Semua Bab ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH: Bab 11 - Bab 20
238 Bab
11. BAB 11
“Jangan lakukan itu, Mah!” Elang memeluk mamahnya dan berusaha melepaskan pecahan kaca di tangannya.“Biarkan Mamah mati!” Widya menjerit histeris dan terus berusaha melukai tangannya walau putra tercinta sudah mencegahnya.“Jangan bodoh, Mah! Kalau Mamah mati, papah akan bersenang-senang dengan wanita itu, sedangkan Mamah menderita!”“Mamah tidak peduli, Lang! Pokoknya Mamah mau mati saja!”“Jangan Mah! Papah tolongin Mamah, jangan diam saja!”Elang menyeru kepada papahnya. Dia tak mengerti dengan isi kepala papahnya yang tak membantu untuk mencegah niat buruk wanita yang sudah mengabdi kepadanya selama puluhan tahun.Awalnya Baskoro tak merespon. Dia tahu istrinya pasti tak serius dengan ancamannya. Namun saat melihat kesungguhannya, Baskoro langsung membantu Elang untuk menggagalkan niat buruk sang istri.“Widya! jangan lakukan itu!” Baskoro berusaha memegangi
Baca selengkapnya
12. BAB 12
 “Kau sudah menyelamatkan nyawaku, maka aku juga akan membalas kebaikanmu.”“Saya ikhlas melakukannya, Tak mengharapkan apapun dari ibu.”‘Tapi aku tidak ingin suatu saat kau mengungkit kebaikanmu. Aku sudah putuskan akan menikahkan kamu dengan putraku!”Semua orang terkejut mendengar ucapan wanita itu. Terlukis sebuah keseriusan pada wajahnya.“Mah! Apa-apa an ini!” Elang terlihat sangat marah. Dia mendatangi mamahnya denagn kesal.“Mah ....”“Stop!” Widya mengangkat tangannya memberikan kode untuk diam.“Keputusanku sudah bulat! Aku akan menikahkan Elang denganmu untuk melindungimu dari para rentenir sampai batas waktu yang kutentukan. Maksimal tiga bulan, kalau mereka tak lagi mengejarmu, kau tak boleh menolak kalau putraku menceraikanmu. Apa kau setuju?!”“Aku yang tidak setuju, Mah!” jawab Elang sangat emosi. Lagi-l
Baca selengkapnya
13. AKAD NIKAH
“Elang, mahar apa yang sudah kau siapkan untuk calon istrimu?” tanya Baskoro kepada putranya.“Aku tak menyiapkan apapun karena pernikahan ini bukan keinginanku!” jawab Elang sembari berlalu menuju penghulu. Dia menggeser kursi dan sedikit menjauh dari wanita yang dalam beberapa menit akan menjadi istrinya. Tak ada tatapan mesra ataupun untaian senyum manis. Tatapannya menatap lurus ke arah penghulu.Zahra menundukkan kepala. Ada denyutan nyeri dari dalam dadanya. Walau dia tahu pernikahan ini tak seperti harapannya,  tapi melihat perlakuan dari calon suaminya membuat sakit hati.“Bagaimana, sudah siap?” tanya pak penghulu.“Hmm,” jawab Elang singkat dan sangat tidak sopan.“Maharnya sudah dipersiapkan?” tanya pak penghulu kembali.‘Saya tidak ....”“Ini maharnya,” ucap Baskoro sembari menyerahkan seperangkat alat sholat, satu set perhiasan berlia
Baca selengkapnya
14. BAB 14
