Semua Bab Istri Palsu sang Milyarder: Bab 51 - Bab 60
106 Bab
51. Bertukar peran
Satu minggu kemudian.Alena mematut penampilannya di depan cermin. Wajahnya terlihat cerah dengan sebuah kemeja berwarna biru tua dengan kombinasi biru muda di lengannya. Ia menyapu tipis wajahnya dengan bedak dan lipstik natural di bibirnya, lalu mengucir rambut agak tinggi ke atas. Sempurna. Ia berdecak senang. "Sudah siap?" Vita temannya melongok ke pintu tanpa mengetuk pintu. "Sudah dong." Ia tertawa renyah.Dua orang gadis berjalan bersisihan sambil mengobrol hangat menuju jalan besar untuk menunggu angkot. Kini Lena telah mendapatkan pekerjaan di sebuah toko sepatu atas bantuan Vita--gadis yang tak sengaja ia kenal saat di terminal pekan lalu."Nanti selama training, kamu hanya dapat gaji setengah, ya," kata Vita saat mereka duduk bersebelahan dalam angkot."Ga masalah. Yang penting aku dapat kerja," timpal Lena sumringah.Toko sepatu tempat Lena bekerja tidak begitu besar, tapi tempat itu berkualitas de
Baca selengkapnya
52. Lena ditemukan
 Siang yang terik dengan mentari tepat di atas kepala. Kaindra keluar dari sebuah kafe kecil di sebuah pusat perbelanjaan. Ia merogoh ponselnya untuk memanggil Tony agar menjemputnya, saat tiba-tiba seseorang merampas ponsel yang baru saja ia tempelkan di telinga."Hei!" Kai berteriak lalu mengejar pria dengan memakai Hoodie hitam itu.Si pria masuk ke dalam gang kecil, yang diapit dinding-dinding tinggi di kiri-kanannya. Kai berhasil mengejar pria itu lalu kakinya menendang si pria hingga ia jatuh terjungkal. Tanpa ampun, Kai menghajar pria yang telah merebut ponselnya itu.Namun, tiba-tiba ….Bugh!Seseorang memukul tengkuknya dari belakang."Hentikan! Dia bisa mati," teriak seorang wanita yang seketika membuat Kai memutar tubuhnya dengan geram ke belakang. Dan terhenyaklah ia, begitupun dengan si gadis hingga keduanya sama-sama tertegun."Kamu!""Kamu!""Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Kai, kem
Baca selengkapnya
53. Nada cinta
Alena merapikan beberapa barang dalam laci karyawan dan memasukkan dalam tas. Waktu sudah sore dan saatnya para karyawan yang masuk shift pagi untuk pulang."Alena."Ia menoleh dan mendapati Beta--si manager sudah berdiri tidak jauh darinya."Iya, Kak.""Bagus kerjamu hari ini. Satu orang pelanggan bisa memborong tujuh pasang sepatu sekaligus. Tapi, untuk ke depannya, jangan ketus seperti itu. Untung pria tampan itu baik," ujarnya membuat Lena mengangguk."Oke, pertahankan," lanjut Beta lalu beranjak pergi. Beberapa karyawan lain yang mendengar Lena mendapat pujian, meliriknya sinis dan tak suka. Beberapa di antaranya mulai bisik-bisik entah apa, Lena tak peduli. Ia hanya berpikir kenapa Kaindra seperti itu. Pria itu tidak membalas dendam padanya seperti saat yang lalu. "Sudah beberesnya? Kita pulang," ajak Vita yang muncul dari kamar mandi. Lena hanya mengangguk. Mereka keluar lewat pintu belakang."Jangan hiraukan m
Baca selengkapnya
54. Hati Elmer dan Alena
