All Chapters of Nafsu Gelap Sang Majikan: Chapter 271 - Chapter 280
301 Chapters
Bab 270
"Jangan lakukan hal bodoh lagi. Misi ini akan menjadi yang terakhir, tenang saja. Kau akan menemukan fakta tentang orang tuamu, sayangku." Ibrahim menatap dengan tatapan penuh pengharapan pada Andira yang baru saja terbangun. Luka perban di tangannya bisa dilihat dengan jelas, dan itu terdapat rasa perih yang luar biasa. "Apa peduliku tentang fakta yang tidak pernah ada. Aku sudah tidak tertarik lagi," balas Andira, dia bahkan tidak tertarik dengan apa yang dikatakan Ibrahim, sudah lama dia bosan dengan janji yang sama dan misi balas dendam yang memuakkan. Matanya juga tak lagi menatap ke arah Ibrahim. "Andira, jika Nigel tahu soal ini, maka dia akan marah besar, dia akan membuat kita berdua berada di dalam masalah." "Itu salahmu, bukan salahku. Siapa yang suruh ingin bekerja sama dengan manusia seperti dia, menyakitkan dan tidak berbelas kasih." Andira membalas dengan judes perkataan Ibrahim. Ibrahim hanya bisa menghela nafas kesal, dia tak lagi tahu apakah keputusan balas dendamn
Read more
Bab 271
"Dia tidak ada di sini, lalu ke mana kita akan cari?" tanya Martin, dia sudah ngos-ngosan karena berlari cukup kencang. Tapi sayangnya mereka tidak begitu jauh dari hutan besar. "Bukannya mendapatkan untung kita malah ketemu musuh baru." Tom membalasnya. "Lalu? Astaga, kau hanya membawaku saja dalam masalah. Kalau begitu aku akan pulang saja dan menyerah. Biarlah aku mati, asal anakku dan Andira bisa selamat," ujar Martin. Rasa-rasanya sudah sangat lama dia melakukan misi menemukan Nigel namun tak kunjung ia temukan. Dia merasa letih dan lelah. Kedua pria yang hampir menginjak kepala lima ini berdiri bersebrangan dan tidak tahu akan ke mana lagi. "Jadi semuanya hanya begini? Lalu kenapa kau memanggilku, idiot!" Tom merasa kesal. "Aku tidak ingin berdebat, ini melelahkan, sungguh. Aku hanya ingin kembali dan lebih baik langsung menghubungi Ibrahim atau Nigel." Martin berjalan menjauh, dia berjalan cukup lancar sementara Tom, dia harus menggunakan tongkatnya dan cukup kesulitan dal
Read more
Bab 272
Dua Pasang mata tajam saling memandang dengan kemarahan masing-masing. Mereka mungkin akan memutuskan sesuatu. "Kenapa kau memanggilku?" Ibrahim bertanya dengan dingin dan tatapan kesal. "Kau tahu aku memanggilmu," jawab Nigel. "Aku tidak tahu." Nigel menaikkan satu alisnya dan menghela nafas kesal. Dia sudah memikirkan sesuatu hal yang akan membuatnya jauh lebih rumit atau mungkin jauh lebih mudah, namun untuk sekarang, dia hanya ingin menghindari detektif dan kepolisian. "Pertama, kau harus menjaga keponakan kamu itu, jangan sampai dia berbuat tak senonoh lagi. Ingin bunuh diri, ha?" Nigel menatap tajam. "Katakan apa yang kau ingin aku lakukan? Aku yakin bukan karena Andira kau memanggilku," kata Ibrahim. Suasananya menjadi dingin dan Ibrahim semakin kes, dia rasanya hanya ingin langsung menangkap Martin dan membunuhnya tepat sekarang juga. Dia tidak ingin main-main lagi. "Martin ada di kota lain, mata-mataku sudah menemukan tempatnya," katanya. "Lalu?" "Datanglah ke sana,
Read more
Bab 274
