All Chapters of Aku Bukan Istri Bodoh: Chapter 11 - Chapter 20
70 Chapters
Bab 11 - Bodoh dan Ceroboh
Suara ketukan jari yang mengetuk di atas meja kaca terdengar di seluruh ruangan luas milik Axel Bumi William. Keresahan terlihat jelas di wajah Sofia, membuatnya terus menerus menyesap teh hangat yang disajikan untuknya berharap hal itu dapat mengusir rasa keresahannya. Tak pernah ia pikirkan sebelumnya bahwa Axel adalah atasan papanya di perusahaan. Axel masih menatapnya dengan tatapan tajam. Sofia yakin, kalau Axel sudah menatapnya tanpa berkedip sejak mereka masuk ke ruangan ini. Hal itu membuat suasana tegang diantara mereka. "Ehem, maaf saya tidak tahu kalau anda adalah atasan papa saya," ujar Sofia berusaha mengendurkan ketegangan.Ketukan jari Axel terhenti seketika. Dia berdiri dan menghampiri Sofia yang duduk di sofa. Lalu duduk berseberangan dengan tangan terlipat di depan dada. "Apa kamu tahu kalau kamu itu bodoh dan ceroboh?"Meskipun telinga Sofia terbiasa mendengar hinaan dari mulut orang-orang, namun tetap saja hinaan dari mulut Axel nyatanya terdeng
Read more
Bab 12 - Fakta Tentang Ruslan
Keesokannya, seperti apa yang sudah Sofia janjikan pada Aji. Hari ini dia mulai masuk kerja mengenakan penampilan yang sepatutnya. Blouse ungu muda berpita panjang dengan rok span pendek 3/4 berwarna krem. Langkahnya tegap menawan dengan flatshoes keluaran Coach berwarna senada dengan roknya. Jam tangan rolex pemberian papanya melingkar apik di pergelangan tangan Sofia. Kali ini, Sofia berpenampilan beda. Ibunya sudah menyiapkan segala kebutuhan Sofia setelah mendengar bahwa Sofia sudah diterima kerja sebagai sekretaris Axel. Memang bukan bekerja di jabatan tinggi seperti sang papa, tapi bagi kedua orang tua Sofia, hal itu adalah sebuah kemajuan pesat. Mengingat sedari dulu Sofia sama sekali tak berniat untuk bekerja. Bahkan di usianya yang sudah lebih dari seperempat abad, dia masih diberi kesempatan untuk menjadi sekretaris yang belum berpengalaman.Sofia menyapu pandangan disekitar lobi, dia menyadari bahwa ada tatapan tajam mengarah pada dirinya. Yaitu, s
Read more
Bab 13 - Lucas Trauma
"Rudiatmo adalah ayahnya secara hukum. Tapi secara biologis, ayahnya bernama Hendrawan," ujar Axel dengan raut wajah serius.Sofia memicingkan matanya. "Lalu, apa maksud kamu menunjukkan ini semua? Ruslan sudah menceraikanku secara agama, dan sebentar lagi kita akan bercerai resmi di mata negara. Tentu fakta itu sudah bukan lagi penting bagiku.""Orang yang bernama Hendrawan itu sudah merencanakan semuanya. Mulai dari pernikahan hingga perceraianmu dengan Ruslan."Mendengar itu, membuat Sofia tertawa terbahak-bahak. Dia menganggap Axel sedang membuat karangan bebas tentang kisah rumah tangganya. "Axel... ini bukan saatnya untuk becanda! Alasan aku bercerai karena ibu Ruslan yang menginginkannya, dan Ruslan telah berselingkuh dengan si jalang Stephanie hingga mempunyai anak."Axel menghela napasnya kasar. "Aku tidak becanda! Ruslan menikahimu hanya untuk mencari tahu tentang kelemahan papamu hingga Hendrawan dapat membuat papamu dipecat ketika diad
Read more
Bab 14 - Tikus-tikus Hendrawan
