Semua Bab ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH: Bab 31 - Bab 40
238 Bab
31. SYARAT YANG MEMBUAT ELANG MURKA
Zahra sangat terkejut mendengar adanya keributan. Jantungnya berdetak sangat kencang. Karena terlalu lelah hingga sampai lupa mengunci pintu kamar dan mengira jika ada pencuri yang masuk ke dalam kamarnya. Mengucek mata untuk melihat siapa yang berani membuka pintu dengan kasar. Lampu temaram menyebabkan dia kesulitan mengenali siapa seseorang yang tengah berdiri di dekat pintu.Sesaat kemudian, lampu utama menyala. Hal itu membuatnya geram. Siapa orang yang begitu berani menyalakan lampu. Padahal dirinya sedang tidak memakai jlbab. Untung saja dia tak pernah tidur dengan pakaian yang sexi.“Berani sekali kau tidur di ranjangku!” terdengar suara yang menggelegar membuat Zahra terperanjat.“Kau?!” Zahra tak menyangka kalau suaminya sudah kembali. Segera mengambil jilbab yang berada di ranjang untuk menutup kepalanya.Belum juga jilbab yang terpasang dengan rapi, Zahra merasakan tangannya ditarik dengan kasar hingga dia terjatuh dari
Baca selengkapnya
32. BAB 32
“Apa lagi?!” tanya Elang dengan membusungkan dadanya.“Syarat yang kedua, kedua istrimua masing-masing akan punya kamar pribadi. Dan kamar ini tetap menjadi kamarmu. Kau bisa mendatangi kamar istrimu dengan jadwal yang akan kau tentukan sendiri!” ucap Baskoro dengan menaikkan dagunya. Tentu saja syarat yang diajukannya pasti membuat sang putra marah. Wajah anak lelakinya itu merah padam. Rahangnya mulai mengeras.“Apa maksud Papah?! Kamar ini akan menjadi milikku dan Jesssica! Dan tidak ada waktuku sedetikpun untuk gadis bodoh itu!” seru Elang seraya menunjuk ke arah Zahra.“Elang! Jangan pernah menghina Zahra gadis bodoh lagi!” sergah Widya. Dia tidak ingin anaknya malu jika tahu siapa Zahra yang sebenarnya.“Iya! Aku memang gadis bodoh. Gadis bodoh yang mau menikah dengan pria sakit jiwa sepertimu!” ucap Zahra dengan kesal. Lalu menarik tas besar yang berisi pakaian dan barang pribadinya.
Baca selengkapnya
33. GELISAH DENGAN KATA TAK MENARIK
“Kenapa Pak Baskoro memberi syarat seperti itu. Seharusnya Bapak’kan bisa membicarakannya dulu dengan saya. Hingga Elang tak salah duga terhadap saya!” Zahra memprotes dengan keputusan ayah mertuanya. Dia merasa tidak nyaman dengan tuduhan suami kepada dirinya.“Maaf, kalau tak sempat membicarakannya denganmu. Tapi aku menaruh curiga kepada Jessica. Dan, aku tak bisa mengatakan kepada siapapun, sampai berhasil membuktikannya!”“Pak. Buang jauh-jauh pikiran buruk itu. Bukankah yang Bapak inginkan adalah kebahagiaan Elang? Dan kini kebahagiaan dia sudah di depan mata. Tapi Bapak malah menghancurkannya. Lagi pula, apa Bapak bisa jamin kalau mereka tak akan melakukannya? Mereka sudah sah sebagai suami istri dan sudah menjadi hak dan kewajiban meeka untuk mendapatkannya!”“Lalu, bagaimana dengan dirimu? Kenapa kau tidak menuntut hakmu kepada Elang?” Baskoro mengembalikan pertanyaan Zahra kembali. Dia ingin melihat
Baca selengkapnya
34. BAB 34
