Semua Bab Pelayan Hati Sang Pangeran: Bab 71 - Bab 80
120 Bab
Bab 71
Segala rencana untuk saling menghindari satu sama lain termentahkan oleh jalan semesta yang kembali menghubungkan mereka dalam satu ruang yang sama. Nawangsih dan Suryawijaya bertemu di rumah sakit dihadapan orang tua mereka.Rinjani tersenyum hangat seraya ikut duduk di sofa. "Kalian ingin menjaga Ayahanda?" Beliau menatap anaknya bergantian."Tadi Citra memintaku untuk buru-buru ke sini. Apa Ibunda ada acara penting?" tanya Nawangsih panik."Iya." Rinjani mengangguk. "Ibunda harus menggantikan Ayahanda mendatangi rapat di gedung perusahaan pusat, kamu bisa menjaga Ayah? Hanya dua jam. Ibu akan segera kembali secepatnya." janjinya dengan serius.Nawangsih mengangguk, tidak keberatan sama sekali. "Ibunda segera pulang saja untuk siap-siap."Rinjani menatapnya lekat lalu beralih menatap Suryawijaya yang membisu."Bagaimana dengan persiapanmu? Sudah beberapa persen? Maaf Ibu belum bisa melihatnya."Suryawijaya berdehem, matanya mengenali ekspresi wajah sang ibu. Keresahan-keresahan itu m
Baca selengkapnya
Bab 72
Suryawijaya beranjak dengan hati yang tercabik-cabik meski pria itu terus menatap Nawangsih dengan bibir yang tertutup rapat tanpa ada satu pun kata yang mampu diucapkan setelahnya. Asa itu mulai memudar digantikan oleh rasa pedih yang mendalam.Tangan Nawangsih terulur untuk melepas gelang couple yang menjadi simbol kepemilikan mereka dari pergelangan tangan Suryawijaya, dia pun juga segera melepas gelang miliknya."Aku tidak suka dengan pikiranku sekarang, Mas Surya." gumam Nawangsih, menimbang-nimbang harus diapakan gelang itu."Buang saja, sudah jelek dan tidak pantas kita gunakan." pungkas Suryawijaya seraya mengacak-acak rambut Nawangsih dengan gemas walau terasa berat. Tapi dia yakin gelang sederhana yang mereka beli di emperan toko Malioboro sewaktu hujan turun akan tergantikan dengan gelang emas."Baik." Nawangsih buru-buru menaruhnya di atas meja, memberi jeda untuk berpikir tentang gagasannya sendiri mengenai gelang itu. "Mas pergi saja kalau ada sesuatu yang penting, aku d
Baca selengkapnya
Bab 73
Jamuan makan malam yang diiringi suara gamelan dan lagu alam berakhir dengan senyum cerah di wajah Adhiwiryo, beliau ditemani oleh Keneswari dan Dyah sudah menunggu momen ini. Momen di mana penentuan siapa yang kelak akan mendampingi Sang Pangeran, Suryawijaya.Rinjani yang mendampingi Suryawijaya seorang diri tanpa suami ikut tersenyum. Semua sudah dibicarakan dengan hati dan kesadaran. Baik keresahannya tentang Nawangsih dan rencana kedepannya, Rinjani memahami tanpa ikut campur, tanpa membuka rahasia mereka berdua. Rinjani akan membiarkan semua itu mengalir apa adanya, sesuai jalan semesta dan rahasia kehidupan.Adhiwiryo memberi hormat seraya mengajak tamu kehormatannya untuk menuju ruang pribadi. Ruang yang terlihat seperti meja perundingan itu membuat Suryawijaya cemas. Pasalnya perempuan paling cantik dihidupnya ikut duduk di sana. Nawangsih duduk dengan anggun sambil tersenyum hangat seolah membantah tuduhan yang pernah dilayangkan untuknya, untuk keluarganya dari Keneswari.S
Baca selengkapnya
Bab 74
