Semua Bab Satu Laki-Laki Empat Istri: Bab 11 - Bab 20
82 Bab
Rasa Cinta
Saat pertama masuk, villa yang Kresna dan Tessa tempati ini memang nyaman sekali. Desainnya mewah dengan dominan kayu.Bangunan yang menampilkan gaya Bohemian ini berwarna dominan cokelat dan hitam yang terkesan elegan. Saat datang dan mobil diparkir di samping villa, aroma sejuklah yang pertama dirasa ketika keluar dari mobil.Masih banyaknya pepohonan hijau menjadi alasan mengapa tempat itu bisa begitu sejuk. Kesejukan itu bisa dirasakan setiap hari, tanpa ada bising kendaraan atau asap polusinya. Sepoi angin mampu membuat diri menjadi tenang.Seperti pagi ini, Kresna tengah memasak di dapur. Letak dapur berdekatan dengan parkiran mobil dan memiliki akses langsung ke taman depan villa."Kakak!" panggil Tessa agak berteriak.Kresna menyemburkan kembali sayur sop yang baru ia coba. Emang nggak ada akhlak cewek satu ini. Kresna sedang mencicipi sop, dia malah dengan santainya pukul pundak. Nyemburkan jadinya."Kakak, kok dibuang? Sayang, kan?
Baca selengkapnya
Alasan Dinikahi
"Sayang, kan Mas pernah bilang kamu tuh jangan capek-capek. Kamu lagi hamil lho," nasihat Rendra mengelus dahi Kresna. Ibu hamil itu tadi nyaris pingsan karena merasa pusing. Untung saja Kanti turun tangga dan melihat Kresna duduk terkulai di samping tangga. Kini, Kresna sudah dibawa ke kamar. Di sebelahnya Rendra duduk setia mengelus dahinya. Tangan Rendra juga memijit-mijit tangan Kresna yang dingin. "Aku cuma pusing, Mas. Kadang itu emang suka terjadi. Pas pusing suka gelap gitu, tadi aja aku enggak tahu ada Mbak Kanti cuma denger suaranya aja," sahut Kresna lemah. "Tahu gitu, kamu jangan masak. Biar aku aja yang masak." Kanti masuk membawa nampan berisi semangkuk bubur dan air putih, menaruhnya di atas meja. "Makan dulu, kamu pasti belum makan, kan?" lanjut Kanti masih berdiri di samping ranjang. Kresna menoleh, tersenyum lirih. "Makasih, Mbak. Eh, si Tes
Baca selengkapnya
Kedatangan Ibu Mertua
Perlahan Rendra melepas pelukan. Kedua tangannya menangkup wajah Tessa. Masih tampak kepenasaran di raut wajah istrinya itu. "Em, menurut kamu apa?" Rendra tersenyum lalu mengecup kening Tessa. Mata Tessa terpejam, menikmati hangatnya sentuhan bibir Rendra. Tessa sadari Rendra sayang padanya. Lalu, untuk apa pertanyaan Tessa tadi? Lekas Tessa membuka mata, ketika Rendra usai mengecupnya. "Kalau Mas nggak sayang sama kamu, nggak mungkin Mas nikahin kamu," tutur Rendra sambil tersenyum. "Jadi alasan Mas nikahin aku karena sayang sama aku?" Tatapan polos Tessa membuat Rendra mengacak singkat rambut sang istri. "Ya iya lah Mas sayang. Dengerin Mas, Mas nggak suka kamu ngomong gitu. Jangan ngomong gitu lagi, ya? Sekalipun kamu nggak hamil, Mas harus tetep tanggung jawab dan Mas harus tetep nikahin kamu." Senyum Tessa merekah manis. "Makasih, M
Baca selengkapnya
Bersikap Adil