Entah kenapa dia sangat risau dengan ucapan dari istri pertamanya. Untuk pertamakalinya ada seorang yang mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal itu sangat mengusik kenyamanannya. Selama ini dia selalu kenyang dengan sanjungan dan pujian. Hingga kata ‘tak menarik’ menjadi racun dalam kehidupannya. Dan membuatnya kehilangan rasa percaya diri.“Jawab, Jessica!” Elanga memegang pundak Jessica dan mengguncangnya.‘Sayang, bagiku kau adalah pangeran tampan yang sangat menarik. Dan aku merasa menjadi orang yang beruntung karena bisa menjadi istrimu dan mengalahkan wanita di luar sana. Aku sangat bangga padamu!” Jessica mengecup pipi Elang. Namun Elang menghindari Tak seperti biasanya, dia yang selalu membalas kecupan hangat dari Jessica, kini seolah tak menginginkannya lagi. Ucapan Zahra masih terus terngiang-ngiang di telinganya.‘Bagiku, kau sangat tidak menarik! Kau sangat tidak menarik!’ ucapan itu seperti terus b
Baca selengkapnya
35. BAB 35
Tiba-tiba saja ide cantik muncul di kepala Elang. Pria jenius itu berpikir tentang syarat yang diajukan oleh papahnya, Hal ini bisa menjadi salah satu cara untuk menaklukkan wanita itu.Awalnya Elang tidak setuju dengan syarat tersebut. Bahkan dia berniat untuk melanggarnya. Akan tetapi saat ini syarat itu justru dapat menolong dirinya. Lagipula, Elang adalah orang yang sangat memegang sebuah komitmen. Dia tak mungkin mengingkari janji yang telah disepakati.Elang menaikkan satu sudut bibir sembari menjentikkan jari.Widya yang sedari tadi terus memperhatikan Elang, sangat heran dengan perubahan putranya. Secara tiba-tiba.marah, lalu tersenyum. Seperti orang yang sedang jatuh cinta saja.Elang beranjak dari tempat duduknya, lalu melangkah dengan cepat menuju pintu. Bahkan sampai lupa tidak berpamitan kepada mamahnya.“Elang! Kau mau kemana?! Seru Widya.Elang bahkan tak peduli dengan pertanyaan yang diajukan oleh sang bunda. Otaknya su
Baca selengkapnya
BAB 36
Kembali Elang menjadi pria sombong. Menaikkan dagunya dan mendorong pintu. Lalu masuk tanpa permisi.Tentu saja hal itu sangat membuat Zahra kesal melihat sikap sang suami. Dengan pria itu masuk seenaknya, membuatnya merasa sangat tidak dihargai.“Bisa sopan sedikit tidak sih?! main masuk saja ke kamar orang lain tanpa permisi!” sungut gadis cantiki itu sembari menarik baju suaminya.Lag-lagi terjadi insiden. Saat Zahra menarik pakaian suaminya dari arah belakang, tubuh suaminya limbung hingga membuatnya terjatuh dan menimpa Zahra.“Astaghfirulooh hal’adzim!” pekik Zahra. Dia tak menyangka tubuhnya yang mungil tertimpa oleh tubuh suaminya yang lebih berat dari bobot tubuhnya. Dia merasa bagai ditindih oleh tumpukan kayu berton-ton. Sakit dan terasa sangat berat..“Minggir!” Zahra mendorong tubuh suaminya. Amarah tergambar jelas pada wajahnya.Sekali lagi, Elang merasakan debaran dalam dadanya. Bahkan
Baca selengkapnya
37. BERBAGI MALAM
“Apa maksudmu?!” tanya Zahra dengan nada tinggi. Ada getaran pada suaranya.‘Kupingmu tidak budek’kan? haruskah aku mengulangi lagi?” tanya Elang sembari menatap tajam ke arah sang istri.Zahra seperti kehabisan kata-kata. Pria di hadapan pasti tak mau kalah. Sekuat apapun membantah perintahnya, pasti akan memantik kemarahannya.“Aku paling tidak suka mengulangi perintah untuk yang kedua kali. Jadi, jangan pernah membantah, apalagi tak menuruti perintahku. Kau mengerti?” Elang menatap wajah istrinya yang ketakutan.“Baru awal permainan saja,dia sudah ketakutan. Dan aku sudah menjadi pemenangnya.” Elang bermonolog dengan diri sendiri. Tentu saja hal ini membuatnya bangga. Menghadapi wanita bodoh itu tak sesulit apa yang dibayangkan.“Aku tunggu di kamarku, sekarang!” perintah Elang penuh penekanan. Lalu melangkah menuju pintu keluar dengan bangga. Rongga dadanya dipenuhi oleh oksigen
