Semua Bab Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Bab 41 - Bab 50
390 Bab
41. Pebinor Meresahkan.
“Dokter, semuanya sudah siap,” ucap Irene salah satu suster kamar operasi saat Sonya datang. “Penatanya siapa? Mana rekam medisnya?” tanya Sonya sembari mengangkat kedua tangannya yang sudah menggunakan sarung tangan saat suster memasangkan surgical gown (baju khusus untuk operasi) ke tubuhnya. Irene membacakan rekam medis pasien dengan tenang dan pelan berusaha agar Sonya bisa mendengarnya dengan benar. “Itu, Dok.” “Tekanan darah sudah normal?” tanya Sonya lagi sembari masuk ke dalam ruangan operasi. “Sudah, Dok, pasien sudah diberi obat penurun darah tinggi,” ucap Irene. “Oke.” Sonya masuk ke dalam ruangan operasi dan mendapati Awan yang sedang mempersiapkan pasien sembari berbincang-bincang dengan pasien untuk menenangkan pasien. “Bu Aurora, saya Dokter Sonya yang akan melakukan anestesi.” Sonya memperkenalkan diri pada pasiennya yang akan melakukan tindakan operasi SC. “Iya, tapi, panggil saya Liz saja, Dok,” jawab Liz lema
Baca selengkapnya
42. Ventilator.
“Awan, kamu jaga pasien, kabari saya kalau ada apa-apa,” ucap Sonya saat mereka keluar dari ruang operasi.“Baik, Dok,” ucap Awan sembari mengedipkan sebelah matanya dan mendorong ranjang operasi ke ruangan pemulihan.Sonya tersipu melihat kedipan Awan yang menggoda dirinya, entah sejak kapan Sonya mulai merasa berarti dan dibutuhkan oleh Awan. Pikirannya selalu tentang Awan, Awan, Awan dan Awan. Gilanya Sonya menyukai dan mulai terbiasa dengan perasaannya itu, bahkan, Sonya mulai bisa tidur lebih pulas, makan dengan teratur dan mulai bisa tersenyum lebih tulus lagi pada orang lain.Saat Sonya keluar dari ruang operasi ia melirik keluarga pasien yang baru saja ia bantu untuk melakukan operasi caesar, pasiennya tadi bahkan melahirkan anak kembar cewek dan cowok. Ada rasa iri saat melihat wanita tadi mampu melahirkan anak dan memberikan kebahagiaan pada suaminya, membuat sebuah keluarga yang utuh.Berbeda dengan dirinya, mungkin dia
Baca selengkapnya
43. Sentuhan Hangat
Sonya keluar dari ruangan rawat Sekar dan mendapati suami Sekar yang menatapnya dengan tatapan lelah dan sedih, Sonya yakin kalau lelaki itu sudah menangis sepanjang waktu. “Pak ....”“Dokter Sonya,” bisik Isan, “bagaimana keadaan Sekar?”Sonya mengunci mulutnya dia tidak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, sedekat apa pun dirinya dengan Sekar dan keluarganya rasanya tidak profesional dan elok bila ia langsung mengatakan keadaan Sekar, padahal ada Dokter Aldo yang bertanggungjawab akan hal itu semuanya.“Mungkin, nanti Dokter Aldo yang akan menjelaskan semuanya,” ungkap Sonya sembari mengusap bahu Isan sesopan mungkin, “tapi, tadi saya sudah pasang alat ventilator untuk membantu bu Sekar bernapas kembali.”“Iya ... saya, saya tidak tahu kenapa tadi tiba-tiba Sekar tidak dapat bernapas dan tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat,” lirih Isan sembari mengusap wajahnya dengan lemah
Baca selengkapnya
44. Ada Udang di Balik Bakwan
"Ngapain kamu di sini?" Sonya berjalan ke arah Emir, sekilas Sonya melihat obat-obatan yang ada di dalam lemari khusus miliknya. Bukan mencurigai tapi, Emir dulu pemakai dan kemarin Sonya masih harus menambahkan dosis yang lumayan banyak agar menahan rasa sakitnya saat ia menjahit kening Emir membuat Sonya sedikit khawatir."Aku nunggu kamu, Sayang," ucap Emir sembari berjalan melewati Sonya dan duduk di sofa yang selalu Sonya jadikan tempat ia tidur bila sudah merasa lelah bekerja.