"Mam, Mama tunggu, Mam!" Kresna melangkah, mengikuti langkah wanita bergamis hitam itu. Setelah di ruang tamu, Kresna menatap sendu Mama Isna yang duduk menunduk. Dapat Kresna dengar ibu mertuanya itu menagis tersedu-sedu. Kaki Kresna sontak membeku. Inginnya dia mendekati, namun sedikit rasa takut merayapi hati. Dengan segala kekuatan hati, Kresna menghela napas. Pelan langkahnya menghampiri Mama Isna. Kresna duduk tepat di sampingnya. "Mam." Sentuhan lembut tangan Kresna di bahu, membuat Mama Isna menoleh. Terlihat jelas kedua mata keriput itu basah. "Mam, Mama aku bisa jelasin semuanya," lanjut Kresna berusaha membuat Mama Isna tenang. Dahi Mama Isna mengerut. "Bukan kamu yang harusnya jelasin semua ini, Na!" tukasnya lirih. "Kamu tahu apa alasan Rendra nikahin cewek itu?" Mama Isna memalingkan wajah. Tak kuasa dia menahan mata perih y
Baca selengkapnya
Wanita yang Hebat
Di lantai atas ada dua buah kamar lagi. Rendra perlahan masuk ke salah satu kamar. Di dalam, Kanti sedang berada di balkon. Terlihat dia sedang menangis.Rendra hampiri perlahan. "Kanti, Sayang."Tangan Rendra yang hendak meraih tangannya lekas Kanti tepis. "Ngapain Mas ke sini?""Mas nggak bisa liat istri Mas manyun." Pelukan Rendra tidak Kanti tolak. Dengan tangan masih bersedekap, dia hanya bisa mematung."Kenapa kamu ngomong kayak gitu tadi, hm?" desah Rendra halus. Tangannya masih setia melingkar di perut Kanti.Kanti hanya diam. Pelukan Rendra sedikitnya bisa menenangkan hati. Namun, meski begitu dia tetap merasa kecewa. Bukan pada Rendra, tapi pada diri sendiri."Kanti, Sayang." Pelan Rendra melerai peluk, kemudian mengenggam kedua tangan Kanti.Istrinya itu hanya membisu. Matanya justru mengerjap-ngerjap menatap wajah Rendra."Sayang, jangan ngomong gitu lagi. Apa yang kita lakukan dulu, itu udah yang terbaik. Mas nggak
Baca selengkapnya
Kehadiran Penguntit
"Jadi, Mama Isna cuma ngasih kamu peringatan itu aja?" Kresna sedang makan keripik singkong melirik sekilas.Tessa menghela napas. "He'em. Mama kasih aku wejangan supaya jadi istri sholehah. Cuma, aku kasihan sama masa lalu Mama.""Iya, Kakak juga sama. Mama Isna emang perempuan yang tegar," sahut Kresna tersenyum sambil mengelus punggung Tessa.Tessa melirik balas tersenyum tipis. Keduanya kini sedang berada dalam mobil. Hari ini adalah hari kepulangan mereka dari Bogor.Liburan mereka selama satu minggu di puncak Bogor dinikmati dengan baik. Setelah Mama Isna dan Tessa saling bicara, keesokannya mereka melakukan banyak kegiatan. Mulai dari belajar masak bersama, sampai Pesta Barbeque di taman depan villa.Semuanya berkesan, Tessa bahkan sampai bilang ingin sekali bisa ke sana lagi. Kresna senang juga mendengar itu.Bagi Kresna liburan ke puncak bukan satu atau dua kali. Sudah sering dia lakukan bersama Rendra. Pengalaman demi pengalaman pu
Baca selengkapnya
Ada Laki-Laki Lain
Helaan napas Rendra terasa panjang, ketika dia baru saja melihat Oni keluar ruangan. Rasanya tidak mungkin Kresna berselingkuh atau apalah namanya. Seseorang di balik telepon itu bisa saja teman Kresna. Akan tetapi, entah kenapa hati Rendra merasa tidak enak. Pikirannya mulai melayang kemana-mana. Terpaksa dia menutup laptop. Mood Rendra betul-betul hilang mendengar kabar tentang Kresna. Meski baru praduga, namun itu tetap menyesakkan, lebih tepatnya mengusik pikiran. Rendra berdiri. Namun, kegelisahan agak terbuyarkan saat mendengar pintu terbuka. Ditatapnya Wanda yang dengan manis menghampiri sembari membawa secangkir kopi. Aroma kopi menguar. Dari aroma pekat itu Rendra sudah tahu kopi hitamlah yang Wanda bawa. "Sayang, kamu kenapa?" Suara ketukan sepatu heels menandakan Wanda yang menghampiri, lalu berdiri di depan Rendra. Senyum Rendra paksakan. "Nggak apa-apa, emang Mas kenapa?" Wanda menaruh kopi di atas meja. "Kenapa malah bali
