All Chapters of FORBIDDEN INLAWS: Chapter 41 - Chapter 50
91 Chapters
Tearing By Shadow
"Apa kabar sayang? Gimana kamu sama Reno?" "Baik ma. Reno baik. Mama papa gimana?" Aku membuka laptopku sambil melihat jadwal seminggu besok. "Baik. Kapan kamu ke Jakarta? Mama kangen, udah enam bulan kamu ga pulang." "Reno baru balik dari Bali n Anyer ma. Nanti coba liat tahun baru kalau jadwal kami ga padat, aku usahain pulang." "Kamu jangan terlalu sibuk. Jaga kesehatan kamu. Udah setahun kamu menikah, kapan mama denger kabar baiknya nih?" Aku terdiam, Ma... Andai mama tau... Aku berdehem. "Aku sama Reno masih mau nunda Ma, kami masih sama-sama sibuk. Jadi yah..." "Ya semua terserah kamu sih.. oh ya, kamu tau? Brielle udah pinter ngomong sekarang." "Iya, Elle sempet telepon aku beberapa waktu lalu." "Dia bilang akan pulang nanti taun baru, Drian ambil cuti. Mama harap kita sekeluarga bisa kumpul lagi." Pikiranku langsung teralihkan mendengar nama itu disebu
Read more
After All This Time
Aku membeku, suara itu...Tidak mungkin!Aku menggenggam erat nampan, napasku tercekat, aku merasa sesak. Benarkah itu suaranya?Aku menunduk menatap gelas yang berbunyi karena getaran tanganku, lalu aku menaikkan pandanganku, mataku terbelalak melihat dengan jelas bayangan pria itu dari balik kaca jendela didepanku. Tubuhku gemetar, aku memejamkan mata saat mendengar suara langkah kaki mendekat, lalu menjauh, lalu mendekat lagi. Sebuah tangan mendarat di bahuku dan aku tersentak spontan menjauh."Lex?" Aku menahan napasku melihat Reno tengah berdiri menatapku heran."Oh..." Aku meraih lengannya yang terulur padaku."Hei..." Reno segera memeluk dan menciumi puncak kepalaku dan aku bernapas lega, ternyata aku berhalusinasi.Pria itu mengangkatku ke meja untuk memelukku lebih erat. Aku memukul lengannya sekali, mendengar dia tertawa dan menyatukan kening kami."Maaf.. kamu kaget ya?""Kamu tuh, aku kira hantu."Kami
Read more
He's Real
Suara panik orang membuka pintu terdengar dan aku melihat Reno, Mama dan kak Elle datang."Sayang..." Reno langsung menghampiriku."Kenapa kamu Nak?" Mama memandangku cemas. "Mama kaget banget tadi ada yang bilang cari-cari keluarga kamu. Mba cleaning service bilang kamu pingsan."Aku tersenyum lemah. "Aku telat makan ma, kurang tidur juga. Jadi..""Ya ampun.. ada Drian baru aja dateng, mau aku panggil kesini suru dia periksa kamu?" Kak Elle menawarkan."Ga usah kak." Aku bangkit duduk. Jadi benar itu dia..."Kamu gapapa? Kita pulang ya.." ucap Reno pelan dan aku mengangguk.Reno menggendongku, kami langsung ke arah parkiran sedangkan mama dan kak Elle kembali ke restoran menyusul kak Drian dan Brielle.Aku hanya memejamkan mata saat Reno melajukan kendaraannya."Lex.. maaf.. gara-gara aku semalem..." Dia menggenggam tanganku dengan tangannya yang tidak sibuk menyetir dan aku membalas gen
Read more
His Swore To Me
Pagi ini aku sudah merasa lebih baik. Reno sudah pergi pukul tujuh pagi untuk bertemu klien. Dia bilang akan kembali saat makan siang. Aku memutuskan untuk turun saat jarum jam tepat di angka delapan. Rumah terlihat lengang. Pada kemana orang-orang? Aku rasa semua orang sudah pergi dan beraktivitas, aku tidak mendengar suara apapun dilantai bawah. Kakiku melangkah ke dapur dan aku membeku saat melihat kakak iparku sedang duduk sambil membuka ipadnya. Didepannya ada secangkir kopi yang masih mengepul. Aku menahan langkahku, bimbang apakah harus lanjut atau kembali ke kamar. C'mon Lexy, mau sampai kapan kamu menghindar? Egoku membujuk dan akhirnya aku berjalan keruangan itu. "Pagi kak.." Sapaku berusaha tidak menatapnya. "Pagi.." Suara pria itu membuat jantungku mencelos. Aku mengalihkan pikranku, langsung mengambil gelas dan sari apel dari kulkas. "Jangan minun itu. Kamu belum sarapan. Perut kamu sakit nant
Read more
Flashback (Let Me Love You)
3 Tahun Lalu "Jangan pergi Lex. Tolong, jangan pergi dari aku." Pelukannya semakin erat dan aku tidak kuasa menahan tangisku. Kak Drian menangkup wajahku,  mencium bibirku, dan aku semakin terisak. Dia memapahku ke kamar, membuka pakaianku yang basah dan memakaikan kaosnya yang kebesaran lalu menggiringku duduk di ranjang. Lalu aku melihat dia melepas pakaiannya sendiri, menggantinya asal dengan kaos dan celana training lalu menghampiriku. Kak Drian berlutut didepanku, menggosok tangan dan kakiku yang dingin. Aku hanya diam membiarkannya melakukan itu. Lalu gerakannya melambat, dia mendongak menatapku. Aku menatap tangan kami yang saling menggenggam, mataku rasanya perih karena terus menangis. Kepalaku pusing karena aku terus menarik cairan di hidung. Aku menatap mata pria itu, semua perasaannya tercurah disana, aku tidak berpikir dia akan seperti ini saat
