Semua Bab Get Me Pregnant: Bab 41 - Bab 50
56 Bab
41
"Jadi, aku mau minta tolong banget sama kamu. Berhenti meragukan perasaanku ke kamu. Karena aku, gak mungkin berpaling dari kamu bahkan di dalam mimpi kamu sekalipun. Percaya sama aku." Naya hanya mengedipkan kedua matanya, mendengarkan dengan baik setiap apa yang Deaz katakan. Tatapan kedua mata lelaki itu tidak pernah lepas menatap lekat wajah Naya. Naya bahkan yakin Deaz bisa melihat pori-pori di hidungnya saking dekatnya jarak wajah mereka saat ini. "Kamu di mataku itu, bukan hanya cantik Nay. Tapi kamu itu lucu. Menggemaskan sampai aku selalu ingin memakan kamu setiap waktu. Aku mungkin bisa gila kalau harus hidup tanpa kamu." "Deaz, kamu kok, jadi kanibal sih?" Deaz tertawa gemas mendengar respon Naya barusan. Tuh kan, apa Deaz bilang barusan memang benar. Naya ini, benar-benar sangat menggemaskan sampai Deaz bingung sendiri harus bagaimana mendeskripsikan sosok istrin
Baca selengkapnya
42
Hujan deras disertai angin kencang itu, membuat Naya terbangun dari tidurnya. Naya menoleh ke arah jendela kaca yang telah tertutup gorden, namun masih bisa memperlihatkan kilat petir yang menyambar di luar sana.  Naya beringsut mendekat ke arah Deaz yang masih tertidur lelap di sebelahnya. Menyadari gerakan Naya tersebut, Deaz membuka mata dan menarik lebih dalam tubuh Naya ke dalam dekapan tubuh hangatnya. Deaz tersenyum tipis menyadari Naya yang ketakutan.  "Deaz, aku takut." "Sshh ... ada aku disini." Naya mengangguk. Berusaha memejamkan kedua matanya kembali untuk tidur. Namun, suara kilat petir yang menyambar berikut dengan lampu kamar yang tiba-tiba padam membuat Na
Baca selengkapnya
43
"Omong kosong macam apa itu? Aku tidak punya Ayah." "Ayo... Ayo kita bertemu. Saya benar-benar Ayah kandungmu." "Naya?" Naya tersentak ketika mendengar suara Deaz tepat di belakangnya. Buru-buru, gadis itu menutup panggilan tersebut, Deaz yang terlihat lebih fresh setelah mandi tampak mengernyit melihat Naya yang menyembunyikan ponsel di belakang punggungnya. "Deaz, kamu udah selesai mandi?" "Ya. Kenapa? Kamu terlihat gugup?" Naya menggelengkan kepala dan bergerak mundur ketika Deaz maju mendekatinya. "Apa yang kamu sembunyikan?" "Bukan. Bukan apa-apa." "Telpon dari siapa?" "Temen." Deaz menaikkan satu alisnya, "Kamu yakin?" Naya terdiam. Menelan ludahnya gugup.
Baca selengkapnya
44
"Wah ... Deaz!" "Kamu suka?" "Banget!" Sejak menikah, Deaz ingat belum pernah mengajak Naya untuk sekedar pergi liburan. Jadi, saat ini keduanya sedang berada di sebuah pantai yang masih berlokasi di negara tempat mereka tinggal. Naya terlihat sangat menikmati pemandangan hamparan lautan yang tersaji tepat di depan mereka saat ini. Kedua tangan Naya terlentang lebar, sementara Deaz memeluk tubuh Naya dari arah belakang. Keduanya, terlihat serasi membuat beberapa orang di sekeliling diam-diam memuji. Menganggumi betapa romantisnya pasangan muda tersebut.  Deaz menempatkan dagunya diatas kepala istrinya itu. "Kenapa kamu gak bilang kalau kita mau pergi ke pantai sih. Tau gini kan tadi aku bawa bikini," kata Naya, memecah keheningan yang sempat terjadi.  Deaz langsung ters
Baca selengkapnya
45
"Kenapa baru sekarang?" Jeda sejenak, "Kenapa baru sekarang anda muncul dan mengaku sebagai ayah kandungku. Kemana saja anda selama ini?" "Maafkan ayahmu. Maaf." Naya duduk berhadapan dengan seorang laki-laki paru baya yang tidak dia kenal. Lelaki asing yang mengaku sebagai Ayah kandungnya. Saat ini, Perasaan Naya campur aduk. Ia marah tapi juga takut. Restoran tempat mereka bertemu saat ini terbilang cukup sepi, meski ada satu-dua pelanggan yang duduk tak jauh dari meja mereka. Kalian tahu apa kesan pertama Naya ketika bertemu dengan Ayah kandungnya itu. Preman. Ya kata itu sangat tepat untuk menggambarkan sosok Toby-- nama orang itu. Perawakannya tinggi kekar lengkap dengan guratan tatto yang menghiasi hampir seluruh tubuhnya termasuk wajah. Ribuan tindik terpasang di lidah, hidung hingga telinga. Naya benar-benar takut dengan rupa lelaki di hadapann
Baca selengkapnya
46
