Lahat ng Kabanata ng Takdir Cinta Seorang Prajurit: Kabanata 21 - Kabanata 30
43 Kabanata
Bab 21
Dengan setengah terpaksa, Sena memberikan ponselnya pada Gavin. Mau tidak mau, Sena menuruti permintaan Gavin karena Sena tidak mau durhaka dengan suaminya. Gavin menerima ponsel Sena dengan muka tidak terbaca. Dengan cekatan, Gavin menulis nomor mantan tunangan Sena tersebut. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya masakan Sena kini sudah matang. Harum sedap menyelimuti ruangan dapur tersebut. Gavin yang sibuk dengan gawainya kini mengadahkan kepalanya saat mencium masakan Sena. Di lihatnya Sena yang sedang memindahkan makanan itu ke meja makan. Sudah tidak sabar Gavin ingin mencicipi masakan istrinya tersebut. “Boleh saya bantu?” tanya Gavin berinisiatif membantu Sena. “Tidak usah Mas, sudah hampir selesai. Mas duduk aja dulu.” senyum Sena membuat Gavin mengalah lalu duduk di meja makan. Sedari tadi mata Gavin tidak berhenti mengawasi gerak gerik Sena. Setelah Sena selesai
Magbasa pa
Bab 22
Matahari kini sudah menunjukkan wujudnya, sinaran matahari menjadi sesuatu yang di nantikan Gavin kala pagi di puncak. Sinar yang berpadu dengan kabut menjadi pemandangan menakjubkan yang jarang di temui di kota. Agenda mereka hari itu ingin menikmati suasana di puncak. Sebelum memulai kegiatannya, mereka tidak lupa mengisi perut dengan sarapan terlebih dahulu.   Menu sarapan saat itu sangatlah sederhana, hanya dengan roti yang sudah di beri olesan selai. Setelah selesai sarapan dan mempersiapkan diri, mereka siap berangkat. Gavin dan Sena sepakat untuk berjalan kaki menuju kebun teh karena lokasinya yang tidak begitu jauh dari Vila. Setiap perjalanan mereka di suguhi oleh pemandangan cantik dan udara sejuk. Tidak heran mereka merasa tidak begitu lelah berjalan kaki meskipun jalannya banyak yang menanjak.   Tiba di kebun teh mereka mengabadikan kenangan tersebut dengan berfoto bersama. Sebetulnya bukan mereka namun Sena yang memaksa Gavin un
Magbasa pa
Bab 23
Amarah Gavin memuncak ketika melihat kejadian itu. Nafasnya memburu dengan rahang yang mengeras. Sorot matanya mengisyaratkan dendam kepada pria yang membawa istrinya. Kaki panjang Gavin mulai berlari kencang untuk mengejar Sena. Sekuat tenaga Gavin berlari agar tidak kehilangan jejak mereka. Beruntung Sena yang terus memberontak, membuat pria tersebut kesulitaan dan langkah mereka tidak begitu cepat. Gavin yang sudah dekat, dengan gerakan cepat menarik baju pria tersebut dari belakang. Secara otomatis pria itu tertarik oleh tangan Gavin dan di lepasnya tangan Sena. Merasa ada pertolongan, Sena menyingkir dengan badan yang bergemetar. Di lihat suaminya yang brutal sedang meninju wajah pria itu sampai dia jatuh tersungkur. “Bukankah kamu laki-laki yang tempo hari saya hajar bukan? Ternyata kamu berani membuat masalah,” Gavin ikut berjongkok di depan peneror tersebut. “Aku tidak pernah takut dengan siapa
Magbasa pa
Bab 24