“Ya, Alloh. Ampuni hamba yang sudah melakukan perbuatan dosa ini. Banyak sudah yang harus kukorbankan demi membalas kebaikan Pak Baskoro. Termasuk cintaku. Aku harus rela mengulur waktu pernikahanku dengan kekasihku. Apa yang harus aku lakukan supaya segera terbebas dari semua ini.” tanya Zahra kepada dirinya sendiri melalui cermin.“Dokter Budi, sedang apa kau di sana. Apa kau merindukanku? Seandainya kaulah yang menjadi suamiku, aku pasti akan menjadi manusia yang paling bahagia di dunia ini. Sayangnya, suamiku bukanah dirimu.” Mata gadis cantik itu merebak. Sakit rasanya kalau mengingat tentang kekasihnya. Walau telah berjanji untuk kembali lagi kepadanya secara utuh, tapi sang pujaan hati seperti tak peduli. Zahra memaklumi karena ini tak mudah untuk dijalani. Namun Zahra akan berusaha menjaga kesuciannya.Tanpa disadari ada sepasang mata yang terus memperhatikannya. Karena terlalu larut dengan kesedihan hingga tak menyadari ada seseorang ya
Baca selengkapnya
15. HARI PERTAMA MENJADI SEORANG ISTRI
Alarm berbunyi nyaring membangunkan gadis yang terus menangis hampir semalaman. Rasanya baru saja terlelap. Setelah mematikan alarm, dia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan mengambil air wudhu.Kejadian semalam seolah mimpi buruk untuknya. Baru awal saja Zahra sudah merasa tertekan. Bagaimana hidup yang akan dia jalani selanjutnya. Jangankan merubah suaminya menjadi lebih baik, untuk menjaga hati sendiri saja belum tentu dia mampu. Menghadapi manusia kepala batu seperti suaminya tidaklah mudah. Butuh tenaga dan konsentrasi yang tercurah sepenuhnya.Zahra teringat akan nasihat sang bunda supaya tetap melakukan kewajiban sebagai seorang istri apapun keadaannya. Zahra berjanji untuk mencoba menjadi istri yang baik. Semoga saja dia mampu merubah sifat suaminya meskipun sangat mustahil.Mengambil mukena lalu melaksanakan sholat dua raka’at. Dalam do’a dia meminta untuk diberikan kesabaran dalam menghadapi suaminya. Dan tak lupa pula t
Baca selengkapnya
16. BAB 16
“Kenapa masih berdiri di situ?! Cepat lakukan tugasmu sebagai seorang istri dengan baik!” Widya menaikaan suaranya satu oktaf membuat Zahra terkejut.“B-baik, Bu!”Zahra mengambil nampan dan membawa secangkir teh panas menuju kamar suaminya yang berada di lantai dua. Jantungnya berdetak kencang. Lututnya terasa lemas saat menaiki anak tangga. Dalam hati dia merasa sangat ketakutan kalau suaminya akan memarahinya.Namun dia tak bisa mundur. Mau tidak mau harus melayani suaminya dengan baik.“Aw!” Zahra memekik ketika tiba di ujung tangga dan hampir saja menabrak seorang lelaki muda. Untung saja bisa mengendalikan diri hingga tak sampai terjatuh.“Hati-hati, Kak. Kenalkan, aku Yunus, adik Kak Elang!” pemuda itu mengulurkan tangannya.Zahra hanya menganggukkan kepala sebagai rasa hormat tanpa menyambut uluran tangannya. Ada riak gelombang pada wajah pemuda tanpan itu. Seketika menarik tangannya de
Baca selengkapnya
17. SALAH PAHAM
“Berani kau menamparku, wanita rendah!” Elang mendekat ke arah Zahra. Sorot matanya sangat tajam seolah siap menguliti siapapun yang berani menantangnya. Hal ini membuat gadis itu mundur ketakutan. Dalam hati dia terus berdo’a untuk keselamatan dirinya.“Aku tidak peduli kalau kau menghinaku. Tapi kau sudah menghina orangtuaku aku tak bisa diam saja!” suaranya gemetar.‘Wow, kau pemberani juga ternyata. Baiklah! Sekarang kau akan rasakan penderitaan karena sudah berani melawanku!” ancam pria itu. Dia sudah mengangkat tangannya hendak memukul Zahra kembali. Untung saja ada seseorang yang datang dan menahan tangannya.“Jangan lakukan itu, kak! Dia itu istri Kakak!”Pemuda itu adalah Yubus.“Diam kamu, Yunus! Menyingkirlah atau kamu juga akan merasakan akibat dari kemarahnku!”“Tahan diri, Kak. Semua bisa dibicarakan dengan baik!” Yunus mengunci tubuh kakaknya dengan