Martin berbalik ke arah suara dsn melihat sosok tua bertopi bundar dengan senapan yang ada di tangannya, senapan untuk berburu. "Aslan?" "Kalian telah masuk di wilayahku, tempat aku senang berburu," kata pria itu, Aslan Merlion Morte. "Kami tidak melakukan hal buruk di sini. Lagi pula kau tidak suka mengklaim wilayah kan?" Tom menyahut dan mendekati pria tua itu. "Hmm, Martin Dailuna, dan Thomas Arfinjaya, katakan padaku. Apa yang kalian lakukan di sini?" tanyanya lagi. Mereka berdiri dan saling menatap untuk sejenak. Martin hanya diam, sedangkan Tom berusaha untuk menjelaskan semuanya. Aslan Merlion Morte adalah pria tua yang berpengalaman di dunia militer. Dia adalah pria yang sangat anti akan gangster dan mafia, dia memiliki satu putra yang terjebak di dunia seperti itu. "Jika aku mendapatkan ciri-ciri Nigel Dailuna, maka aku bahkan tidam akan membiarkannya berkedip untuk aku langsung menghabisinya," kata Aslan. Tim terkekeh mendengarnya, dia berusaha untuk tetap ramah. "Oh
Read more
Bab 275
"Lizzia, kau tidak ingin bertemu dengan pangeranmu?" Nigel bertanya pada Lizzia yang duduk di kursi rias. Dia menyisir rambutnya dan menatap wajahnya di dalam cermin. "Kenapa aku harus bertemu dengan pangeran, kalau aku punya raja di sini?" "Hahahhaha." Nigel terkekeh. Dia mendekati Lizzia yang sedang duduk, lalu dia meraih sisir yang ada di tangan Lizzia lalu dia sendiri yang menyisir rambut panjang itu. "Aku pikir kau sudah menyelesaikan misi balas dendammu." Lizzia memulai pembicaraan. "Masih banyak yang harus dilakukan Manis. Martin belum juga ditemukan. Aku juga belum menemukan berkas yang aku cari." Nigel terus menyisir lembut rambut Lizzia. "Apa berkas yang kau cari begitu penting?" "Terdapat wilayah yang bisa aku kuasai jika aku memiliki berkas itu. Mark Dailuna sendiri yang memilikinya namun dia tidak terlalu mempergunakan berkas itu, jadi aku pikir jika berkas itu menjadi milikku maka pastilah, aku akan menguasai banyak wilayah." Nigel menjelaskan sambil menyisir ra
Read more
Bab 276
"Kita akan ke mana Ibrahim?" Andira bertanya, dia merasa tidak nyaman setelah dia dibawa pergi oleh Ibrahim dari sekian lamanya sekarang mereka pindah markas begitu? "Kamu diam saja Andira, tidak yang perlu kamu cemaskan dan ya, satu lagi jangan banyak tanya," jawab Ibrahim yang sedang mengendarai mobil. Tidak lama mereka tiba di sebuah bandara dan mata Andira seketika menyipit tidak memahami apa yang terjadi. "Apa ini?" Andira bertanya. "Kita akan berburu si Dailuna tua tidak tahu diri!" Andira yang berwajah pucat saat itu hanya bisa mengikut dan berharap tidak terjadi sesuatu namun itu hanyalah sekedar harapan saja. Tangannya bergetar dan tidak tahu sampai kapan permainan ini akan berakhir. "Kita hanya akan keluar kota, tidak keluar Negera. Kamu juga akan bertemu dengan pacar tua mu itu. Entah bagaimana kamu bisa jatuh cinta padanya. Sudah lah tua tak enak dipandang lagi," ujar Ibrahim dengan suara yang mengejek. "Tua? Dia bahkan lebih tampan saat ini daripada kau saat masih
Read more
Bab 277
Sebuah pantai di hari senja yang hangatnya luar biasa. Kakinya bertelanjang dan gaun tipis membalut tubuh indahnya. Angin sepoi-sepoi membuat rambut indahnya terbang-terbang.Pemuda yang berambut panjang dengan potongan miring itu terbaring di atas pasir pantai dan menikmati pemandangan sang gadis yang menyejukkan mata. Dia menikmati suasana senja yang indah dan sekarang dia mengangkat tubuhnya untuk berdiri lalu menghadap ke arah gadisnya. Di berlari dengan kaki telanjang ke arah gadis yang juga bertelanjang kaki. "Mari berlayar," katanya, "akan saya belikan kapal pesiar," lanjutnya. Dia memeluk gadis itu dari belakang dan mengangkat tubuhnya. "Aaaaa, bagaimana mungkin kau bisa membeli kapal pesiar jika kekayaan mu hanya milik ayahmu saja?" balas gadis itu, membuat si pemuda menurunkan tubuh si gadis. "Oh, jadi sekarang kamu mengukur kekayaan dari materi?" "Tidak, jika uang kita sudah banyak, hahahahah." Gadis itu berlari dan dikejar oleh si pemuda yang haus akan kebahagiaan.
