All Chapters of Pesan Kotor Di Laptop Anakku: Chapter 131 - Chapter 140
150 Chapters
123
BAGIAN 123EKSTRA PARTPOV ZULAIKARESTU MAMI Aku, Jo, Mami, dan Ario pun akhirnya naik ke dalam limosin hitam yang telah disewa oleh Om Lukas spesial untuk perayaan sore ini. Dengan berpakaian sederhana dan dandanan yang apa adanya, aku sama sekali tak merasa minder. Asal ada Jo di dekatku, dunia ini akan serasa baik-baik saja. Ya, meskipun sore ini kami akan makan di resto sebuah hotel berbintang. “Tante, bagaimana suasana di sini? Nyaman?” tanya Jo yang duduk di kursi belakang kami bersebelahan dengan adikku. Aku dan Mami yang duduk sebelahan langsung menoleh ke belakang. Kulihat wajah Jo begitu tampan dengan senyum lebarnya. Ah, hatiku jadi tak kuat bila menatap Jo lama-lama. Sepertinya aku telah jatuh cinta lagi untuk ke sekian kalinya kepada orang yang sama. “Nyaman banget dong, pastinya. Tante belum pernah naik mobil seperti ini,” kata Mami apa adanya. “Ini keren banget, Kak Jo. Aku juga baru pertama kali,” t
Read more
124
BAGIAN 124EXTRA PARTPOV ZULAIKATERKUAKNYA KEDOK Limosin yang membawa kami akhirnya tiba juga di halaman parkir hotel Grand Crown Palace. Tentu saja mobil mewah ini mendapat tempat khusus, yakni parkir VIP. Hanya ada sekitar sepuluh mobil yang berjejer tepat di depan bangunan megah lima belas lantai ini. Wow, calon papa mertuaku memperlakukan kami begitu spesial sore ini. Aku agak minder saat turun dari limo dengan outfit seadanya khas ABG yang mau nongkrong di kafe. Namun, keminderanku segera sirna saat melihat sosok berambut rapi dengan bisep besar yang menyembul dari balik kemeja denim itu. Dia sama saja santainya denganku. Bukan seperti orang yang mau mendatangi acara resmi di resto mahal dengan hidangan caviar atau unagi. “Kita selow banget sih, tampilannya,” bisikku kepada Jo yang berdiri di samping. “Ah, nyantai aja, Bee. Namanya juga dadakan.” Jo yang jauh lebih tinggi dariku tersebut mengulaskan senyum lebarnya. Membua
Read more
125
BAGIAN 125EXTRA PARTPOV DONICEMBURU, MUAK, DAN MENYESAL “Sayang, kenapa cemberut?” Hana bertanya kepadaku saat kami baru saja memasuki mobil yang terparkir di depan pagar beton rumah Ika. “Nggak apa-apa.” Perasaanku tiba-tiba saja tak senang. Padahal, awalnya hari ini sudah kurencanakan bahwa akulah yang menang. Bahwa akulah yang akan tertawa di balik rasa kecewa yang mungkin bisa jadi memenuhi hati gadis itu. Ya, gadis yang telah menolakku beberapa kali. Menolak perasaanku yang sebenarnya masih ada hingga detik ini. Mendendam? Mungkin. Nyatanya, aku yang harus menelan pil pahit itu. Sosok di sebelah yang kukira akan membuat seorang Zulaika menyesal telah mengabaikan, buktinya tidak berpengaruh apa pun. Zulaika ternyata malah semakin berbahagia dengan anak konglomerat itu. Rasanya muka ini yang merah padam sebab malu. “Mas Doni,” panggil Hana sambil mencengkeram lengan kiriku tatkala pedal gas telah kuinjak.