Kepulan asap terlihat keluar dari mulut pria paruh baya yang tengah duduk santai di meja kerjanya. Matanya menatap jendela yang menampilkan pemandangan pantai tak jauh dari rumahnya. Di atas meja kerjanya, terdapat papan nama yang bertuliskan 'Hendrawan Lim'. Lalu terdengar suara ketukan pintu. "Masuk," ujarnya tanpa menoleh ke arah pintu."Maaf tuan mengganggu istirahat anda." Terlihat pria bertubuh ideal mengenakan setelan kerja formal menundukkan kepalanya dengan rendah.Hendra mematikan puntung rokok dan menoleh kepada tamunya. "Ada apa, Kai!" Kai adalah salah satu kepercayaannya yang bertugas mengumpulkan informasi."Ruslan sudah mengajukan gugatan cerai, tinggal menunggu Sofia untuk menandatangani lalu menunggu sekitar dua sampai tiga bulan untuk mendapatkan akta cerai."Hendra tak terkejut. Dia memang sudah mengetahuinya langsung dari Ruslan. "Ada lagi?""Sofia sudah bekerja menjadi sekretaris Axel."Alis Hendra
Read more
Bab 15 - Fakta Tentang Stephanie
"Apa? Sofia jadi sekretaris CEO?" tanya Rianti tak percaya."Ih, bu! Jangan keras-keras suaranya, kupingku jadi sakit nih." Riana mengusap-usap daun telinganya. "Aku ketemu kemarin pas ngelamar kerja. Penampilannya sekarang udah jauh berbeda,bu. Lebih berkelas dan cantik," jelas Riana dengan bersungut-sungut.Rianti mencebikkan mulutnya tak suka. Lalu beralih pada Ruslan. "Rus, kamu mau diem aja ngeliat Sofia malah menjadi sekretaris? Tak ibu sangka dia bisa berbuat seperti itu," ujar Rianti pada Ruslan.Wajah Ruslan menggelap, segelap kopi hitam yang tengah diminumnya. "Aku juga baru tahu kalau sewaktu Sofia kabur, dia pergi ke tempat pria yang menjabat sebagai CEO di perusahaan papanya. Pria itu bernama Axel. Aku yakin, Sofian dan pria itu, akan mengetahui siapa identitas diriku yang sebenarnya.""Lalu, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya, Rus?" tanya Rianti dengan wajah panik."Ibu tenang saja, yang terpenting, Riana dan Reynald sud
Read more
bab 16 - Mimpi Buruk Axel
Bulir keringat terlihat jelas di kening milik Axel yang masih terlelap menutup mata. Sesekali mulutnya mengigau dan bola matanya bergerak di dalam kelopak matanya yang masih tertutup. Lalu sedetik kemudian, tubuhnya terbangun dengan posisi duduk serta meneriakkan, "Neta!" Napasnya terengah-engah ketika dia menyadari bahwa dia baru saja terbangun dari mimpi. Axel mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang besar. Matanya masih memerah, kepalanya terasa berat dan berdenyut-denyut. Dia paling benci memiliki bunga tidur yang membuatnya tak dapat berpikir jernih untuk sesaat. "Neta... aku mohon lepaskan aku," gumamnya lirih.Lalu dia meraih ponsel yang berada di atas nakas. Ditatapnya layar yang menampilkan foto kenangan berduanya dengan wanita bernama Neta. Senyuman bahagia tercetak jelas di wajah keduanya. "Andai aku bisa memutar waktu, tentu aku tak akan melepaskanmu," gumamnya lagi.Jam masih menunjukkan pukul 4 pagi, hampir setiap harinya dia te
Read more
bab 17 - Kejutan untuk Ruslan
Keheningan masih terasa di dalam ruang kerja milik Sofian. Sang empu rumah tersebut menyesap tehnya sebelum akhirnya berkata, "Tapi sebelumnya, kita harus mengetahui siapa saja biduk yang ditanam oleh Hendra di dalam perusahaan, pak."Axel menganggukkan kepalanya. Memicingkan matanya ke arah Sofian. "Benar. Dan aku sudah mendapatkan beberapa diantaranya, tapi aku masih belum yakin apakah itu sudah termasuk ke dalam jumlah keseluruhan."Kali ini Sofia mengerti apa yang dimaksud oleh kedua pria tersebut. Kali ini dia ingin mengungkapkan pendapatnya. "Bagaimana kalau kita menyelidiki latar belakang para karyawan satu persatu, pak?" "Tapi, bukankah itu akan memakan waktu yang lama?" tanya Sofian, keningnya mengernyit karena putrinya tiba-tiba memberi ide."Tidak, pa. Jika pak Axel membayar orang yang tepat untuk mencari apa yang kita inginkan," jawab Sofia dengan sungguh-sungguh."Sofia benar. Kita harus mencari satu persatu biduk yang digun
