Semua Bab Pesan Kotor Di Laptop Anakku: Bab 41 - Bab 50
150 Bab
41
BAGIAN 41POV ZULAIKATAWAR MENAWAR NYAWA               Aku mendadak bingung dengan sikap Ario yang tiba-tiba merajuk. Kusadari bahwa ucapanku tadi memang telah membuatnya syok. Wajar. Anak itu pasti berpikir kalau tindak kriminal yang dilakukan oleh Daddy memang sangat melampaui batas. Mulai dari pedofilia, pembunuhan, sampai transaksi narkoba.              “Ario, jangan membuatku sedih. Jangan merajuk, dong,” bujukku sambil merangkul bahunya. Namun, adikku malah diam saja. Wajahnya datar. Sepanjang perjalanan menuju pulang, praktis tak ada lagi percakapan di antara kami. Siapa yang tak gundah diperlakukan begini? Tentu saja aku merasa resah plus tak enak hati.              Sesampainya di depan pagar rumah, aku langsung membayar
Baca selengkapnya
42
BAGIAN 42POV ZULAIKAMENELAN PIL KECEWA               “Aku hanya ingin, Papi lekas menikah dengan Tante Yeslin,” ucapku dengan sungging senyum culas.              “Iya, Sayang. Papi akan segera menikahi Yeslin setelah surat cerai di tangan. Kamu jangan khawatir, Nak.” Suara Papi terdengar penuh semangat. Dia antusias sekali menjawab. Seperti tengah ketiban rejeki.              “Namun, tolong jangan pernah punya anak dengannya! Jangan pernah! Kalau sampai kalian punya anak, siap-siap saja untuk mati. Papi atau Tante Yeslin, jelasnya kalian berdua akan kulenyapkan dengan apa pun caranya!”              “Ika … itu syarat yan
Baca selengkapnya
43
BAGIAN 43POV ZULAIKAKECURIGAAN MAMI               Hubunganku dengan Mami sejak malam itu kembali dingin. Aku seperti sudah mati rasa kepadanya. Semua seakan hambar, bahkan pengorbanannya pun kunilai tak ada yang spesial.              Sikap Mami sendiri kini terasa semakin beku kepadaku. Terlebih ketika dia memulai usaha karang bunga papan. Dia menjadi sibuk dengan kesibukan barunya. Tiada hari tanpa bekerja keras bagi Mami, sampai-sampai dia lupa untuk sekadar menyapa kami.              Selain sikap Mami yang kian berubah, rumah ini pun ikut nasib tuannya. Rumah yang semula memiliki halaman depan yang cukup lapang dengan rumput-rumput jepang yang tumbuh rapi serta pot-pot bunga yang menghiasi di sisi depan teras, kini berubah jadi markas k
Baca selengkapnya
44
BAGIAN 44POV ZULAIKAKEPERGOK DADDY               “Kenapa aku harus bohong, Mi? Memangnya, apa untungku berbohong?” Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya aku memberanikan diri untuk menjawab tuduhan Mami. Kebohongan demi kebohongan kini telah menjadi makanan sehari-hariku. Tiada hari tanpa meludah dusta. Sebenarnya nuraniku menolak untuk terus-terusan begini. Akan tetapi, memangnya aku punya pilihan lain?              Mami menatapku lekat-lekat. Seakan lagi menelisik apa yang ada di dasar hatiku. Sekuat tenaga aku berusaha terlihat tenang. Memberanikan diri untuk menatapnya balik. Setengah mati ketakutan ini kusembunyikan di balik wajah tenang bak air sungai yang mengalir mengikuti arus. Mami tak boleh sampai tahu rahasia demi rahasia yang susah payah kututupi darinya selama ini. &nbs
Baca selengkapnya
45
BAGIAN 45POV ZULAIKABAGAI BERJALAN DI ATAS SEHELAI RAMBUT               “Di mall, Dad ….” Setengah mati kutahan rasa deg-degan yang membuat tubuh limbung. Rasanya aku ketakutan. Belum lagi telapak tangan yang semakin dingin. Tuhan, tolong jaga aku. Jangan buat Daddy menemui untuk kemudian melenyapkan nyawaku.              “Oh, gitu. Ya, sudah. Kamu mau minta oleh-oleh apa, Sweetheart? Daddy pulang minggu depan. Mom, istrinya Daddy, masih pengobatan sampai akhir bulan. Namun, Daddy duluan pulang sama anak-anak.” Nada bicara Daddy terdengar santai dan lembut. Seketika aku merasa lega yang sebesar-besarnya. Rasanya aku mau berlonjak kegirangan saking happy­-nya mendengar ucapan Daddy barusan. Ini serius? Kok, dia nggak kepo aku pergi sama siapa dan ngapain ke mall? Ya Tu
Baca selengkapnya
46
