All Chapters of Satu Laki-Laki Empat Istri: Chapter 21 - Chapter 30
82 Chapters
Bertemu Mantan Pacar
"Sebenernya kamu mau apa?" Kresna langsung to the point saat sudah duduk berhadapan dengan Alando di resto itu."Hem, kamu jadi beda, Kres," sahut Alando santai kemudian menyeruput es jeruk yang sudah ia pesan. Sudah lama Alando di sini. Ya, sengaja tidak ingin terlambat, karena ingin melepas rindu pada sang mantan pacar. Ah, CLBK ceritanya. Cerita Lama yang Belum Kelar."Semua orang berubah! Langsung saja kamu mau apa dari aku?" Lagi-lagi Kresna menyahut ketus. Perasaan marah, kesal, dan ya tak terima masih tertanam di hati Kresna pada laki-laki berkulit putih bersih ini."Aku mau kamu."Mata Kresna sontak membeliak. "Jangan gila kamu!" Langsung berdiri. Namun, lekas jemari Alando menahan pergelangan tangannya."Mau ke mana kamu?""Boker!"Bibir Alando bergetar kecil-kecil, rasanya ingin tertawa. Kresna masih sama ternyata, lucu dan suka bercanda."Lepasin!" Kresna langsung menarik tangan. Ingin hatinya segera pergi, tapi Alan
Read more
Rencana yang Gagal
 "Eh, Mas, mau ke mana?" Begitulah tanya Tessa, saat suaminya itu tiba-tiba langsung keluar dari mobil yang bahkan belum masuk gerbang rumah. Namun, tanpa basa-basi atau menjawab pertanyaan sang istri, Rendra justru melenggang begitu saja, cemburu sudah membakar hatinya, bahkan nyaris mendidihkan ubun-ubun.Bagaimana tidak cemburu? Laki-laki di samping Kresna itu berani sekali mendekati, bahkan hampir mencium istrinya. Untung saja, Kresna tampak lekas menampar laki-laki itu. Sayangnya, Rendra tidak keburu mengetahui siapa lelaki kurang ajar yang baru ditemui istrinya. Sebuah mobil hitam melintas tepat di jalan, dan membuat Rendra kesulitan menyebrang. Suami dari Kresna itu malah jadi mematung, lalu melihat mobil putih yang dinaiki lelaki itu melaju meninggalkan kediaman sang istri. "Sialan!" umpat Rendra, lalu bergegas melangkah, saat jalanan sudah sepi. "Lho, Mas!" Kresna jelas terkejut dan langsung menata
Read more
Meminta Maaf
 "Kakak," panggil perempuan bergaun selutut itu sambil melangkah mendekati Kresna. Tetapi, Kresna langsung memalingkan muka, lalu berjalan cepat untuk segera masuk rumah. "Kakak tunggu!" ujar Tessa, dan akhirnya berhasil mencekal pergelangan tangan Kresna. "Enggak usah!" Kresna tidak mau melihat Tessa. Masih ada rasa kecewa di hatinya. Polos sekali perempuan satu ini, Kresna tidak menyangka dia tega membongkar rahasia tentang Alando. "Enggak usah apa, Kak?" Biasa, dengan wajah manis nan polos itu, Tessa menautkan alis. "Enggak usah beliin Kakak Sukro, udah beli." Kresna mengangkat plastik putih bertuliskan salah satu nama minimarket yang cukup terkenal, yang jadi tempat antrian ibu-ibu beli minyak akhir-akhir ini.  Kresna menghela napas sesaat. "Jadi, sekarang kamu pulang saja! Kakak mau ngemil Sukro." "Kak Ena, enggak marah?" Perlahan tangan mulus Kresna Tessa lepas. "M
Read more
Foto Mesra
