All Chapters of Harem milik Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20
129 Chapters
Bab 11 : Percaya diri
"Sudah sampai, non," kata pak sopir sambil menoleh ke arah jok belakang mobil MPV hitam miliknya. "Ini uangnya, pak. Ambil saja kembaliannya," kata Marigold sambil memberikan sejumlah uang pada pak sopir online. Lalu membuka pintu mobil dan menggeser tubuhnya untuk keluar dari mobil. Si bapak segera menghitung uang, lalu mendongak dan menatap penumpangnya. "Tapi ini uangnya kurang, non." "Benarkah, pak? Masa sih kurang? Aku sudah menghitung uangnya dengan benar lo," bantah Marigold sambil mengerutkan kening, mengingat-ingat antara total tagihan dan jumlah uang yang dibayar. "Benar non. Bapak ini kerja cari duit dengan jujur. Untuk apa makan uang haram?" protes pak sopir dengan wajah memelas sambil menunjukkan uang yang telah dibayarkan oleh Marigold. "Dasar," gerutu Nina, sepupu Marigold kesal. "Kurangnya berapa, pak?" "Enam ribu, non." Nina berdecak semakin keras dan melotot tajam pada Marigold yang sedang berpikir keras, enta
Read more
Bab 12 : Hotel
The Alexander's Hotel. Marigold turun dari taksi, lalu memasuki lobi hotel 'The Alexander's Hotel', tempat diadakannya acara pemilihan gadis untuk sang milyader, dengan percaya diri. Nafasnya tercekat melihat kemewahan yang ditawarkan oleh hotel ini. Bukan hanya dirinya saja yang manik matanya membelak takjub serta mengeluarkan seruan 'wow' ketika memindai setiap sudut lobi hotel ini, namun hampir sebagian besar para tamu yang datang merasa silau dengan kemewahan. Baru kali ini, Marigold menginjakkan kaki di tempat seglamor ini. "Wow, mimpi apa aku semalam, sehingga aku bisa menginjakkan kaki disini, tanpa harus takut diusir sekuriti," bisik Marigold yang berulang kali menyesap air liurnya karena sangat terpukau dengan bangunan istimewa ini. Hotel nan megah ini dikelilingi oleh pasir putih, yang katanya diterbangkan langsung dari luar negeri. Pantai buatan itu membuat hotel super mewah ini seakan berada di pulau pribadi. Saat memasuki lobi hotel, para tamu ak
Read more
Bab 13 : Pantas atau tidak
Stempel 'tidak lolos' sudah akan ditempelkan pada berkas milik si gadis karate yang unik itu, ketika ponsel miliknya berdering dengan nada pesan masuk. Stempel itu diletakkan terlebih dahulu. Pesan masuk harus segera dibuka, karena siapa tahu ada instruksi penting dari atasan. Pesan dibuka. "Siapa pun yang menerima gadis yang bernama 'Marigold Flora', petugas itu harus me-LOLOS-kan nya. Tidak peduli, jika gadis itu mendapatkan peringkat paling bawah. Status LOLOS harus diberikan. Ini adalah perintah langsung dari atasan. Yang melanggar, otomatis dipecat." Staf yang menerima wawancara dengan gadis bernama Marigold Flora, langsung tercengang syok hingga lupa bernafas. Dilihatnya sekali lagi dokumen yang berisi data pribadi dari si gadis karate. "Yang benar saja, wajah dan body standar, sama sekali tidak ada yang istimewa. Kepribadian pun juga tidak memuaskan. Disuruh jalan cantik saja tidak bisa, bagaimana mungkin menjadi finalis gadis untuk sang milyad
Read more
Bab 14 : Ruang kesehatan