Mobil mewah yang tengah ditumpangi Gavin dan Sena kini sudah tiba di kediaman Aditama. Kepulangan mereka secara mendadak menjadi pertanyaan besar dari keluarganya. Sebelum Gavin menceritakan kejadian yang menimpa Sena, Gavin mengantar istrinya ke kamarnya untuk beristirahat. Untuk kali pertama Sena masuk ke dalam kamar Gavin, pandangan Sena menelusuri tiap sudut isi kamar tersebut. Terdapat beberapa hiasan dinding yang elegan. Kamar yang mewah seperti kebanyakan orang kaya pada umumnya.   Kamar itu berukuran besar dengan nuasa putih dan abu-abu. Pandangan Sena kini tertuju pada jendela besar yang meyuguhkan pemandangan tumbuhan hijau samping rumah. Kamar yang benar-benar menyejukkan mata Sena dan membuat hatinya tentram. Kamar seorang laki-laki dewasa yang sangat rapi, Sena merasa nyaman berada di kamar itu. Setelah mengantar Sena, kini Gavin berada di ruangan keluarga untuk menceritakan kejadian yang menimpa Sena pada Papa dan Mamanya.   Se
Magbasa pa
Bab 25
Saat ini Gavin sedang berbaring dekat Sena, ia memandangi wajah istrinya yang damai dalam tidurnya. Cantik yang tidak membosankan, itulah hal yang paling Gavin suka pada Sena. Memandang wajahnya kini menjadi candu untuk Gavin. Dalam hati Gavin mengatakan akan berusaha mencintai Sena dan akan membuat Sena terlindungi di dekatnya. Yang paling terpenting Gavin membuat Sena mencintainya.   Tidak berselang lama wajah sang istri berubah gelisah. Nafasnya memburu dengan kening yang berkeringat. Kegelisahan wajahnya kini berubah menjadi ketakutan. Gavin terlihat cemas lalu berusaha membangunkan Sena. Gavin menebak jika Sena sedang mimpi buruk. Sena yang terbangun mencoba meniminalisir perasaannya.   Setetes air mata jatuh mengaliri pipi Sena. Mimpi buruk itu masih membuat Sena ketakutan. Bayangan Bagas belum sepenuhnya hilang dari ingatannya. Sena sangat benci dengan hadirnya kembali Bagas di dalam hidupnya.   “Sena,” panggil Ga
Magbasa pa
Bab 26
Saat itu keluarga Aditama sedang menikmati suasana malam mereka di halaman belakang rumah. Mereka bersantai sambil bercerita tentang kegiatan mereka hari itu. Tempat itu menjadi spot favorit keluarga Aditama. Halaman belakang mereka terdapat fasilitas kolam renang dan juga area gym. Terdapat juga berbagai jenis tanaman yang tumbuh subur sehingga menjadi area yang menghasilkan oksigen bersih. Tidak ada bosannya jika mereka sudah berada di tempat itu. Keadaan Sena yang sudah mulai tenang memberanikan diri keluar kamar setelah di bujuk oleh Gavin. Dengan sabar Gavin menemani Sena sepanjang hari. Saat ini mereka berjalan menuju halaman belakang untuk bergabung dengan keluarga lainnya. Sambutan hangat keluarga Aditama ketika melihat Sena datang menghampiri. “Hey Sena, bagaimana keadaan kamu, sudah membaik? Tidak ada yang luka kan?” Tanya Bu Dila lembut, beliau ingin memastikan kondisi Sena saat itu. “Alhamdu
Magbasa pa
Bab 27
Malam telah berlalu dan pagi pun menyambut hari yang baru. Tidak lupa sebagai makhluk Tuhan, Sena bersyukur karena telah di beri ketenangan hati untuk mengawali harinya. Suasana hati yang kembali tentram, membuat Sena bersemangat memasak untuk sarapan keluarga besarnya. Sena melakukan itu dengan suka rela dan melarang ART di rumah Aditama untuk membantunya.   Sena mulai membuka kulkas dan memeriksa bahan pangan mentah yang siap untuk ia olah. Bahan makanan yang terdapat di kulkas sangat lengkap. Tersedia sayuran, buah buahan, sereal dan lainnya. Isi kulkas tersebut menjadi primadona jika orang melihatnya. Saat itu Sena memutuskan untuk membuat bubur ayam, nasi goreng dan juga aneka buah buahan. Tidak lupa, Sena juga membuat minuman susu dan juga teh hijau panas.   Satu persatu masakan Sena telah matang. Tidak lupa, sebelumnya Sena menyicipi masakan buatannya untuk mengetahui rasanya sudah pas atau justru keasinan. Setelah di rasa sudah pas,