Baca selengkapnya
38. BAB 38
“Apah?!  Gak bisa gitu dong, Sayang! Bukankah ....”“Aku belum selesai berbicara, Jessica!” Elang memotong pembicaraan istri keduanya. “Kalian berdua akan punya kamar masing-masing. Dan pada saat kalian mendapat jatah malam bersamaku, datanglah ke kamarku. Bukan sebaliknya. Karena kalianlah yang membutuhkan diriku!” Elang berusaha memberi penjelasan kepada kedua istrinya.Jessica terlihat sangat kesal. Wajahnya berubah masam. Sedangkan Zahra tersenyum kecut.  Masih saja suaminya itu mengedepankan egonya sebagai lelaki.“Bagaimana dia akan memahami arti dari adil bagi kedua istri kalau cara pandangnya saja sudah salah seperti ini.” ucap Zahra dalam hati.“Mau tidak mau, kalian harus menerima keputusanku. Dan malam ini, dimulai darimu, wanita bodoh!” Elang menatap wajah istri pertamnya yang terus menundukkan kepala.Zahra tersentak saat mendengar ucapan suaminya. Dia sangat tak per
Baca selengkapnya
39. BAB 39
Elang memicingkan mata ketika cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya. Pria itu menguap dan tak sengaja melihat jarum jam di dinding menunjukkan pukul tujuh.“Astaga! Ini sudah siang sekali. Mana pagi ini ada rapat penting lagi! Semua gara=gara gadis sialan itu!” Elang menggerutu. Semua gara-gara peristiwa semalam. Jika kembali mengingatnya, membuat darahnya mendidih. Baru kali ini ada orang yang berani membantah perintahnya.“Haacchh  ....!!!” Elang berteriak dengan kesal sembari meremas rambutnya. Pria itu tak mengerti kenapa pikirannya selalu tertuju kepada wanita yang sangat dibencinya itu. Rasanya kepalanya seperti berasap. Dia butuh air dingin untuk menyejukkan kepalanya. Segera beranjak menuju kamar mandi.Sesampainya di dalam kamar mandi, Elang menyalakan air untuk mendinginkan kepalanya. Rasanya sangat menyejukkan. Sejenak bisa melupakan kejadian yang membuatnya kesal.Namun semua itu hanya berlaku sejenak. Beberapa s
Baca selengkapnya
4O. BAB 4O
“Apa yang kau maksud itu Zahra? Dia ada di dapur. Masih membantu si mbok untuk menyiapkan sarapan,” jawab Widya sembari menata piring di meja makan.Tanpa berpikir panjang, Elang segera melangkah menuju dapur. Wajahnya diliputi oleh kekesalan. Dia ingin menumpahkan rasa kesal kepada wanita yang di anggapnya tak tahu diri itu.Elang berdiri di pintu dapur yang terbuka. Dia berkacak pinggang dan meluruskan pandangan kepada wanita yang membuat dadanya dipenuhi amarah.“Dasar wanita benalu. Dengan santainya malah beraktifitas  di dapur. Tak berpikirkah dia sudah hampir membuatku gila,” desis Elang dengan mengepalkan tangan. Dengan gerakan yang begitu cepat, Elang menarik tangan Zahra dan membawanya keluar dari dapur.“Astaghfirulloh hal’adzim. Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!” Zahra berusaha melepaskan tangannya. Tapi tidak berhasil. Elang terus menarik tangannya dan membawanya menuju halaman
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
24
DMCA.com Protection Status