All Chapters of Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Chapter 21 - Chapter 30
390 Chapters
21. Binatang
"Pelan-pelan, Awan," pekik Sonya saat Awan menjalankan motornya dengan kecepatan yang membuat jantung Sonya berdetak lebih cepat. "Ini pelan, Sonya," teriak Awan mengimbangi suara deru angin. "Ampun, Awan ... aku masih mau hidup, nggak mau aku ketemu sama malaikat pencabut nyawa sekarang!?" pekik Sonya sembari mengeratkan pelukannya lebih erat lagi di pinggang Awan. "Malaikat pencabut nyawanya minder kalau ketemu kamu, Sonya," sahut Awan sembari tersenyum. "Mana ada malaikat pencabut nyawa minder? Gimana caranya? Kamu kadang suka ngaco." Sonya mencubit perut Awan yang keras dengan susah payah. Sonya mengelus perut Awan, menikmati setiap inci perut Awan yang hangat di ujung jemarinya, kelopak mata Sonya menutup serapat mungkin untuk menikmati dan membuai fantasi sensualnya. "Sonya, besok aku boleh ke rumah kamu?" tanya Awan membuyarkan lamunan Sonya.&n
Read more
22. Siluman Cantik
"Udah pergi?" tanya Awan. "Udah, akhirnya dia pergi juga," ucap Sonya sembari mengintip dari belakang tirai.  "Suami kamu kasar, yah, apa waktu kecilnya nggak diajarin sopan santun?" tanya Awan yang merinding saat mengingat perkataan Emir yang menghina Sonya dan dirinya tadi. "Kayanya tadi kamu lebih kasar, deh, Wan." Sonya mengingatkan kalimat akhir Awan yang membuat Sonya kaget dan Emir terpaku.  "Yang mana? Yang aku nggak mau berantem sama binatang?" tanya Awan sembari mengambil barang-barangnya yang tadi dia letakkan di meja ruang tamu rumah Sonya. "Iya, aku kaget loh, belum pernah ada yang ngomong gitu sama Emir." Sonya membantu Awan mengambil barang-barangnya.  "Wah ... pantes dia sampai kaget, perdana dikasih t
Read more
23. Usapan Jemari
Sonya melemparkan ponsel ke arah ranjang miliknya, dia kesal dengan Awan yang bilang kalau siluman yang mengajarkannya mengintip. "Nyebelin kamu Awan," bisik Sonya sembari berjalan ke arah ranjangnya dan membaringkan tubuhnya berusaha untuk tidur. Kring ... kring .... Sonya mengambil ponselnya dan mendapati nama Lidya di layarnya, untuk apa Lidya menelepon dirinya jam satu subuh? Apakah ada sesuatu yang penting? Operasi, kah? "Iya ... ada apa, Lid?" tanya Sonya. "Sonya, kamu habis berantem sama Emir?" tanya Lidya dengan nada suara panik. "Tahu dari mana kamu?" tanya Sonya kaget.  "Tahu dari mana kamu, tahu dari mana kamu, kamu tahu Emir telepon aku dan bombardir sama pertanyaan mengenai Awan?" hardik Lidya kesal karena tidurnya terganggu cerocosan Emir. "Ngapain Emir tel
Read more
24. Pagi Yang Menyebalkan
  Pagi Yang Menyebalkan     Sonya mendesahkan nama Awan dan tanpa Sonya sadari tangannya melayang ke payudara miliknya, meraba bagian puncaknya yang sudah mengeras, sedangkan alat bantu miliknya bergerak liat di bagian luar ceruk kenikmatan miliknya. Sonya memejamkan matanya, menikmati setiap getaran yang dihasilkan alat bantu seksual miliknya yang sudah menyentuh bagian terkecil Sonya. Desahan demi desahan berloncatan dari mulutnya saat merasakan deburan kenikmatan yang diberikan alat bantu seksualnya dan menjalar ke seluruh tubuhnya, tanpa Sonya sadari pinggulnya terangkat seolah meminta lebih banyak lagi. Dalam pikirannya Sonya jemari tangan Sonya berubah menjadi jemari tangan Awan, jemari Awan yang panjang dan lembut bergerak meremas bagian payudara Sonya, ibu jari Awan seolah menggesek bagian puting Sonya memilinnya memberikan efek yang membuat Sonya mendesah. Tangan Awan yang lebar dengan lembut menangkup bagian pa
Read more
25. Penyelamat Mood
Ting ... Tong ....Sonya yang sedang menikmati teh hangat dan membaca novel terusik saat mendengar suara bel pintu rumahnya, dengan takut-takut Sonya berjalan ke arah pintu karena Bi Sun pembantunya sedang keluar untuk membeli keperluan pribadinya.“Siapa?” teriak Sonya sembari mengangkat novel karya Dan Brown yang lumayan tebal dan memiliki hard cover.Hening tidak ada suara sama sekali di balik pintu rumahnya, namun, sekali lagi Sonya mendengar suara bel pintu rumahnya berbunyi. “Siapa?”Sonya bersumpah bila yang membunyikan bel tidak menjawab pertanyaannya dia tidak akan membuka pintu rumahnya sama sekali, dia tidak mau ada rampok yang mendatangi rumahnya atau bahkan yang lebih parah lagi kalau Emir tiba-tiba berada di ambang pintu rumahnya, Sonya yakin ia akan muntah di tempat bila melihat sosok suaminya yang sudah membuat mood-nya hancur di pagi hari tadi.“Siapa?!” teriak Sonya keras.Ting ... Tong .