"Tuan Martin," panggil seorang sekuriti. Laki-laki yang dipanggil sebagai Tuan Martin menjawab, "Ada apa?" "Ada keributan di ruang kesehatan." "Keributan?" ulang Tuan Martin heran. "Keributan apa?" "Ada seorang gadis yang tiba-tiba dikeroyok sekelompok gadis berjumlah empat orang. Ini rekaman CCTV nya," lapor sekuriti itu sambil menunjukkan rekaman itu di tabletnya. Alis Tuan Martin berkerut hingga menyatu di tengah pangkal hidung ketika melihat adegan bag-big-bug. Seorang gadis yang seorang diri dikeroyok oleh empat orang gadis lain. "Astaga ini..," bisiknya pelan terkejut. "Antarkan aku kesana sekarang," perintahnya lanjut. "Mari ikut saya, Tuan Martin." Kemudian.. Cklek. Pintu ruangan kesehatan itu terbuka. Suara terkesiap terdengar dari Tuan Martin dan sekuriti itu, saat melihat empat gadis yang terkapar disana. Ada yang masih terbaring di lantai sambil meringkuk kesakitan. Dua lainnya bersandar di dinding dan menge
Read more
Bab 15 : Kecewa
"Huft.. akhirnya selesai," gumam Marigold sambil meregangkan tubuhnya di depan lobi hotel. Ditariknya nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Leganya. Akhirnya tes pertama selesai. Semoga aku bisa masuk final." Setelah melewati berbagai drama di acara tes pemilihan tadi, Marigold memutuskan untuk berjalan menikmati udara malam yang sejuk, untuk melancarkan peredaraan darah serta meluruskan otak yang kusut. Ditentengnya sepatu high heels nya yang patah, sedangkan pergelangan kakinya yang keseleo sudah dibebat oleh perawat, agar tidak menambah beban cedera sewaktu berjalan pulang. "Seingatku di depan perempatan sana, ada pangkalan taksi. Aku akan jalan saja sampai ke sana, lalu pulang naik taksi," monolognya sambil melayangkan pandangan ke gedung-gedung bertingkat di sekitarnya. Senandung nada ceria yang digumamkan Marigold seketika berhenti, saat matanya menatap sosok punggung seseorang yang dirindukannya. Akhir-akhir ini, mata dan hatinya selalu me
Read more
Bab 16 : Perut tegang (1)
Hari Kamis. Pukul 14.15 "Halo. Selamat siang. Apakah saya bisa berbicara dengan Nona Marigold Flora? Saya Paula, manager acara pemilihan gadis untuk sang milyader." Marigold menahan nafas saat mendengar lawan bicaranya di ponsel, memperkenalkan diri. Deg-deg-deg. "I-iya, ini saya sendiri. Ada apa ya?" "Saya ingin mengabarkan kabar baik, bahwa anda Marigold Flora berhasil masuk dalam babak final, yang akan diadakan dua hari lagi yaitu hari Sabtu, bertempat di 'The Alexander Hotel'. Apakah anda akan datang? Saya harus mengkonfirmasi kedatangan anda. Karena jika anda berhalangan hadir, maka anda akan langsung terkena diskualifikasi." "Bisa. Saya bisa datang. Pukul berapa saya harus datang?" "Pukul satu siang." ***** Hari Sabtu. Pukul 09.00. Di rumah Nina. Seminggu ini, Marigold menginap di rumah sepupunya. Kaki yang terbebat karena keseleo di acara penilaian gadis untuk milyader, memaksa Marigold menginap d
Read more
Bab 17 : Perut tegang (2)
Tap-tap-tap-tap. "Haah.. haah.. haah.." Sudah lebih dari dua puluh menit, Marigold berlari sepanjang trotoar menuju The Alexander's Hotel. Kakinya yang hampir sembuh dari keseleo, menginjak kerikil kecil sehingga tidak tepat menapak, akibatnya rasa nyut-nyutan itu kembali lagi. Dan sialnya, tidak ada taksi yang lewat. Jika lewat pun, taksi itu sedang membawa penumpang. Marigold bersandar pada tiang lampu kota, tersengal-sengal dan berusaha menetralkan nafas. Kepalanya mulai terasa pening karena berlari tanpa henti, ditambah perutnya mulai tegang dan melilit lagi. Meski dirinya atlet karate, namun kondisinya sangat tidak memungkinkan untuk mengikuti lari maraton jarak jauh, dibawah matahari yang sedang bersemangat untuk bersinar. "Aduuh," keluh Marigold yang sedikit membungkuk sambil menyeka keringat. "Sudah jam berapa ini?" gumamnya sambil melihat waktu di jam tangannya. Seketika matanya membelak. "Mati aku. Sudah jam dua belas," teriaknya sambil mula