Magbasa pa
Bab 28
Mereka sedang menikmati masakan Sena dengan lahap. Keluarga itu makan dengan tenang tanpa mengeluarkan suara. Hal itu sudah menjadi ajaran Pak Arka yang melarang berbicara ketika makan. Keluarga Aditama terus memuji masakan Sena yang sangat enak. Bahkan Chika meminta ijin pada Sena untuk membawa masakan nasi gorengnya ke sekolah untuk bekal.   Gavin menyudahi makannya dengan minum segelas air putih. Gavin lalu mengamati seluruh keluarganya apakah sudah menyelesaikan makannya atau belum. Keluarganya yang sudah menyelesaikan makannya, Gavin memberanikan diri untuk berbicara.   “Pa ma, aku ingin mengatakan jika mulai besok, aku dan Sena akan menginap di asrama. Kami menginap selama tiga hari. Ada pekerjaan yang penting yang tidak bisa aku tinggalkan. Sena juga harus ikut karena ada acara Ibu Persit,” izin Gavin kepada ke dua orang tuanya. Seluruh pandangan keluarganya tertuju pada Gavin. Dengan tenang, Gavin menunggu jawaban keluarganya untuk m
Magbasa pa
Bab 29
Suara ayam berkokok menandakan pagi telah tiba. Alarm ponsel mengusik tidur panjang Sena meskipun hanya bordering satu kali. Dengan mata yang masih terpejam, Sena meraba berusaha mengambil ponselnya. Setelah ponsel itu berada di tangannya, Sena membuka mata lalu mematikan alarm tersebut. Sena dan Gavin harus bangun lebih awal untuk berangkat ke asrama agar tidak kesiangan mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung.   Ingin segera bangkit dari tempat tidur, badan Sena tertahan oleh tangan yang melingkar di perutnya. Kaki Gavin juga menghimpit kaki Sena sehingga pergerakannya sangat sulit. Dengan perlahan dan hati-hati, Sena mencoba memindahkan tangan Gavin dari perutnya. Namun saat ingin memindahkannya, tangan itu justru semakin erat memeluk Sena.   “Mas, ayo bangun. Mau berangkat pagi-pagi bukan?” ujar Sena lembut. Sena pasrah memindahkan tangan kekar suaminya itu, Sena kalah tenaga dengan Gavin.   “Sebentar lagi, biarka
Magbasa pa
Bab 30
Pagi itu akan menjadi sesuatu hal baru untuk Sena. Untuk pertama kalinya ia memakai baju Persit untuk mengikuti kegiatan bersama Ibu Persit lainnya. Wajah Sena terlihat jelas jika ia sangat gugup. Sena masih awam tentang kegiatan di asrama. “Wajah kamu terlihat gugup. Ada apa?” Gavin memandang Sena lekat. Sikapnya yang sering berjalan mondar mandir, menandakan jika istrinya itu sedang cemas. “Ahh iya, aku belum pernah bergabung dengan Ibu Persit sebelumnya. Bagaimana jika nanti sikapku memalukan Mas,” wajah sendu Sena mengisyaratkan jika dirinya belum siap. Khayalan negatif Sena terus berkeliaran pada otaknya. Sena akui sangat khawatir jika dirinya akan menjadi bahan pergunjingan di sana. “Tidak perlu mengkhawatirkan itu. Kamu hanya belum mencobanya. Para istri Parajurit yang saya kenal sangat baik. Tenanglah untuk itu,” Gavin mencoba menenangkan Sena. Gavin mengatakan itu memang benar
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status