Siang yang terik matahari, tapi di dalam mobil tetaplah adem. Lalu, di mobillah keberadaan Tessa dan Oni sekarang. Perempuan berambut panjang itu duduk di belakang, sementara Oni menjadi sopir.  "Mbak, Mbak yakin enggak mau buka berkasnya sekarang?" tanya Oni, mengingat tadi majikannya itu bersikukuh mau membuka berkas.  "Bentaran, lagi mengatur emosi." Tessa menyahut sambil menatap kaca mobil. Laju mobil ini terasa pelan, Tessa geregetan pengen segera sampai.  "Oh, Mbak marah sama saya?" Oni bertanya dengan hati-hati.  "Enggak, saya enggak marah, cuma malu."  Kejujuran Tessa membuat Oni sadar. "Saya enggak lihat apa-apa, Mbak," ungkap Oni berbohong. Memang harusnya berbohong saja, daripada Tessa semakin malu.  "Yakin kamu enggak lihat?" Tessa melihat kaca spion di depan Oni.  "Em, iya, Mbak." Oni mengangguk canggung.  "Warna apa?"  "Maksud, Mbak?" Tidak paham, Oni ti
Read more
Gara-Gara Kucing Kawin
Mobil berwarna platinum silver metalik itu melaju memecah jalanan kota yang cukup lenggang siang ini. Rendra melajukan mobil dengan kecepatan sedang saja. Merasa cukup gerah, lelaki berjas abu itu pun menambah dingin AC mobil. Dirinya mengendorkan dasi yang mulai terasa menyesakkan. Sebenarnya, Rendra masih banyak pekerjaan di kantor. Hari ini pun ada meeting, tapi karena ucapan Wanda yang mengatakan akan memberikan foto Kresna dan mantannya, membuat Rendra terpaksa menunda meeting sampai nanti malam. Hidung pria berdarah Surabaya-London itu mengendus-endus. Ada yang tidak beres menurut hidungnya. "Bau apa ya ini?" Rendra menutup hidup dengan jari telunjuk. Baunya itu seperti telur busuk, tapi mana mungkin ada telur.  Rendra menghentikan laju mobil lalu diam sesaat. Matanya celingak-celinguk, lalu melihat ke belakang. Tidak ada apa-apa. Rendra hendak turun saat tiba-tiba suara dering ponselnya berbunyi.  "Ya,
Read more
Memang Bucin
 "Mas mau ke rumah Kanti hari ini," ujar Rendra setelah makan malam.  Di depan Rendra sudah ada Wanda. Istrinya itu memasang raut wajah menyesal, karena memang bukan itu yang mau Wanda tunjukkan. Ah, masa sih jadi foto kucing kawin? Jelas-jelas Wanda sendirilah yang memotret kedekatan Kresna dan Alando. "Mas ...," desah Wanda lembut, "aku enggak mungkin bohongin Mas, beneran itu tuh fotonya Kresna sama mantan dia." Lagi-lagi untuk yang ke tujuh kalinya Wanda kembali menjelaskan. "Iya, Mas paham, Mas paham kalau kamu cemburu lihat kedekatan Mas sama Kresna. Tapi, Wan, kamu juga harus paham kalau Kresna itu sedang hamil dan di antara kalian berempat, cuma Ena lho yang sabar enggak Mas tengokin." Rendra menjelaskan dengan lembut, merasa apa yang dilakukan istri pertamanya itu dilandasi rasa cemburu saja. Dan, tentang Kresna, Rendra malah merasa bersalah pada perempuan itu. "Cemburu?" Dahi Wanda mengeryit, kemudian dia memili
Read more
Bunga Bau
 Pagi yang cerah matahari bersinar dengan indahnya. Pagi ini Kresna merasa tenang sekali. Semalam dirinya tidak mendapat teror lagi dari sang mantan. Menyebalkan jika mengingat itu, karena sejak pulang dari Bogor, cowok nyebelin itu terus menelpon Kresna atau bahkan mengirim pesan via WhatsApp. Pake emot love-love lagi. Untung saja Kresna langsung menghapusnya. Beruntung, malam tadi tidak, sepertinya Alando menyerah. Syukurlah, Kresna menghembuskan napas lega. Dihirupnya udara pagi yang terasa segar hingga memenuhi rongga dada.  "Alhamdulillah," ucap Kresna senang. Saat ini dirinya sedang berdiri di atas balkon lantai ke dua.  Perempuan yang sedang hamil delapan minggu itu mengelus perutnya yang sedikit agak membuncit, meski memang belum jelas. "Semoga, kamu sehat terus ya, Utun Sayang," doa Kresna sambil melihat ke perut di mana janinnya kini tengah tumbuh. Kresna memang tidak mempermasalahkan tentang p