Baca selengkapnya
18. BAB 18
“Elang! Apa yang sudah kau lakukan terhadap adikmu?!” tanya Baskoro dengan geram. Dia menyapukan pandangan dan melihat pecahan kaca yang berserakan.“Itu karena kebodohan dia yang sok menjadi pahlawan dengan melindungi si pencuri itu?!”“Siapa yang kau maksud dengan pencuri, Elang?!” Baskoro memegang kedua bahu putranya. Tapi ditepis dengan kasar oleh Elang.“Siapa lagi kalau bukan wanita yang sudah papah umpankan kepadaku!”“Lancang sekali mulutmu! Jaga bicaramu anak sombong!” Baskoro makin geram dengan ulah sang putra.  Rahangnya mulai mengeras dan tangannya mengepal. Dia merasa harus memberi pelajaran kepada putranya.Perlahan tangan yang mengepal mulai terangkat dan siap melayangkan tinju ke arah putra pertamanya. Namun sebelum itu terjadi, Widya berhasil menahan dengan mencekal pergelangan tangan suaminya.“Lepaskan tanganku!”“Tenang, Pah. Biar Ma
Baca selengkapnya
19. BAB 19
“Oh, ya. Ada lagi yang mau Mamah tanyakan. Kenapa sampai ada pecahan kaca dan juga luka pada bahu adikmu?”Elang tak langsung menjawab pertanyaan. Sejenak terdiam dan tampak berfikir. Sebenarnya dia juga menyesali perbuatannya. Hingga tanpa sengaja melukai Yunus. Walau keduanya tidak terlalu akrab, tapi Elang tetap manyayangi sang adik.‘Jawab, Elang!” tepukan pada bahu Elang membuyarkan lamunannya. Lantas beranjak dari tempatnya semula menuju jendela yang terbuka lebar. Dia tak pernah melakukan hal itu sebelumnya. Si Mbok lah yang terbiasa membuka jendela setelah dia berangkat kerja.Otak pria sombong itu terus memikirkan siapa yang sudah melakukannya. Dan dia melirik ke arah sprei dan juga bed cover yang sudah tertata rapi. Siapakah yang telah membereskannya. Assisten rumah tangganya tak pernah datang ke kamarnya di pagi hari kecuali kalau dia yang memintanya. Apa wanita itu yang melakukannya. Tapi rasanya tidak mungkin. Pria itu masih
Baca selengkapnya
2O. BAB 2O
“Hmm, Saya ... Saya ....” Zahra terlihat gugup. Dia tidak sadar kalau apa yang dilakukannya bisa membongkar jati dirinya yang sesungguhnya. Dan parahnya lagi dia sendiri belum mempersiapkan profesi apa yang tepat untuk penyamarannya. Hal ini belum pernah terpikirkan. Dia juga tak pernah membicarakan masalah ini dengan ayah mertuanya. Zahra mendadak jadi gelisah dan sangat gugup.“Aku juga punya pertanyaan yang sama!” ucap Widya.Saat mendengar suara dari ibu mertuanya membuat Zahra semakin gugup. Dia memilin ujung jilbabnya dan tak tahu harus menjawab apa.“Mana mungkin dia bisa menjawab. Karena pekerjaannya adalah mencuri!” jawab Elang dengan sinis.“Jaga mulutmu! Aku dilahirkan dari rahim seorang wanita mulia hingga harus menjaga nama baik dari wanita itu. Tak mungkin aku melakukan perbuatan serendah itu. Tidak seperti dirimu yang tak bisa menjaga nama wanita mulia yang telah melahirkan dan membesarkanmu karena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
24
DMCA.com Protection Status