Semua Bab Ternyata Kamu yang Aku Cintai: Bab 21 - Bab 30
99 Bab
Hal Yang Sia-Sia
Hampir saja Eddy keceplosan bilang ke Milla kalau dirinya cepat-cepat pulang ke vila karena khawatir kepadanya. "Karena?" tanya Milla penasaran. "Karena Aku ingat Aku belum menyalakan listrik di vila ini. Tidak tahunya listrik di sini akan hidup dan mati secara otomatis," kata pemuda itu berbohong sambil menggaruk kepalanya tidak gatal. Milla kembali ke kursinya dan tersenyum. Tapi tatapan sedih itu tetap menghiasi matanya. Hal itu benar-benar membuat Eddy jadi merasa tidak enak. Di dalam hati Eddy menyesali mengapa dari sekian banyak pembicaraan dia dan Milla harus terjebak dalam kisah sedih seperti itu. Walaupun itu baik karena akhirnya dia dapat mengetahui sisi lain Milla, tetap saja ini bukan saat yang tepat untuk berbagi kisah yang terlalu dalam. 'Pantas saja tadi Dia merasa ragu untuk mengatakannya kepadaku. Ini semua salahku karena sudah membuat Dia jadi teringat pada kemalangannya. Aku harus menghentikan pembicaraan ini,' putus Eddy di dalam hati. Eddy merasa pasti meny
Baca selengkapnya
Malam Bulan Purnama
Milla memasuki kamar Shasha yang semasa hidupnya sangat dekat dengan Milla hingga seperti anak kembar dan kemana-mana selalu bersama. Hanya pada saat Milla kuliah di Jakarta saja mereka mulai berpisah. Namun, masih tetap berhubungan lewat medsos dan hubungan telepon. Selain ruang keluarga, kamar tidur adalah ruangan favorit mereka berdua karena di kedua ruangan itu mereka biasa belajar bareng dan bertukar cerita. Mulai dari masalah umum hingga masalah pribadi yang mereka lihat dan alami. "Shasha, semoga Kamu bahagia di sana, doaku selalu menyertaimu," gumam Milla dengan suara bergetar. Milla menghela napas panjang dan mulai berjalan mengelilingi kamar sahabatnya untuk mencari dan mengingat memori apapun tentang kenangan indahnya bersama Shasha. Milla membuka laci meja belajar Shasha, di situ dia melihat sekumpulan fotonya dan almarhum sahabatnya selain yang terpajang rapi di dinding kamar. Gadis itu tersenyum melihat dirinya dan Shasha berfoto mengenakan seragam sekolah menengah
Baca selengkapnya
Wanita Berbaju Putih
Pemuda itu mengusap tangannya berusaha untuk mengurangi rasa merinding yang saat ini dirasakannya. Dia perlahan menegakan tubuhnya, tidak lagi menyandar pada pilar di belakangnya, seolah ingin menunjukan bahwa dia berani dan tidak takut. "Arrgh!" Eddy berteriak kaget ketika melihat wanita berbaju putih dengan rambut panjang tergerai dan wajah yang menghitam ketika menoleh ke arah samping kanannya. Pemuda itu menepuk-nepuk dadanya meredakan rasa kaget yang membuat jantungnya melonjak dan berdebar keras. "Apakah Aku mengejutkanmu?" tanya Milla kepada Eddy sambil menatap ke sekeliling mereka. Tadi saat menggeledah kamar sahabatnya, Milla menemukan masker yang biasa dipakai olehnya dan Shasha ketika sedang menginap di vila. Dia sama sekali tidak menyangka kalau sahabatnya itu masih menyimpan ramuan masker alami yang masih baru dan tersegel di laci meja riasnya. Milla pikir Eddy sudah tidur. Maka dia dengan berani keluar rumah mencari udara segar sambil memakai masker dan menunggu wa
Baca selengkapnya
Tanaman Pengganti