Read more
Tukang Kebun yang Aneh
Ternyata bukan hanya bau WC saja yang membuat Kresna mau muntah. Bunga itu juga membuat Tessa muntah-muntah dan lagi bau parfum di surat itu membuat Kresna terpaksa membuang semua sarapannya tadi. "Huek! Huek ...." Kresna membersihkan mulut sambil mengatur napas. "Gila, ya tu penggemar rahasia, nyuruh aku mati kali, ya? Penggemar rahasia kok gitu sih?!" "Duh, Bu. Maaf, ya, saya enggak tahu ibu enggak suka bunga mawar." Bi Iyem terus mengelus punggung Kresna, merasa sangat bersalah karena telah menerima paket itu. "Enggak apa-apa, Bi. Kayaknya bukan cuma karena bunganya deh, tapi bau dari parfum itu," jelas Kresna lalu pelan-pelan duduk di kursi. "Ya udah, saya buang aja suratnya, ya?" "Iya, Bi. Buang aja! Saya enggak kuat pengen muntah nyium baunya." Kresna mengambil air putih hangat yang tadi sudah disediakan Bi Iyem, lalu segera meminumnya. "Kakak! Assalamualaikum," seru Tessa yang tiba-tiba
Read more
Perasaan Cinta
 "Mas ...," panggil Tessa pelan. "Iya, kenapa?" Rendra menyahut dengan nada lembut juga, dia terpaksa keluar sebentar dari rapat karena Tessa terus menghubungi sedari tadi. "Mas aku ganggu, ya?" Tessa menunduk di sofa itu. Dirinya duduk sendirian. Setelah tadi merenung, perempuan kelahiran Bogor itu memutuskan untuk menelepon Rendra. Entahlah, hanya saja hatinya jadi cemas tiba-tiba. "Sebenarnya iya, Mas lagi rapat, Sayang. Kamu ada masalah apa, sampai hampir sepuluh kali telepon Mas?" Rendra sedikit kesal, tapi takut ada sesuatu yang terjadi, terpaksa diangkat saja. "Oh, maaf, ya," lirih Tessa. "Ada apa?" Rendra kembali bertanya dengan nada tegas. "Mas sebenernya cinta enggak sama aku?"  Pertanyaan yang membuat dahi Rendra menggeryit, sebenarnya dia tak mau menjawab ini. Sudah berulang-ulang dia menjawab pertanyaan Tessa yang sama. Dengan menghela napas dulu, Rendra akhirnya menjawa
Read more
Bukan Hanya Satu
Mata Rendra ikut berbinar melihat Kanti yang tersenyum bahagia. Istrinya itu akhirnya Rendra belikan sebuah tas tangan. Kanti sendiri juga yang memilih. "Makasih, ya Mas. Aku suka banget," ucap Kanti sambil mengelus-ngelus tas berwarna ungu itu. "Iya, sama-sama, Sayang." Rendra lalu meraih tangan kiri Kanti yang terulur di meja, dikecupnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Mas, minta maaf, ya, belum bisa ngabulin permintaan kamu buat makan malam romantis. Mas sibuk, tadi aja Mas harus lembur." Ya, akhirnya mereka hanya pergi berbelanja, membeli makanan cepat saji, untuk kemudian dimakan berdua di rumah. Sesaat Kanti memang merasa kecewa. Dia mengeluarkan napas secara kasar, tapi lalu tersenyum dan balas menggenggam tangan laki-laki di depannya kini. "Enggak apa-apa, Mas. Aku seneng Mas inget, tahun lalu Mas enggak inget lho." "Iya, maaf ya, Sayang. Itu semua karena kesalahan Mas." "Mas mau janji engga
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status