Read more
bab 18 - Terbuai Ciuman
Sofia dan Axel terkejut menatap kedatangan Ruslan dan Stephanie dengan napas yang masih terengah-engah. Jujur saja, Axel terlalu terbuai ketika seharusnya mereka berakting untuk ciuman yang sekedarnya. Bibir Sofia begitu candu baginya, begitu lembut, manis, dan basah. Bahkan hal itu membuat kejantanan miliknya menegang keras di balik celana kantornya. Pipi Sofia bersemu merah, bukan karena dirinya bertemu dengan Ruslan. Melainkan ciuman yang penuh gairah yang baru saja terjadi dengan Axel. Pikirannya kosong sejenak, berusaha mencerna apa yang tengah terjadi. Ciumannya dengan Axel benar-benar memabukkan. Membuat miliknya yang berada di bawah menjadi basah.Ruslan terlihat mendatangi Axel dengan amarah yang membuncah. "Apakah pantas, seorang CEO melakukan hal yang tak senonoh pada sekretarisnya? Bahkan anda melakukannya di dalam kantor? Bukankah itu hanya di lakukan oleh pria brengsek?" Mata Ruslan menatap tajam ke arah Axel. Ada perasaan yang begitu pedih melihat S
Read more
bab 19 - Jimmy untuk Riana
Dengan langkah gontai, Sofia kembali ke rumah tepat pukul 8 malam. Saat ia membuka pintu rumahnya. Kedua balitanya berlarian untuk menyambut kedatangannya. "Mama!" seru Lucas berlarian yang kemudian disusul oleh Luna. Sesekali Luna terjatuh namun bangkit kembali untuk segera berada di pelukan mamanya."Sayangku..." Sofia mengecup puncak kepala mereka satu persatu. Hilang sudah rasa penat yang ia rasa sehabis pulang kerja."Mama kangen." Lucas memeluk erat leher Sofia saat memeluknya dengan posisi jongkok.Sofia terkejut mendengarnya. Perasaannya menghangat. "Mama juga kangen sama kalian.""Lucas, Luna... ikut sama mbak Yul dan mbak Sri ya! Mama pulang kerja harus mandi dulu," ujar Haya berada di belakang mereka. Yul dan Sri adalah pengasuh baru khusus untuk mengasuh kedua balitanya."Gak mau!" rengek Lucas masih memeluk erat leher Sofia. Membuat Sofia terkekeh geli dan mencium pipi putranya bertubi-tubi. Betapa dia rindu dengan sikap Luca
Read more
Bab 20 - Axel Terpesona
Rianti terpogoh-pogoh saat putranya masuk ke dalam rumah baru mereka. Tangannya sibuk menggendong Zen yang sudah terlelap. "Rus, ibu mau bicara sama kamu." Ruslan melepas sepatu dan menaruhnya di rak. Melonggarkan dasinya seraya bertanya, "Bicara apa, bu?""Apa kamu gak bisa, sewa pengasuh untuk Zen aja?" tanya Rianti setengah berbisik. Takut Zen kembali terbangun, mengingat bayi tersebut begitu sensitif."Bukannya ibu senang dengan kehadiran Zen? Terus kenapa sekarang tiba-tiba minta pengasuh?" Jujur, tingkah ibunya membuatnya sedikit kesal. Dulu ibunya begitu mengelu-elukan Zen dibanding Lucas dan Luna. Tapi giliran sekarang dapat bagian momong, malah menyuruhnya untuk mencari pengasuh."Ibu gak bisa sambil kerja kalau Zen rewel, udah banyak pelanggan ibu yang kecewa karena lambatnya bales chat," keluh wanita paruh baya tersebut."Tapi aku gak juga suka kalau anakku di asuh orang lain, bu." Ruslan paling tidak suka jika anaknya harus t
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status