Read more
26. Syarat dan Ketentuan
“Hah ... Ah, Awan,” bisik Sonya disela-sela napasnya yang memburu, kening dan seluruh tubuhnya sudah banjir peluh. Tubuhnya benar-benar sudah kelelahan dan membutuhnya istirahat namun, Awan sama sekali tidak peduli dan terus mencengkeram tangan Sonya memaksa Sonya untuk terus bergerak mengikuti ritme yang Awan buat.“Ayo Sonya, gerak,” bisik Awan sembari mengelus nadi Sonya yang ada di pergelangan tangannya dengan jempol.“Aku ... nggak ... hah ... aku, Ah ....”Bruk ....Kelelahan tubuh Sonya ambruk menimpa tubuh Awan, dadanya menekan punggung Awan yang lengket karena keringat yang timbul akibat apa yang mereka berdua lakukan.“Sonya ...,” bisik Awan yang kaget saat dirinya tertimpa badan Sonya hingga membuat dirinya tersungkur ke kanan.“Aku nggak kuat, Wan, aku ....” Sonya menggigit bagian bawah bibirnya sembari mengangkat tubuhnya yang menimpa Awan, dengan cepat Sonya duduk di s
Read more
27. Tersipu Malu-Malu
Sonya menghempaskan bokongnya di atas ranjang yang ada di sana, dia mulai mencoba semua ranjang yang ada di sana bersama Awan. Mulai dari ranjang berukuran queen hingga ukuran king, namun, tidak ada satu pun yang Sonya sukai. “Ini kamu nggak suka?” tanya Awan sembari menghempaskan bokongnya di ujung ranjang lainnya. “Empuk, loh.” “Aku nggak suka, nggak enak,” ucap Sonya seraya berdiri dan menekan-nekan ranjang itu dengan kedua tangannya, membuat posisinya menghadap Awan. Awan sama sekali tidak berkedip saat melihat bagian dada Sonya yang mengenakan kaos olah raga yang longgar, hingga mau tidak mau suka dan tidak suka Awan bisa melihat belahan dada Sonya yang menawan. Bahkan entah bagaimana caranya Awan tiba-tiba bisa merasakan di kedua tangannya betapa padat dan lembutnya dada Sonya. “Nggak enak, ini kurang empuk. Aku bisa encok kalau pakai ranjang ini, Wan,” protes Sonya sembari terus menekan-nekan ranjang dengan lebih keras lagi. Detik itu j
Read more
28. Bukan Salah Meja
“Maaf Mbak, tapi, untuk ranjang yang Mbak inginkan sedang kosong stock-nya,” ucap Pegawai yang di dadanya tertulis nama Danang.“Nggak bakal di restock?” tanya Sonya.“Sebentar saya tanya orang gudang dulu,” ucap Danang sembari pergi meninggalkan Sonya dan Awan yang duduk di meja yang memang khusus diberikan untuk pembeli yang ingin membeli ranjang custom di sana.Sonya dan Awan duduk berhadapan hanya dipisahkan meja berukuran kecil yang menyembunyikan kaki mereka di bawah sana. Awan mengambil air minum yang disediakan saat sedang meminumnya dia merasakan sebuah sentuhan di kakinya, sentuhan pelan dan tidak sengaja namun mampu membuat Awan merasakan gelenyar hangat di perutnya.“Sonya,” bisik Awan yang sadar sentuhan di kakinya itu adalah ujung sepatu Sonya yang tanpa sengaja menyenggol kakinya saat Sonya mengganti posisi duduknya.“Iya, kenapa, Wan? Kamu nggak keberatan tunggu, kan?” tany
Read more
29. Sweet Dream or Beautiful Nightmare
“Sonya ....” Sonya mengalungkan kedua tangannya di leher Awan sembari mendekatkan bibirnya ke bibir Awan, entah setan apa yang membuat Sonya berani untuk menekan bibir Awan dan merasakan betapa manis juga hangat bibir lelaki yang selalu menggodanya itu. Lidah Awan menyusup ke dalam bibir Sonya, menggelitik setiap inci bagian dalam bibir Sonya, menggoda lidah Sonya agar saling bertaut dengan miliknya. “Awan ... Ah,” desah Sonya saat merasakan tangan Awan yang menjelajah tubuhnya, menarik semua pakaian yang ada menempel di tubuhnya. “Pintu,” bisik Sonya sembari menatap keluar rumah, dia masih waras dan tidak mungkin dirinya bercinta dengan keadaan pintu rumah yang terbuka sangat lebar. Awan beranjak dari tubuh Sonya dengan enggan, setelah menutup pintu dia memutar tubuhnya dan kaget saat Sonya sudah ada di hadapannya. “Sonya, kamu yakin?” tanya Awan pelan sembari mengusap bagian belakang tubuh Sonya, jemari Awan dengan lincah menari resleting belakang S
Read more
30. Insiden di Pagi Hari.
"Kamu mau kerja, Sayang?"    Suara bariton mengagetkan Sonya yang baru saja turun dari tangga, matanya membulat saat menemukan Emir yang sedang duduk di meja makan dan menikmati sepotong roti bakar juga kopi hitam kesukaannya.   "Ngapain kamu, di sini?" Sonya menyimpan tasnya di meja makan dengan kasar dan duduk di kursi paling jauh dari Emir.   "Ngapain?" tanya Emir bingung, "tentu saja aku pulang ke rumah, Sayang, kamu nggak kangen aku?" tanya Emir sembari menepuk pahanya.   Sonya ingat betul arti tepukan di paha Emir, itu artinya Emir meminta dirinya duduk di paha Emir. Dengan kesal Sonya memutar bola matanya dan mengambil gelas yang berisikan teh hangat yang selalu dia konsumsi setiap pagi.    "Sonya," panggil Emir dengan suara manja sembari menepuk pahanya, meminta Sonya untuk dud
Read more
PREV
123456
...
39
DMCA.com Protection Status