Baca selengkapnya
45. Ampun Emir
"Sinting kamu!? Itu rumah aku, aku yang beli itu rumah pakai uang aku, itu rumah aku!? Bukan rumah kita!? Kamu nggak berhak atas rumah itu, Emir!?" sentak Sonya.Emir dengan cepat menyentuh pipinya yang panas akibat ditampar oleh Sonya, rasa sakit di pipinya tidak sesakit harga dirinya yang seolah Sonya campakkan ke lantai. "Sonya!?""Apa?! Apa!? Kamu mau apa!? Itu rumah aku, kamu nggak punya hak barang sepeser pun dari rumah itu!? Itu
Baca selengkapnya
46. Keluar?!
"Ampun, Emir!?" Sonya menjerit keras sembari melindungi wajahnya dengan kedua tangan miliknya yang bergetar hebat. Sonya menutup matanya serapat mungkin, berusaha untuk menahan rasa takutnya akan ledakan kemarahan Emir.  Tubuhnya seolah mengeras dan bersiap menerima pukulan dari Emir, entah tamparan atau tonjokkan yang Emir arahkan pada salah satu bagian tubuhnya, Sonya sama sekali tidak bisa berpikir jernih, dia ketakutan.Brak ....Tubuh Sonya bergidik saat mendengar suara keras seolah ada seseorang dibanting di lantai. Sonya masih tetap memejamkan matanya, dirinya terlalu takut untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.Beberapa detik berlalu setelah bunyi tersebut, Sonya terkesiap saat merasakan perasaan hangat menyelimuti tubuhnya dan mungkin ini hanya sebuah ilusi Sonya, karena Sonya merasakan wangi pantai yang sangat
Baca selengkapnya
47. You and I
“Sonya, kamu nggak apa-apa?” tanya Awan sembari memutar kunci pintu ruangan Sonya dan saat berbalik tubuhnya langsung merasakan kelembutan tubuh Sonya. Wangi parfum bakarat bercampur dengan wangi alami tubuh Sonya yang sangat Awan sukai seketika itu juga tercium. “Awan ... Awan, aku takut ...,” bisik Sonya sembari mengeratkan pelukannya menempelkan tubuhnya serapat mungkin dengan tubuh Awan. Awan dengan cepat membalas pelukan dan mengusap punggung Sonya dengan lembut, “Udah, udah nggak ada suami kamu itu, udah aku usir.” “Aku takut, Awan ... aku ... aku ....” Sonya melepaskan pelukannya dan menatap manik mata Awan ketakutan berusaha untuk menimbang-nimbang apakah dia harus menceritakan semuanya, pada Awan atau tetap menutupi keadaan pernikahannya yang sudah porak-poranda namun, hanya beberapa orang saja yang mengetahuinya. Sonya memundurkan tubuhnya dan berjalan ke arah meja yang sudah berantakan akibat perkelahian Awan dan Emir. Sonya berjongkok dan
Baca selengkapnya
48. Can We Hold?
"Sentuh aku ...," bisik Sonya.Tubuh Awan bergidik saat mendengar permintaan Sonya yang seolah memberikan lampu hijau untuk dirinya menyentuh wanita cantik itu. Wanita yang selalu ada di setiap mimpinya."Awan ...," bisik Sonya pelan sembari mengusap pipi Awan lembut, berusaha agar Awan mau menyentuhnya. "Sentuh aku.""Kamu yakin, Sonya? Sekali aku sentuh kamu, aku nggak mungkin berhenti dan aku bakal terus meminta untuk menyentuh kamu ....""Sentuh ...." Sonya mengecup bibir Awan pelan, menyapukan lidahnya ke permukaan bibir Awan yang hangat."Aku, sekarang ...," bisik Sonya sembari mengalungkan tangannya ke leher Awan.Seketika itu juga pertahanan Awan runtuh, diciumnya bibi
Baca selengkapnya
49. Godaan Berondong
"Sonya ...."Sonya menghentikan langkahnya saat mendengar panggilan dari suara yang mulai Sonya sukai, "Kenapa, Awan?""Pulang?" tanya Awan sembari berjalan mendekati Sonya."Iya, aku pulang ... kamu sangka kalau aku jalan ke parkiran aku mau operasi?" tanya Sonya sambil menyelipkan rambutnya ke telinga. Semenjak peristiwa di ruangan kerjanya kemarin Sonya benar-benar salah tingkah di hadapan Awan, pikirannya selalu melayang pad
Baca selengkapnya
50. Emir Yang Sempurna.
Sonya menghempaskan tubuhnya di atas ranjang miliknya, rasa lelah yang ia rasakan setelah bekerja dari pagi hari terkikis setelah melakukan ritual mandi air hangat yang sangat Sonya sukai. Sonya berguling dan mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di ranjang, dengan cepat ia melihat ada beberapa pesan dari teman-teman dan koleganya yang langsung Sonya abaikan. Mata Sonya terhenti pada sebuah nama yang sangat ia sukai.“Awan ....” Sonya membuka chat-nya dan bukan menemukan pesan namun sebuah panggilan telepon via aplikasi.Sonya terkejut saat merasakan ponselnya bergetar karena menerima panggilan dari Awan, “Iya ... ada apa? Ada operasi?” tanya Sonya spontan karena biasanya bila bulan perawat yang menghubunginya maka Awan sebagai perawat anestesi yang menghubunginya.“CITO, Dok,” ucap Awan.“Hah ... siapa yang mau dioperasi?” tanya Sonya sigap, dengan cepat ia berdiri dan mengambil kemejanya yang ada terga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
39
DMCA.com Protection Status