BAGIAN 46POV ZULAIKAGARA-GARA ANTING               Setelah makan bersama dan memberiku hadiah, Jo kemudian mengajak jalan-jalan mengitari mall. Cowok itu dengan pedenya menggandeng tanganku. Aku tidak mempermasalahkan hal tersebut. Bagiku ini adalah bonus buatnya sebab sudah terlalu baik di siang Minggu yang begitu menyenangkan.              “Kita beli baju mau nggak?” Jo tiba-tiba bertanya saat kami melewati sebuah retail yang menjual segala jenis pakaian serta sepatu. Retail tersebut memiliki harga standar dan kualitas yang tidak buruk-buruk amat. Aku juga sering dibelikan Papi baju-baju di sini saat orangtuaku belum berpisah.              “Nggak usah. Uangmu nanti habis,” cegahku sambil menarik tangan Jo. Cowok i
Baca selengkapnya
47
BAGIAN 47POV ZULAIKASASARAN SELANJUTNYA ADALAH KIKAN               Dengan perasaan takut-takut, aku melangkah pelan ke arah Mami. Kuberanikan diri untuk duduk di sebelahnya, meski jantungku deg-degan luar biasa. Tampak wajah Mami sudah jutek. Kedua matanya menatap tajam ke arahku, seakan tak mau melepaskan aku dari terkamannya.              “Dapat anting dari mana, kamu?” Mami menyibak rambutku. Memegang ujung daun telinga sambil mendekatkan wajahnya.              “Ini anting-anting jualannya mama Kikan, Mi. Bahan silver. Aku dikasih sama beliau tadi.” Kujawab pertanyaan Mami dengan mencoba untuk tetap tenang dan percaya diri. Kuberanikan diri untuk menatap kedua matanya yang menelisik tajam, meski sempat terbesit r
Baca selengkapnya
48
BAGIAN 48POV ZULAIKASEBUAH IDE CEMERLANG               Dengan uang hasil pemberian Jo, aku mengirimkan Kikan dua cetak pizza ukuran besar dengan topping super lengkap. Tak lupa juga kukirimkan beberapa minuman ringan dan salad buah. Semoga dengan makanan yang kukirim, Kikan bakalan semakin lengket. Aku akan berusaha mati-matian mengambil hati anak itu.              Sudah terususun ragam rencana di kepala untuk memanfaatkan Kikan semaksimal mungkin. Kalau perlu, dia hanya dekat kepadaku, tak perlu dekat dengan Dinda. Terkecuali, si Dinda mau diajak kerja sama. Dinda sih, anaknya fleksibel sebenarnya. Sama seperti Kikan. Orangnya baik, penuh kepositifan, berprestasi, dan lembut. Sama polosnya seperti si Kikan. Akan tetapi, Dinda punya banyak teman di luar sekolah kami. Takutnya, kalau terjadi sesuatu hal kepada D
Baca selengkapnya
49
Bagian 49POV ZULAIKAMENDADAK JANTUNGAN AKIBAT KEDATANG DADDY “Iya, sudah aku maafin,” jawabku dengan nada lembut sambil mengarahkan senyum kepada Kikan maupun Dinda. Tampak keduanya bermuka lega. Mereka sama-sama mengeratkan rangkulannya ke tubuhku, seakan takut kalau-kalau aku marah lagi.“Kita langsung ke kantin, ya. Aku juga mau bagi-bagi barang, nih. Kemarin ditraktir banyak barang sama Papi, tapi kayanya aku nggak bisa bawa semua ke rumah. Takut Mami tahu,” ujarku kepada Kikan, karena dia yang tahu awal kebohongan yang kuutarakan semalam. Gadis berambut keriting yang dikuncir kuda itu langsung mengangguk paham.“Lho, Ika. Ini kan, pemberian papimu. Masa kamu mau bagi-bagikan ke kita? Lagian, kenapa mamimu harus marah segala?” Dinda melayangkan protes kritisnya. Kikan pun buru-buru menyela sang sahabat.“Hus, kamu belum paham ceritanya, Din!” bentak Kinan dengan nada yang ag
Baca selengkapnya
50
BAGIAN 50POV ZULAIKABARA ASMARA               “Keterlaluan kamu, Ika! Sekasar itu kamu berucap kepada Mami!” Mami memukul meja dengan telapak tangannya. Seketika menimbulkan bunyi krompyang akibat kaca meja yang menghentak beberapa perlengkapan makan di atasnya.              “Percayalah padaku. Jiwa Mami memang sedang terganggu.”              Setelah puas mengucapkan kalimat tersebut, aku buru-buru masuk ke kamar. Membanting pintu kuat-kuat hingga rasanya rumah ini seketika menggelegar seperti kena gempa. Kurampas tas dari atas meja belajar, memanggulnya di atas kedua pundak, kemudian keluar dari kamar secepat kilat.              Sebelum pergi,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status