 Setelah sore yang hangat itu, Elmer mengirimkan kasur busa tebal, sebuah almari, alat untuk memasak nasi dan perabot memasak lainnya, juga makanan yang berlimpah membuat seluruh penghuni kost sangat senang. Terutama Vita. Gadis itu seperti sangat beruntung telah mengenal Lena. Karena ke esokan harinya, sebuah mobil mewah lengkap dengan sopirnya siap mengantar jemput mereka."Tuan muda kenapa melakukan semua ini?" tanya Lena pertama kali saat Elmer mengangkat ponselnya.Bahkan lelaki muda itu juga meninggalkan sebuah ponsel mahal padanya."Hubungi aku jika kamu butuh bantuan. Jangan pernah matikan ponsel dan membuatku panik." Ucapan pria itu seperti sebuah perintah yang harus mau tidak mau ditaati oleh Lena."Karena aku tahu, kamu pasti menolak saat aku menawarkanmu rumah yang layak atau sebuah apartemen," jawab suara di ujung sana.Kembali, hati Lena berdesir hangat. "Tapi ini terlalu berlebihan, Tuan. Kamar ini dirancang sederhana deng
Baca selengkapnya
55. Perkelahian
Alena mendesah kasar saat melihat Kai datang lagi dan melihat-lihat sepatu. Ia mundur ke belakang agar tidak terlihat oleh laki-laki itu. Seorang temannya maju dan menyapa Kai dengan ramah."Ada yang bisa saya bantu, Kak?""Gadis yang kemarin melayani aku dimana?" tanya Kai sambil mengedarkan pandang ke sekeliling.Raut wajah gadis itu langsung masam ketika pria tampan dan tajir itu hanya mencari Alena. ”Noh, lu dicari," sengaknya terlihat sekali tak suka.Lena menarik napas panjang dan mendekati Kakak iparnya itu dengan terpaksa. Ia hanya diam berdiri dan bergeming tanpa mengucap sepatah kata pun di sampingnya.Kaindra menoleh dan sesaat menatap wajah masam Alena. "Apa pantas seorang pelayan toko dengan wajah ga enak gitu di pandang.""Lalu mau Tuan apa? Kenapa datang lagi ke sini?""Ya aku mau beli sepatu. Emang mau makan?"Gadis itu meliriknya jengah. Ia mengekor di belakang Kaindra yang berjalan sambil meli
Baca selengkapnya
56. Sang psikopat
 Sorot mata tajam penuh kebencian dan penyesalan itu menyorot gadis di hadapannya yang duduk santai dan tak acuh."Jangan menatapku seperti itu, Papi. Aku merasa risih dengan kebencianmu," ucap Vena, tapi sikapnya tidak menampakkan sopan atau pun rasa bersalah sama sekali."Aku tidak menyangka kamu lebih licik dari Seno." Tuan Dhanu menggeleng pelan dengan raut menyesal.Avena tertawa nyaring. "Dulu … Papi pernah berkata padaku, bahwa seorang anak adalah peniru ulung. Dan apakah Elmer juga tidak meniru Papi saat muda dulu?""Tutup mulutmu! Jangan bawa putraku dalam masalah kita!" pekik pria paruh baya itu, kini benar-benar murka.Vena menarik sudut bibirnya ke atas dan tersenyum sinis menanggapi kemarahan pria tua itu. "Jelas ada hubungan Elmer dengan masalah kita, Papi. Karena Elmer lah kunci dari semua masalah ini. Jika bukan karena Elmer … aku tidak akan pernah mengkhianati Papi," pungkas Vena dengan wajah sedikit send
Baca selengkapnya
57. Perasaan Kaindra
 Toko sepatu tampak lebih ramai dari hari biasanya. Semua orang sibuk melayani pelanggan. Alena sedang menunjukkan sebuah heels pada seorang wanita, ketika Kaindra kembali datang. Tapi, kali ini laki-laki itu hanya diam tanpa memilih-milih sepatu seperti biasanya."Setelah pulang nanti, aku ingin bicara denganmu," ujar Kai setelah dilihatnya Lena selesai dengan wanita tadi.Hari mulai larut, saat Lena keluar dari tempat kerjanya. Ia terkejut ketika melihat Kai sengaja menunggunya dengan menyandarkan tubuhnya di mobil. "Masuklah." Pria itu membuka pintu mobil, tapi Alena menggeleng, menolaknya."Kenapa?""Kita bicara di sini saja, Tuan." Tegas gadis itu."Kita bicara sambil aku mengantarmu pulang," sahut Kai datar.Kembali, Lena menggeleng. Ia sebenarnya takut jika Elmer melihatnya bersama sang Kakak. Ia sangat menjaga perasaan kekasihnya itu.Kaindra mendesah kasar, dengan sikap keras kepala Lena. "Apa Elmer