"Harum sekali, beruntung Aku sebelum pulang ke sini sempat membeli sekotak teh kesukaanku di Jakarta, kalau tidak akan sangat sulit sekali untuk mendapatkannya di sini karena teh ini hanya di jual di perkotaan saja," kata Milla kepada dirinya sendiri merasa bangga pada keputusan awalnya membeli teh di Jakarta. Gadis itu duduk dan menaruh tehnya perlahan di meja makan, di sana sudah ada toples berisi camilan yang berisi tinggal separuh. Milla menghirup teh manisnya dan menikmati perasaan hangat yang mulai menjalar ke sekujur tubuhnya. Dia lalu membuka toples camilan dan memakannya secara perlahan sambil kembali menghirup teh hangatnya. Selesai minum teh dan ngemil, Milla bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan memulai aktifitasnya kembali. Udara pagi masih terasa segar dan bersih ketika Milla keluar dari pondoknya. Gadis itu melihat sinar matahari memantul dari genangan air dan embun di pepohonan yang memberikan efek berkilauan dan sangat in
Baca selengkapnya
Perasaan Campur Aduk
Sudah jadi perjanjian antara Milla dan tukang kebun bahwa jam dua belas sampai jam dua siang itu adalah waktu istirahat bagi tukang kebun agar mereka memiliki waktu yang cukup untuk makan siang dan melakukan ibadah. Perlahan Eddy mendekati gadis yang sedang termenung itu. 'Apa yang Dia pikirkan sampai tidak menyadari kehadiranku? Dasar gadis sembrono bagaimana kalau yang berada di belakangnya sekarang adalah orang jahat?' pikir Eddy sambil ikut menatap ke arah mana Milla menatap. Tidak ada yang bisa dilihat selain tanah kosong melompong di bekas taman mawar milik almarhum ibunya. 'Apakah Dia sedang melamun? Apa yang dilamunkannya?' pikir Eddy sambil mengerutkan alisnya tidak mengerti. "Apa yang sedang Kamu pikirkan dengan ekspresi wajah yang seperti itu?" Tiba-tiba suara Eddy yang berat mengejutkan Milla yang sedang termenung. Milla menepuk dadanya untuk menghilangkan efek kaget yang diberikan akibat teguran mendadak Eddy dari arah belakangnya. Gadis itu lalu membalikkan badanny
Baca selengkapnya
Jatuh Cinta
Ini adalah pengalaman baru baginya. Selama ini Eddy sama sekali tidak pernah merasakan perasaan seperti yang dialaminya sekarang. 'Apakah perasaan ini yang dinamakan jatuh cinta? Apakah mungkin Aku jatuh cinta pada gadis yang saat ini ada di hadapanku ini? Kami baru saja bertemu, apakah mungkin untuk cinta pada pandangan pertama?' tanya Eddy dalam hati bingung. Dia merasakan manis, bahagia dengan jantung yang berdebar kencang serta ada perasaan seperti naik turun yang membuatnya senang berada di dekat Milla. Dia merasa seperti sedang menghadapi sebuah tantangan dan masih banyak perasaan-perasaan baru yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan saat berhadapan dengan gadis lainnya. "Bagaimana perasaan Kamu memakai pakaian yang sama denganku?" tanya Eddy berusaha mengalihkan perasaan campur aduknya dengan mengajak Milla berbicara. "Hanya sedikit aneh, kenapa bisa benar-benar sama," sahut Milla sambil mengamati kembali cara berpakaian Eddy. "Tapi ada yang membedakan," kata Eddy sambil
Baca selengkapnya
Penyuka Rumput Liar
"Kenapa tidak disamakan saja dengan yang sebelumnya?" tanya Eddy bingung. Mengapa hal remeh seperti itu sampai membuat gadis di sampingnya mengerutkan kening dan berpikir dengan sangat keras seperti sedang ujian. "Tanah di sini sudah tidak subur lagi untuk bisa ditanami bunga mawar karena mereka mudah sekali rapuh dan pertumbuhan mereka juga tergantung pada cuaca," jelas gadis itu sambil menghembuskan napas kencang merasa sangat menyayangkan terjadinya hal tersebut. Milla merasa tidak mungkin untuk menanami tanah pekarangan vila dengan tanaman bunga mawar lagi karena itu akan sangat merepotkan sekali. Dia dan para tukang akan memerlukan waktu ekstra untuk membalik tanah dan memupuknya terlebih dahulu agar tanah itu kembali menjadi subur seperti sediakala, barulah tanaman bunga mawar bisa ditanam kembali di tanah tersebut. "Aku heran setelah mendengar penjelasan Kamu, menanam bunga mawar itu sepertinya rumit sekali tapi anehnya mengapa banyak sekali wanita yang tergila-gila untuk