Read more
Flashback (Her Request)
Keesokan harinya, aku ikut memperhatikan saat kak Elle mengurus bayinya. Untuk seorang ibu baru, kak Elle begitu luwes mengurus Brielle, mahluk mungil itu juga terlihat nyaman, tidak banyak menangis, saat kak Elle mengajaknya bicara seolah dia sudah mengerti. Dan aku ikut merasa luar biasa. Rasa hangat menjalar di hatiku ketika membayangkan sebentar lagi juga aku akan menjadi seorang ibu.Kak Drian berangkat praktek siang tadi dan dia sudah memberiku kabar bahwa malam nanti dia akan menunggu di rumah kami.Rumah itu tetap dibiarkan kosong setelah aku pindah, hanya seminggu sekali kak Drian menyuruh orang untuk membersihkannya. Dia bilang rumah itu rumahku, kapanpun aku mau aku bisa tinggal disana. Dia bilang akan menyiapkan makan malam romantis untukku malam ini.Aku menatap jam dipergelangan tangan, masih ada waktu enam jam sebelum kami bertemu. Mama mengajakku makan malam tapi aku beralasan akan bertemu dengan para staff dan
Read more
Flashback (One Last Time)
Aku menatap kosong ke wajah memelas didepanku."Lex, tolong... Kasih Drian buat aku. Aku butuh dia..." Wajah cantik kakakku itu berlinang airmata. Dia mengatakannya dengan tubuh gemetar.Mataku panas menatap bayi kecil tak berdosa yang sedang tidur dipelukannya. Bayi yang tidak mengerti apa-apa, bayi yang berhak mendapat kasih sayang penuh dari Mama dan Papanya."Aku udah kehilangan Brian. Tapi aku ga mau anakku kehilangan Papanya. Aku mohon Lex. Jangan bawa Drian pergi. Kami butuh dia.." bahunya bergetar saat menunduk sambil menutup wajahnya dengan satu tangan.Aku menelan kenyataan baru yang harus aku hadapi sekarang. Aku kalah, mengalah pada mahluk tidak berdosa itu.Aku mengusap bahu kakakku dan memeluknya, menahan jeritan tangisku. Aku menarik napas, berusaha menenangkan dentuman jantungku sebelum menjawab. Aku menarik napas berkali-kali, menetralkan rasa sesak di dada. Aku menarik napas agar tidak menangis."Kak.. kakak tenang aja oke?
Read more
Flashback (Saying Goodbye)
Perutku terasa kram saat aku terbangun jam sembilan pagi, kak Drian sudah berangkat pukul enam dan aku berpura-pura tidur saat dia pamit. Setelah bayangannya menghilang aku terduduk sambil menangis. Semua rasa sedih yang aku tahan semalaman memuncak. Aku sudah menghubungi Mama dan bilang bahwa aku harus kembali ke Lombok. Mama awalnya protes karena aku hanya sebentar bertemu tapi aku beralasan, entah masuk akal atau tidak, pastinya aku sudah tidak sanggup lagi bertemu dengan pria itu. Aku tidak memberitahu kakakku, dia pasti mengerti apa yang membuatku pergi secepat ini. Aku membereskan barang-barangku, membawa semua kenangan kami yang sebelumnya kusimpan disana. Dan aku langsung ke Bandara. Karena mendadak, aku baru bisa berangkat pukul satu siang. Jam sebelas aku sudah sampai di bandara dan langsung check in. Aku hanya duduk diruang tunggu, pikiranku kosong hingga dering ponsel mengusikku. Kak Drian terus menghubungiku tapi aku me
Read more
Flashback (Losing Everything)
Aku jatuh sakit, seminggu kemudian aku terbaring di rumah sakit. Seperti mendapat penderitaan bertubi, seolah Tuhan menghukum atas apa yang aku lakukan karena menyakiti pria itu, aku kehilangan jabang bayiku.Setelah kembali dari Bali aku mengalami depresi, aku tidak bisa berangkat kerja, tidak mengurus tubuhku dengan baik sehingga janin kecil yang ada dirahimku harus menjadi korban. Aku kehilangan hal berharga yang merupakan wujud cintaku bersama Drian.Reno bingung melihat keadaanku, dia pikir aku sakit tipes dan aku
Read more
Can't Stop The Feeling
Present day Halaman belakang rumah Mama di sulap menyerupai tempat pesta minimalis, tidak ada acara khusus, hanya berkumpul bersama dengan beberapa sanak keluarga sambil menanti pergantian tahun.Ada beberapa meja di kiri taman yang berisi bermacam-macam kue dan minuman. Di sudut kanan ada tenda kecil, sepertinya khusus untuk Brielle bila tertidur.Beberapa asisten rumah tangga tampak sigap melayani, Mama menyiapkan beraneka makanan dari pembuka hingga penutup. Aku tadi siang hingga sore hanya bantu mendekor halaman luas itu, terlihat simple tapi cukup memakan banyak waktu.Pukul enam sore saat saudara-saudara kami terlihat mulai berdatangan, aku baru selesai mandi. Aku sedang mengenakan anting saat melihat dari jendela kamarku ke arah bawah. Sudah ramai orang, ada beberapa keluarga dari pihak Mama dan Papa yang datang. Kira-kira ada dua puluh lima hingga tiga puluh orang yang sudah hadir. Pandanganku
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status