Mood Naya seharian ini benar-benar buruk. Deaz menyadari hal tersebut. Setelah kembali dari rumah Tomi Sutedja, Naya jadi pribadi yang lebih banyak diam. Deaz tidak senang dengan hal tersebut. Melihat Naya yang biasanya bersikap manja, kekanakan dan cerewet, Tiba-tiba berubah jadi pendiam benar-benar bencana untuk rumah tangga mereka.    Deaz melangkah menghampiri Naya yang duduk di kursi balkon kamar mereka. Lelaki itu memeluk Naya dari belakang, menjatuhkan kecupan di atas kepala cukup lama.    Naya yang menyadari keberadaan suaminya itu tetap diam, fokus memandang ke depan.    "Aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan."   Deaz memutar kursi yang Naya tempati menghadapnya, kemudian bersimpuh di depan gadis itu.   "Deaz pasti jijik sama aku, Deaz pasti menyesal menikahiku, Deaz pasti malu setelah tahu bahwa aku ternyata anak seorang kriminal, Begitu kan?" &n
Baca selengkapnya
47
Naya bosan. Ya, rasanya jauh lebih menyenangkan tinggal di rumah ibu mertuanya karena Naya masih punya teman ketika ditinggal Deaz pergi bekerja seperti saat ini.   Ini sudah lebih dari tiga puluh menit Naya menunggu Deaz di ruang tengah. Sudah berbagai macam hal, Naya lakukan untuk membunuh kebosanannya. Tapi suaminya itu belum juga pulang. Naya belum makan sejak tadi sore. Deaz sudah berjanji untuk segera pulang dan mengajak Naya makan di luar. Tapi, kenapa lelaki itu tidak juga tampak batang hidungnya.   ***   Deaz berulangkali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Menyetir dengan gila-gilaan karena masih berada cukup jauh dari rumah. Tadi, sehabis pulang bekerja, Deaz memutuskan untuk pergi mencari makan malam agar sesampainya di rumah Naya tidak merasa kelaparan. Namun, sial beribu sial, Deaz sempat mengalami kendala karena ban mobilnya yang mendadak bocor. Alhasil, Deaz sibuk mengganti ban mob
Baca selengkapnya
48
"Setelah melarikan diri, ternyata di sini kamu malah selingkuh."   "Bajingan!" Teriak Deaz kesal ketika melihat Tsania ditampar. Namun satu tonjokan langsung melayang di rahang Deaz ketika lelaki itu hendak bergerak maju. Dua lawan satu, jelas saja Deaz tidak bisa menyeimbangi kedua lelaki berbadan besar itu.    Tubuh Deaz berulangkali di hajar hingga punggungnya membentur tembok. Sementara Tsania hanya bisa menangis dan menjerit, memohon pada suaminya untuk melepaskan Deaz.    "Endru! Kumohon jangan! Lepaskan Deaz! Kumohon suruh kedua anak buahmu untuk berhenti."   Brak!    "Endru!"   Kepala Deaz pening. Kepalanya baru saja menghantam meja namun lelaki itu masih bisa berdiri dan langsung membalas pukulan dua orang lelaki yang baru saja merusak ketampannya itu. Deaz marah bukan main.   "Deaz! Kumohon Berhenti! Pergilah dari
Baca selengkapnya
49
Perlahan, kedua kaki Naya bergerak mundur, tidak jadi masuk kedalam. Dadanya sesak. Naya tidak sanggup membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam sana. Kedua matanya terasa sangat panas, meski di lubuk hati kecilnya, Naya masih menaruh kepercayaan pada Deaz.    Deaz tidak mungkin selingkuh.  Deaz tidak mungkin berkhianat.  Deaz tidak mungkin...   "Akh!" Naya memekik, hampir saja tubuhnya akan terjatuh ketika gadis itu ingin berlari pergi dari sana, jika saja kedua tangan kokoh seseorang tidak dengan sigap menahannya.    "Sayang?"   Naya mengangkat pandangannya dan terkejut.    "De-deaz?"   "Kamu, ngapain disini?"   "Itu ... kamu, kenapa kamu ...."   "Bang! Tsania mau lahiran ini!" Teriakan itu, langsung mengalihkan perhatian Deaz dan Naya secara bersamaan.  &nbs
Baca selengkapnya
50
"Kenapa lama?"   Naya kembali duduk di kursinya usai dari kamar mandi. Gadis itu tersenyum tipis ke arah Deaz.    "Maaf. Tadi BAB."   "Tapi kamu gak papa kan?" Deaz bertanya dengan mimik wajah khawatir.    "Enggak kok."   "Serius, Nay?"   "Iya, aku serius."   Deaz mengangguk, meski masih menatap ke arah Naya dengan seksama. Dihadapannya, Naya mulai kembali menikmati makanannya yang tadi sempat tertunda, namun entah kenapa Deaz merasa Naya menyembunyikan sesuatu darinya.    Sementara Naya diam-diam kembali memikirkan pertemuannya dengan lelaki asing di depan toilet tadi.    "Apakah, kita saling mengenal?"   "Saya suami Tsania." Naya terbelalak mendengar informasi tersebut. Langkah kedua kakinya terayun mundur. Senyum ramah yang Endru pasang sedari tadi pun p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status