Baca selengkapnya
Hobi Aneh
"Apakah Aku terlihat bercanda? Bagaimana kalau Kamu datang ke pondok ku dan melihat sendiri bagaimana tanaman rumput itu menghiasinya," kata Milla sambil terus menatap lahan kosong di depannya. Eddy terdiam. Kalau sampai dipakai untuk menghias rumah berarti gadis di sampingnya ini benar-benar penggemar rumput liar sejati. Eddy menggaruk kepalanya bingung tidak tahu harus berkata apa, ini sangat aneh, oke? Baru kali ini dia mendengar ada seorang gadis mengaku menyukai rumput liar. "Aku hanya berpikir kalau warna hijau mereka itu menyejukkan mata, mereka tidak mudah rusak dan sangat mudah untuk dipelihara," kata Milla dengan tatapan mata kosong. "Apakah Kamu tidak menyukai tanaman lain? Ayolah ini sangat aneh, oke? Apa yang terjadi jika seluruh rumah luar dan dalam Kamu hias dengan rumput liar?" tanya Eddy bingung. "....." "Kemudian juga bagaimana pacar Kamu, suami Kamu nantinya jika ingin menghadiahi Kamu bunga?" tanya Eddy lagi. "Mereka bisa memberikan rumput yang dihias dengan
Baca selengkapnya
Diluar Imajinasi
"Kalau Kamu tidak ingin vila ini Aku tanami rumput liar maka sumbangkan ide mu soal tanaman bunga yang bagus!" ancam Milla kesal karena dia merasa Eddy seperti sedang menertawakan kesukaannya pada tanaman rumput liar. Apa buruknya menyukai tanaman rumput liar? Milla benar-benar tidak mengerti kenapa semua orang akan merasa aneh pada kegemarannya yang satu ini. Perasaan ditertawakan membuat gadis itu merasa tidak nyaman hingga tanpa sadar dia memasang wajah cemberut dan kesal. "Kalau menurut Kamu menanam mawar sesulit itu maka ganti saja dengan tanaman bunga yang lain, Aku terlalu sibuk untuk mengurusi tanaman bunga yang membutuhkan perhatian ekstra," sahut Eddy cepat. Dia benar-benar merasa takut ketika mendengar ancaman gadis di sampingnya yang berkata jika tidak dapat membantu ide tanaman bunga yang cocok maka dia akan menanam rumput liar sebagai ganti tanaman bunga mawar di halaman vila miliknya. "Aku juga sedang mempertimbangkannya dan menyesuaikan dengan kesibukanmu, itu sebab
Baca selengkapnya
Sulit Menjaga Image
"Apakah Kamu sadar dengan apa yang Kamu katakan barusan?" tanya Milla tidak habis pikir. Tadinya Milla berpikir orang tampan seperti Eddy pasti memiliki selera yang bagus soal penataan dan keindahan, itu sebabnya dia bertanya tentang tanaman apa yang cocok untuk halaman vila. Siapa sangka jawaban pria ini pada akhirnya malah membuat Milla ingin muntah darah karena kesal. Baginya ucapan Eddy itu benar-benar tidak masuk akal, bagaimana mungkin halaman yang sangat luas seperti ini hanya diplester? Itu penghinaan atas keindahan dan estetika, oke? Tidak sekalian saja dia bikin lapangan basket atau tenis itu masih lebih baik dari pada hanya diplester semen. Itu sungguh tidak terbayangkan bagi Milla dan sejaligus merupakan penghinaan serius terhadap profesinya sebagai arsitek. "Ya mau bagaimana lagi? Bukankah semua tanaman menurut Kamu sulit untuk dirawat dan Kamu sendiri tahu Aku tidak ada waktu untuk mengurusnya!" kata Eddy cuek. Dia memang tidak merasa penting untuk bolak balik mem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status