Read more
Bab 18 : Keputusan Max
Ting. Pintu lift terbuka. Maximilian diikuti Martin masuk ke dalam lift. Keduanya baru saja menghadiri meeting penting di lantai enam. Agenda meeting hari ini adalah bertemu dengan para petinggi The Alexander's Hotel untuk kepentingan acara pameran parfum dari seluruh dunia, yang diadakan setiap dua tahun sekali, yang kali ini akan diadakan di hotel ini. "Agenda selanjutnya di aula lantai satu. Acara pemilihan gadis untuk milyader," kata Martin, asisten pribadi Maximilian Alexander. Maximilian yang sering dipanggil Max, berdecak tidak suka sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. "Tidak bisakah kamu saja yang mewakiliku? Aku malas menghadiri acara yang pastinya banyak wanita suka mencari perhatianku. Pokoknya pemenangnya harus Marigold Flora. Ingat itu!" "Tentu saja," jawab Martin sambil memutar bola matanya dengan sebal saat mendengar kata 'pokoknya' dari mulut atasannya. Ting. Lift telah tiba di lantai satu. Pintu lif
Read more
Bab 19 : Pertanyaan dan jawaban
Maximilian berusaha menahan kantuk saat mengikuti acara pemilihan gadis untuk milyader. Beberapa kali, dirasakannya siku Martin menyenggol lengannya agar dirinya yang mengantuk, tidak jatuh tertidur. Sejauh ini sudah enam orang gadis yang maju ke panggung dan mempresentasikan dirinya. Beberapa pertanyaan dari juri juga diajukan untuk para finalis. "Sekarang, mari kita sambut finalis ketujuh, Alana Jasmine." Plok-plok-plok. Seorang gadis cantik menaiki tangga panggung dengan anggun. Dia mengenakan gaun merah menyala, memperlihatkan bahu terbuka dengan tali berkepang yang menghiasi pundak mulusnya. Kemudian menerima alat pengeras suara dari pembawa acara. "Pertanyaan untuk Nona Alana Jasmine," kata pembawa acara setelah Alana memperkenalkan dirinya. "Pertanyaan yang sama seperti finalis yang lain. Apa yang membuat anda bahagia? Dan apa yang ingin anda lakukan jika sang milyader memilihmu?" "Terima kasih," ucap Alana lembut namun lantang. "Saya a
Read more
Bab 20 : Kontrak pernikahan
"Dia tidak pantas menjadi juara," teriak keras seseorang ketika Marigold berjalan ragu, melintasi panggung. Alana Jasmine, dialah yang memprotes dengan suara lantang sambil menudingkan jari telunjuknya ke arah Marigold. "DIA SAMA SEKALI TIDAK PANTAS!" Marigold berusaha menampilkan senyum terbaiknya. Tidak mungkin mempermalukan dirinya dengan menghajar Alana, teman sekolahnya dulu, di atas panggung. Marigold mengepalkan kedua tangannya untuk mengendalikan diri. "Nona Alana, tolong anda tenang sedikit," tegur pembawa acara tegas. "Anda sudah membuat keributan. Apa anda lupa bahwa acara ini disiarkan secara langsung?" Diingatkan bahwa ini adalah siaran langsung, membuat Alana sedikit terhenyak. "Maafkan aku," ucapnya lirih. "Aku hanya tidak terima jika Marigold, gadis udik itu yang menjadi juara satu. Menjadi gadis pilihan milyader." "Kenapa tidak terima? Apa anda mempertanyakan keputusan juri?" desak pembawa acara yang beberapa detik yang sebelumnya, me
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status