Nawangsih memalingkan wajah, merekam semua kenangannya di rumah lekat-lekat sampai Dendra perlu meraih tangannya."Kamu harus ke bandara sekarang, Tania!" Dendra berkata dengan tegas dan iba. Lelaki itu yang membantunya mengurus semua kelangkaan dokumen hingga tempat tinggalnya selama di London.Nawangsih menghela napas berat, dia mengangguk seraya mengikuti Dendra keluar dari regol menuju pelataran rumah dengan langkah gontai. Hawa dingin membekukan relung hati sejak kakinya resmi meninggalkan rumah."Aku nggak percaya, Mas. Sejak dulu aku gak pernah jauh-jauh dari rumah ini. Tapi sekarang aku melarikan diri dengan sengaja ke tempat yang jauh sekali. Aku takut tapi harus." ucap Nawangsih sebelum masuk ke dalam mobil seolah dia berat hati untuk pergi karena kakinya mengeluarkan akar dan mencengkeram pondasi rumah itu.Dendra tersenyum penuh pemahaman. Sudah jauh-jauh hari dia memberi gagasan tentang keputusannya, dan bilamana sekarang gadis itu benar-benar takut, dia mengerti tapi tak
Baca selengkapnya
Bab 75
London, setelah patah hati dan masalah tidur yang berkepanjangan. Nawangsih duduk termenung di atas rumput hijau sembari menikmati matahari musim semi di Green Park dekat istana Buckingham. Nawangsih memejamkan mata. Seminggu sudah dia melewati hari-harinya di London dengan perasaan yang lelah luar biasa. Suryawijaya, masih menjadi atensi paling besar dalam benaknya, sementara raganya masih perlu beradaptasi dengan lingkungan baru. Sekarang dia masih perlu menghafal jalan yang menjadi rute kampus dan sebuah flat sebagai tempatnya tinggal. "Besok aku harus cabut, kamu harusnya sudah berani aku tinggal sendiri, Nia?" Dendra menghenyakkan tubuhnya di samping Nawangsih seraya mengulurkan kopi. Aroma kopi masih mengingatkannya akan Suryawijaya, bertahun-tahun lamanya Nawangsih menyajikan secangkir kopi hitam untuk Suryawijaya dan sekarang, Dendra yang menjadi penampung kopi hitam buatnya selama seminggu.Alangkah senang pria itu. Senang sekali bisa berduaan dengan Nawangsih di London."K
Baca selengkapnya
Bab 76
Lewat tengah malam, Suryawijaya masih terjaga meski menahan kantuk yang kian mendera. Setumpuk lembaran tugas tesis akhir yang molor dan buanyakkk tetap saja hanya nama Nawangsih yang menyita seluruh jiwanya."Apa benar, semesta bekerja dengan baik? Dimana aku ingin menghindari Keneswari, disaat itu pula aku disibukkan dengan banyak hal." Suryawijaya bergumam, sembari memejamkan mata. "Seandainya kamu disini, Tania. Kamu bisa menggantikan posisi Ibunda dan kita bisa bekerjasama. Itu bagus dan kamu akan mengajakku berdebat dengan gagasanmu yang lucu-lucu dan sensitif."Terbayang Nawangsih, Suryawijaya tersenyum. "Sedang apa kamu hari ini, Nia? Kenapa jauh sekali kamu perginya."•••Nawangsih menguap seraya menutup mukanya dengan bantal, ia memukul-mukul bantal itu dengan racauan di pagi yang cukup dingin baginya."Baru kuliah dua Minggu tugas udah banyak banget. Ibu... bantuin, pengen pulang, kangen lodeh, tempe goreng, kangen bunga sedap malam, kangen minum dawet, hu - hu, Ibu." rengek
Baca selengkapnya
Bab 77
Suryawijaya menghembuskan napas pelan. Dia dilanda rasa gugup ketika menduduki kursi kebesaran sang Ayah di ruang rapat. Lelaki itu nampak mencari kenyamanan dari tempat duduknya sembari menatap satu persatu direksi dan senior adat yang bekerja pada perusahaan keluarga besar Adiguna Pangarep.Suryawijaya mengangguk saat orang-orang memberi salam sapa hangat kepadanya sebelum duduk di kursi antik yang mengelilingi meja berbentuk persegi panjang."Ayahanda, aku masih terlalu muda untuk tugas sebesar ini. Kursi ini begitu mempengaruhi jiwaku."Badai kata-kata di kepala Suryawijaya semakin riuh, ribut. Segala sesuatu yang berupa ketidakmampuannya memimpin rapat itu menghantam nyalinya, menurunkan ego dan keangkuhannya. Tangannya basah, napasnya kian tidak tenang, Suryawijaya kehilangan kosa kata.Rinjani tersenyum ramah, beliau beranjak seraya membungkukkan badan di hadapan para rekan, bawahan, dan abdi budaya yang membantunya menggerakkan roda perusahaan dan budaya yang dia harapkan tak l