Read more
Bab 278
"Aku hidup untuk memelukmu, dan hanya kamu saja." Martin membaca sebuah papan pajangan yang tertempel di dinding ruangan pribadi Alonso. "Astaga, saya pikir kamu sudah dibunuh oleh Nigel," katanya. Pria dengan topi bundar dan kaca mata bulat itu menatap ke arah Martin. "Lihat siapa dirimu saat ini, Alonso. Padahal dulu kamu hanya ...." "Jaga ucapan kamu, Tom! Saya juga mengira kau sudah tidak ada.""Saya hanya liburan di Venesia." "Ha, dengan simpananmu?" Tom dan Martin mengernyit dan kini berwajah datar, sangat-sangat datar. Alonso Merlion sendiri adalah putra sulung dari Aslan Merlion namun hubungan mereka sangatlah buruk. "Kenapa kalian kemari?" tanya Alonso lagi. "Kami mencari markas dari Nigel Dailuna." "Wah wah kenapa mencari markas dari sepupumu sendiri? Saya serius Mart, saya pikir kamu sudah terbunuh sehingga saya bisa menguasai perindustrian sekarang, tapi ternyata kau ...." "Sebaiknya kita pergi dari sini, Tom." "Kenapa buru-buru, saya punya tawaran untuk kamu."
Read more
Bab 279
Mata gadis itu membelalak sempurna, apa yang terjadi saat ini? Apa dia kembali pada tempat sebelumnya atau hanya tempat yang berbeda tetapi dengan ruang yang ditata dalam riasan yang sama. Entahlah, tapi gadis ini sangat merasa cemas. "Ibrahim! Ibrahim di mana kamu?" tanya Andira, gadis yang sedikit berawajah pucat karena telah letih dengan semua yang terjadi. Sementara di luar sana, Ibrahim menatap masuk ke dalam layar yang menunjukkan Andira yang saat itu sedang tidak baik-baik saja karena memaksa dirinya untuk bebas dari borgol. "Dia akan menyakiti dirinya sendiri jika dia terus melakukan itu," kata seorang pengawal pribadi Ibrahim. Dia berdiri di samping Ibrahim dan matanya tampak seperti tidak tidur sela berhari-hari. "Biarkan saja, lagi pula dia tidak akan di butuhkan dal beberapa hari lagi," kata Ibrahim yang seakan tidak peduli dengan Andira. "Well, kau benar, tapi itu jika kita menemukan Martin Dailuna terlebih dahulu," balas pengawalnya itu yang membuat Ibrahim sedikit
Read more
Bab 280
Alonso sendiri adalah salah satu pemimpin geng mafia terbesar dan ditakuti, dia pernah bekerja sama dengan Nigel dan mengetahui beberapa hal tentang Nigel. Alonso juga menikah dengan seorang wanita jaya yang berstatus janda dengan empat orang anak gadis. Tetapi tak satu pun dari anak gadis itu adalah milik Alonso. Tentu mendengar apa yang dikatakan Alonso untuk menjodohkan Raisi dengan salah seorang putri Alonso membuat Martin cukup terkejut. Apa maksud dari Alonso ini? "Aku memiliki Putri yang tidak akan kau tolak, tapi sekarang aku masih belum menemukan dia. Aku akan memberitahumu jika aku menemukannya," kata Alonso yang semakin membuat Martin bersama Tom kebingungan. "Jangan pikirkan itu dulu, putraku sekarang belum aku temukan, putriku kehilangan nyawanya dan kau memikirkan tentang perjodohan?" "Kenapa tidak?" Tom menyahut, dia berjalan melangkah ke arah kedua pria yang berseteru ini, dia menjadi penengah diantara Martin dan Alonso yang membahas tentang penawaran satu dengan
Read more
PREV
1
...
262728293031
DMCA.com Protection Status