Baca selengkapnya
58. Aku sakit, Lena
 Alena menggeliat dan mengerjapkan matanya. Bau minyak angin menyeruak indra penciumannya. Sesaat ia bingung berada dimana. Namun, sedetik kemudian ia tersadar dan menyadari tentang sesuatu. Ia melompat bangun, membuat Doni yang duduk di bangku kayu tidak jauh darinya terlonjak kaget."Tuan …." Lena menatap Doni yang menatapnya dengan gamang.Gadis itu beringsut bangun dan mendekati Doni, lalu bersimpuh di hadapannya. "Nona … Nona jangan seperti ini." Doni panik dengan sikap Lena yang tiba-tiba aneh."Bang … aku mohon, ceritakan tentang Tuan muda." Ia mendongak menyorot Doni dengan mata berkabut yang sewaktu-waktu bisa luruh.Doni gelagapan dan tidak tahu harus bicara apa. "Aku mohon, Bang," lirih Lena membuat hati Doni mencelos."Kenapa Anda tidak bertanya langsung pada Tuan Elmer?" Sebuah suara terdengar dari arah belakang.Randy sudah berdiri di depan pintu dengan ekspresi datar, saa
Baca selengkapnya
59. Perkelahian lagi
 Pagi yang indah dengan mentari bersinar cerah. Dua orang sejoli duduk sarapan di pinggir danau. Terdengar suara canda tawa mereka. Randy dan Doni mengamati mereka dari atas dengan tersenyum. Ada selarik bahagia dalam hati mereka melihat binar bahagia dari sorot mata Elmer."Aku bisa dipecat jika siang ini tidak berangkat kerja." Lena setengah merajuk."Aku memang akan membuatmu dipecat," sahut Elmer tak acuh sambil menyuap sesendok nasi goreng."Hei, Tuan muda. Kalau aku tidak kerja, bagaimana aku bisa makan." Ia memasang wajah ditekuk membuat Elmer tertawa geli dan gemas."Kamu bisa bekerja padaku. Aku akan menggajimu sepuluh kali lipat.""Tapi aku tidak mau," sahut Lena sambil membuang muka."Kamu tidak mau?" Dahi Elmer mengernyit."Kalau aku kerja bersama kamu, sama aja aku makan gaji buta. Dan itu akan membuatku semakin malas," cebiknya.Suara tawa Elmer membahana mendengar ucapan kekasihnya. Ia menatap penuh
Baca selengkapnya
60. Hadiah dari Vena
 Reta berjalan cepat menuju ruang keluarga membawa sebuah nampan berisi teh melati. Tampak Nyonya Merry sangat gelisah dengan berjalan mondar-mandir.Reta yang mengerti akan kegundahan sang majikan, segera menuangkan teh pada sebuah cangkir porselen."Di minum dulu, Nyonya. Wangi teh melati akan membuat pikiran kita fresh.""Iya, aku tahu, Reta. Diamlah," hardiknya dan seketika wanita mendekati paruh baya itu bungkam.Berkali, Nyonya Merry menatap layar ponsel yang dari tadi berada dalam genggamannya. "Kenapa putraku tidak mau sama sekali mengangkat telepon? Apa dia juga marah padaku, Reta?" Ia menoleh pada kepala pelayannya yang masih diam."Sejak ia berkelahi dengan Kai, seminggu yang lalu, Elmer tak pernah pulang sama sekali. Bahkan dia juga tidak mau mengangkat telepon dariku. Apa dia marah, Reta?""Lalu di mana dia sekarang? Di villa juga tidak ada. Tinggal dimana putra bungsuku itu, Reta." Sekali lagi dia menoleh pada sang k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status