Baca selengkapnya
Bab 78
Nawangsih membiarkan jendela kamarnya terbuka sampai jam sepuluh malam sebab udara panas yang amat menyengat membuatnya lebih suka berada di dekat jendela flat untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Tetapi gadis itu terlihat merenung, sedang tatapannya lari entah ke mana. Pertemuannya dengan Tuan Grissham membuatnya ingin menghubungi sang Ayah."Satu jam lagi, Ibunda pasti sudah bangun untuk salat subuh! Aku bisa menunggu sebentar." Nawangsih mencebikkan bibir sambil menatap panorama sekitar, ia menyandarkan kepala di kusen jendela."Di dadaku ada setangkup rindu yang membara, Mas. Kamu apa kabar? Apa kamu masih berkenan menungguku lulus Undergraduate Preparatory Certificate dan baru kuliah lagi? Aku lama di sini, Mas. Lima atau enam tahun lagi aku baru pulang. Apa sabarmu dan penantian kita bisa selama itu?"Nawangsih memutar gelang emas yang melingkari pergelangan tangannya. "Dalam waktu yang begitu lama, pasti banyak yang berubah dari kita berdua. Atau bisa jadi Mas sudah nikah, punya a
Baca selengkapnya
Bab 79
Satu menit yang tak utuh itu mampu membuyarkan kepingan-kepingan yang berusaha Nawangsih kukuhkan. Suara Suryawijaya masih melenakan telinga Nawangsih, dia terngiang 'selamat pagi' di pembaringan saat suasana pagi yang cerah merenggut seluruh semangatnya. "Satu menit dan ambyar seketika." Nawangsih menatap langit-langit kamar yang berupa cor-coran semen dan di cat dengan warna putih.Nawangsih mengangkat tangan kirinya dan melepas gelang emas dari pergelangan tangannya. Dia mengamati gelang itu dengan perasaan campur aduk. "Lho, ada aksara Jawanya." gumamnya saat mengamati ukiran yang ada di bagian dalam gelang itu. Nawangsih bangkit, dia berjalan mendekati jendela seraya menyingkap gorden. Cahaya matahari yang benderang membantunya dalam mengamati ukiran aksara Jawa yang terlihat sekecil semut merah.Nawangsih berusaha menerjemahkannya dengan teliti. Dan puncaknya dia mengulum senyum sembari memasang lagi geleng emas itu ke tangan kirinya. Gelang yang mengikatnya dalam asa fana.'Mi
Baca selengkapnya
Bab 80
Nawangsih duduk dengan anggun ketika Andrew mulai mengemudikan mobilnya, membelah udara malam awal musim gugur. Dan lelaki itu tidak lagi terkejut melihat laku Nawangsih seperti itu. Dia sudah sering melihat Nawangsih duduk anggun dan bersikap ramah kepada tamu-tamu yang datang ke kedai kopinya. "Selama Lo di London, Lo pernah ke mana aja? Nyebrang ke Eropa atau ke Manchester yang paling deket?" Andrew menoleh sebentar, rasa penasaran membara di benaknya. Nawangsih mengendikkan bahu. "Aku nggak pernah ke mana-mana, ke sini untuk belajar, bukan untuk piknik!"Andrew mengerti karena dia memang anak ketua himpunan mahasiswa Indonesia dan diberi kepercayaan oleh sang Ayah untuk mengayomi mahasiswa Indonesia selama masa tugasnya di negara itu. Makanya dia senang-seneng saja bertemu dengan banyak orang dari negaranya. Namun baru kali ini, ketertarikannya pada perempuan baru begitu menyala-nyala."Tapi apa Lo cuma mau belajar dan belajar terus? Lo kemarin minta kerja di toko gue juga karena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status