Read more
126
BAGIAN 126EXTRA PARTPOV ZULAIKAWANITA BERJILBAB BURGUNDY Aku yang merangkul dokter Farhana kini sampai di depan ambang pintu masuk resto. Dua orang pria berseragam stelan jas dan pantofel mengkilap. Keduanya sudah memasang senyuman manis sejak kami masih beberapa meter sebelum tiba. “Selamat datang, Kak. Tamu undangan Pak Lukas?” tanya salah seorang dari mereka yang memiliki tubuh atletis dan wajah yang macho. “Iya. Saya Zulaika dan ini dokter Farhana. Di belakang ada Jo, anak Om Lukas. Sisanya keluargaku. Kami boleh masuk?” jawabku santai penuh percaya diri meskipun outfit yang kupakai bukanlah gaun malam yang mewah. “Silakan. Boleh kami cek barang bawaan di tas?” tanya pria yang juga mengenakan sarung tangan kulit berwarna hitam tersebut. Aku mengangguk. Membuka tas selempang yang kukenakan dan menunjukan isi yang hanya dompet serta ponsel tersebut. Dokter Farhana juga melakukan hal yang sama. Pria satunya yang
Read more
127
BAGIAN 127EXTRA PARTSATU PELAMINAN, DUA PENGANTINEnam bulan kemudian setelah pertemuan di resto hotel …. Akad nikah itu akhirnya berlangsung juga. Hanya berjeda sepuluh menit lamanya dari akad Papa Lukas dan Mama Soraya, akad nikahku dengan Jo digelar di tempat dan hari yang sama. Iya, kami berempat sengaja menikah di waktu yang sama dan resepsi pun juga bersama-sama. Lucu? Begitulah. Banyak yang memuji ide unik tersebut. Anak dan orangtua sama-sama nikah dan sama-sama pesta. Bahagia bukan kepalang. Hal paling haru adalah ketika Ario menjadi wali dalam pernikahanku. Dia yang melakukan ijab qabul dengan Jo. Ya Allah, rasanya aku merinding. Tak kubayangkan, di usia sebelia itu adikku telah memikul tanggung jawab yang cukup berat di kedua pundaknya. Cowok yang semakin dewasa dan bertambah-tambah tampan berkali lipat tersebut sangat gagah sekali kala menjadi wali nikahku. Di balik jas hitam hasil rancangan Mama Soraya, adikku tampak begitu menawan.
Read more
128
BAGIAN 128EXTRA PARTPOV DONIKEPUTUSAN “Ayah kecewa kepadamu, Don! Di mana harus Ayah sembunyikan muka ini?!” Suara parau Ayah menggelegar. Pria 60 tahun yang baru saja pensiun dari jabatannya sebagai kepala dinas di sebuah instansi pemerintahan tersebut kini terduduk lemas di atas sofa. Dia terlihat terpukul. Namun, cepat atau lambat aku harus mengatakan ini kepada Ayah. “Jangan paksa Doni, Yah. Doni merasa tidak cocok dengan Hana,” jawabku sambil berlutut di depan kaki pria tua tersebut. Ayah yang memiliki rambut penuh uban dan tubuh yang besar tinggi itu melayangkan tamparannya ke wajahku. Cukup keras. Akan tetapi, aku tak melawan. Wajar jika dia melakukan hal itu. “Bodoh! Dasar laki-laki tolol! Di mana otakmu, Don? Hana adalah wanita terhormat! Dia anak seorang profesor sekaligus rektor di fakultas kedokteran negeri ternama di kota ini! Gadis itu spesialis jiwa. Apa lagi yang kurang?” Ayah menarik rambutku hin
Read more
129
