jarang beberapa di antaranya adalah artis-artis yang baru saja menapak karirnya, dan tak pernah puas dengan penghasilan yang mereka dapatkan dari pekerjaan halal mereka. “Berapa banyak wanita yang kau inginkan untuk kukirim padamu malam ini, Tuan Lody?” tanya Tanner melalui sambungan di telepon, mucikari yang selalu terlihat necis dan perlente, dengan rambut kelimis yang selalu disisir rapi ke belakang dengan gel rambut mahal miliknya. “Berikan aku dua wanita terbaikmu, karena malam ini Tuan Muda Chris sepertinya sedang dalam suasana hati yang kurang baik. Kurasa, satu tak akan cukup untuk menghiburnya,” jawab Lody diselingi tarikan rokok yang diisapnya.
Read more
Bab 37. Anjing Tuan Muda
Kedua wanita yang dipesan Lody akhirnya datang, tapi sayang tak ada yang bisa menikmati tubuh kedua orang wanita cantik yang sekarang sedang berdiri di hadapannya. Siapa yang mau menikmatinya?Lody melirik ke arah sofa, tubuh Chris sudah tergeletak di sana tak sadarkan diri.Lody pun mengeluarkan sebuah cek dan menyerahkannya pada kedua wanita itu.“Bawalah, dan segera pergi dari sini. Tuanku tak bisa menikmati kalian, karena—““Kami sudah datang secara sia-sia,” jawab salah seorang dari kedua wanita itu. Ya, mereka menyayangkan tak bisa menghabiskan malam dengan putera tunggal Tuan Howard yang terkenal penuh karisma itu.“Kenapa tak kau saja yang menggantikannya?” goda seorang wanita lainnya pada Lody. Membuat Lody mengangkat satu alisnya, senyum miring dari bibir Lody seakan memperlihatkan betapa jijik dia untuk menyentuh kedua wanita di hadapannya.“Aku tak pernah berpikir untuk menyentuh wa
Read more
Bab 38. Malaikat Bertanduk
Leon baru saja tiba di New York, setelah beberapa hari menyelesaikan tugas-tugasnya di  Singapore. Begitu tiba di kantor, dia langsung mencari Audrey.Dengan langkah sedikit tergesa, dia langsung berjalan menuju ruangan Audrey. Ketika tangannya membuka pintu, dia melihat Audrey sedang menatap dengan serius ke arah laptop, sepertinya Audrey sama sekali tak menyadari kehadiran Leon saat itu.Leon tak langsung menyapa Audrey, melainkan terus memperhatikan wajah perempuan itu dengan tatapan yang tak bisa dimengerti. Kedua matanya mengedip, lekat menatap Audrey dari arah pintu, ada desiran aneh yang mengalir di dalam dadanya. Dia tak merasa bosan menatap wajah Audrey saat itu.Leon sadar, sejak hari pertama Audrey menjadi bagian dari perusahaannya, dia telah mengagumi Audrey, sosoknya yang sederhana tapi penuh dengan pesona dan kecantikan yang terpancar jelas dari diri Audrey, membuatnya terpaku pada sosok perempuan itu.Leon tak bisa mengerti apa yang te
Read more
Bab 39. Trauma Tanpa Batas
Leon langsung mengangkat kepalanya, mencari asal suara letusan senapan api yang baru saja didengarnya. Perasaannya seketika tak nyaman, ada firasat yang mengatakan Audrey dalam bahaya.Leon berlari mencari Audrey. Tak lama kemudian, dilihatnya Audrey sedang duduk meringkuk, menutup kedua telinganya, dan Lody sedang berdiri di depannya memegang sebuah senapan api.“Lody!”“Tuan Muda Leon, cukup berdiri di situ, jangan pernah selangkah pun maju mendekat,” ucap Lody datar. Lody memunggungi Leon, menutupi sosoknya. Wajah Lody kali ini benar-benar bukan seperti Lody yang biasanya. Di balik kacamata ada tatapan tajam membunuh, yang tak bisa dimengerti orang lain. Kedua matanya berkilat.Sebuah batang pohon yang tak jauh dari mereka berada mengeluarkan sedikit asap karena terkena hunjaman peluru dari pistol milik Lody.Leon tak berani mendekat, jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya, dia tak ingin Audrey terluka. Leon tahu
Read more
Bab 40. Lody Gila
Lody mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian memukul setir, ada rasa sesal di dalam dadanya.Sungguh, dia tak berniat melakukan hal seperti tadi pada Audrey. Entah kenapa, emosinya terpancing begitu saja sesaat dia mendengar Audrey seakan ‘melawan’ melalui setiap kalimat yang terlontar dari bibir tipisnya.“Aku tahu, tak seharusnya aku melakukan hal seperti yang kulakukan pada Audrey. Aku hanya membuatnya semakin takut dan tertekan!” maki Lody pada dirinya sendiri.Lody menunggu di sebuah danau yang tak jauh dari tempatnya semula menemui Audrey. Dia turun dari dalam mobil, dan berjalan ke arah jembatan kayu dan duduk di tepi. Seperti biasa, Lody menyalakan sebatang rokok dan bersandar pada tiang jembatan.Kedua matanya menerawang jauh, pikirannya melayang entah ke mana. Air danau yang tenang, embusan angin yang mempermainkan rambut-rambut halus Lody, membuatnya seakan membeku di tempat. Tak ada yang tahu apa yang berada di dalam p
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status