Baca selengkapnya
Ditelepon Malam-Malam
Sepi dan tidak ada sahutan dari Kresna. Rendra bahkan sampai harus mengulang pertanyaan. Namun, tetap tidak ada jawaban. "Hallo, Na, Sayang, kamu denger Mas, kan?" "Hallo, Mas." Suara imut seorang wanita membuat Rendra beringsut duduk. "Sayang? Kok kamu yang jawab? Ena kemana?" tanya Rendra heran. "Kak Ena lagi bobo. Dia ketiduran kayaknya. Aku lihat hpnya masih nyala jadi aku ambil deh." Senyum kecil Rendra disertai gelengan kepala. Dirinya merasa konyol telah begitu curiga pada Kresna. Istrinya itu tidak pernah macam-macam selama ini. Pastilah yang dia pikirkan hanya pemikiran negatif saja. "Mas," panggil Tessa. "Mas kok diam? Bobo juga, ya?" "Eh, ya, Sayang." Rendra agak terkejut mendengar panggilan Tessa. Kembali dirinya menghela napas. "Mas, kenapa, sih? Ini jam berapa coba? Kok belum tidur?" "Mas nggak bisa tidur." "Oh ...." Desahan Tessa terdengar kecewa. "Kenapa?" tanya Rendra curiga. "Nggak apa-apa." Di balik telepon itu Tessa sudah manyun-manyun. Nggak terima tepa
Baca selengkapnya
Merasakan Cemburu Karena Kecemburuan
"Kenapa kamu bisa salah jemput saya? Saya jadi telat ini!" gerutu Rendra menyuarakan kekesalan.Bagaimana tidak kesal? Pagi ini, asisten pribadinya itu salah menjemput. Harusnya Oni mendatangi rumah Wanda, tapi malah ke rumah Tessa.Dan lagi, lelaki muda itu malah terus melamun dari tadi. Padahal Rendra memintanya mencari berkas di ruang kerja, tetapi sampai setengah jam dia tidak menemukannya.Rendra sungguh dibuat kesal dengan tingkah Oni. Lalu saat ini, dia masih saja melamun. Semakin membuat Rendra kesal. Dirinya sudah menggerutu, namun tidak didengar sama sekali."Hey! Ni! Kamu kenapa, sih? Saya ajak bicara dari mobil tadi masih aja bengong." Rendra mengalihkan tatapan dari kumpulan berkas di atas meja. Ditatapnya Oni yang seketika menunduk dengan tangan bertaut di depan."Maaf, Pak," sahut Oni pelan.Suara map ditutup kilat terdengar jelas. Oni sampai terperanjat karena suaranya bersamaan dengan Rendra yang mengebrak meja."Maaf
Baca selengkapnya
Memulai Penyelidikan
Satu minggu berlalu. Setelah Tessa berhasil membongkar rahasianya dengan Kresna. Di sinilah dia sekarang. Berada satu mobil dengan Rendra dan Wanda.Jantung Tessa benar-benar ribut sekarang, berdebar tidak karuan. Rasanya kalau Tessa punya pintu Doraemon, dia akan memilih beralih tempat dengan pintu itu sekarang.Ah, konyol. Ini Indonesia bukan Jepang. Bukannya Doraemon yang ada juga si Cepot. Aduh, apa-apaan jadi ngelantur ke sana. Intinya, Tessa begitu tegang dan ingin kabur saja.Alasannya, Malam Minggu ini dirinya gagal untuk bobo syantik. Ya, Rendra dengan paksa menarik Tessa keluar dari rumah. Aski bahkan sengaja dijaga baby sister khusus. Suaminya itu betul-betul membawa seorang baby sister untuk Aski demi menyeret Tessa.Untuk apa lagi? Jelas sekali, Rendra menarik Tessa untuk membuntuti Kresna. Yang tepat Malam Minggu ini akan ketemuan dengan mantan pacarnya."Mas ..," cicit Tessa hati-hati. Dia sekarang sedang duduk di kursi belakang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status