BAGIAN 129EXTRA PARTPOV DONILEPASKAN “Sampaikan ke orangtuamu, Hana. Aku pulang.” Aku langsung angkat kaki. Meninggalkan Hana yang menangis dengan penuh raungan. Tak kupedulikan sedikit pun tangis kepiluan itu. Hatiku telah puas melepaskannya. Apa pun konsekuensi dari keputusan ini, aku siap menanggungnya. Aku tak pulang ke rumah, melainkan singgah ke rumah dinas milik rekan kerja sekaligus abang letingku, Zaki. Dia tinggal sendiri di kota ini. Anak dan istrinya tak dibawa bertugas karena si anak lebih betah di rumah neneknya. Pernah dibawa tinggal di asrama tiga bulan, si anak yang masih kecil itu malah sakit-sakitan dan super rewel. Terpaksa, si Zaki jadi single dan kurang belaian. “Eh, ngapain ke sini?” Muka Zaki yang kelihatannya baru bangun tidur itu kaget melihat diriku di depan pintu rumah dinasnya. “Aku bermalam di sini, ya?” kataku sambil menerobos masuk. “Kenapa rupanya kau, Don? Ada masal
Read more
130
BAGIAN 130EXTRA PARTPOV DONIMAKI SAJA AKU Kutemukan Zaki yang rambut gondrongnya dikuncir ke atas dengan karet gelang tersebut tengah duduk di bangku panjang dekat pintu masuk tenda. Lelaki itu sedang menanti sembari menyesap rokoknya. Aku pun langsung ambil posisi. Mengempaskan bokong tepat menghadap ke arah Zaki, membelakangi beberapa karyawan warung yang sedang masak pesanan pelanggan. “Aku pesan bebek goreng dua porsi. Kau suka, kan?” tanya Zaki sambil menjentik abu rokoknya ke tanah. “Ya, terserah saja. Aku pemakan segala.” “Termasuk hati perempuan, ya?” Zaki tersenyum sinis. Aku hanya mendengus. Merebut kotak rokok milik Zaki yang dia biarkan tergeletak di tengah meja. Kini giliranku numpang rokok gratis dengannya, setelah seluruh sisa rokok yang kubawa tadi sudah habis dia sesap. “Sial kamu, Zak! Ini rokokmu sisa satu! Habis ini kamu yang beli lagi.” Aku mengumpat ketika melihat rokok hanya t
Read more
131
BAGIAN 131EXTRA PARTPOV DONIAYAH! Setibanya di depan pintu gerbang asrama polisi, Zaki menghentikanku. Dia berujar, “Don, bawa aku ke tempatmu. Aku akan mengawanimu ke rumah Hana.” Aku tertegun sesaat. Mobil langsung kupelankan lajunya. Kutoleh sekilas ke arah Zaki. Wajah pria berkulit sawo itu seperti mencemaskan sesuatu. “Apa yang membuatmu berubah pikiran? Aku tidak perlu dikasihani, Zak,” kataku sambil mendecih kecil. “Sudahlah. Jangan banyak basa basi. Cepat putar arah. Aku hanya bosan sendirian di rumah.” Aku tak menjawab. Segera kumundurkan mobil untuk putar balik. Dasar Zaki. Di balik sikap kerasnya, diam-diam dia selalu menaruh simpati kepadaku. Dia pasti tak tega membiarkanku sendirian menghadapi kerasnya kuku Om Syamsudin. Mobil kupacu kencang lagi. Menembus padatnya jalanan di sore Senin yang sibuk ini. Maklum saja. Orang-orang baru pulang dari kantor maupun kampus. Wajar bila jalanan be
Read more
132
BAGIAN 132EXTRA PARTPOV DONISATU PER SATU TUMBANG Atmosfer di ruangan ini menjadi begitu sarat akan ketegangan. Perasaanku begitu tak nyaman kepada Ayah. Satu sisi aku tak tega sebab telah mengecewakannya, tapi di sisi lain aku bersikukuh bertahan dengan egoku. Kusadari mungkin kerasnya kepala ini telah melukai Ayah. Namun, sekali lagi, aku tak dapat mengubah pendirianku. Setelah menunggu kondisi Ayah stabil usai mendapatkan pengobatan uap, kuputuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Ayah awalnya menolak. Beliau seperti masih merajuk kepadaku. “Ayolah, Yah. Doni mohon,” bujukku sambil bersimpuh di bawah kakinya. “Tidak usah. Aku bisa urus diri sendiri!” Ayah masih berkuat dengan keras kepalanya. Kami memang sama-sama memiliki sifat yang sama. Susah untuk mengubah prinsip. “Mbak Dina pasti sedih, Yah, jika tahu Ayah sakit begini. Jangan buat dia sedih. Kasihan,” kataku mencoba meluluhkan hati Ayah. A
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status