Semua Bab Anak Miliarder: Bab 111 - Bab 120
131 Bab
111. Bantuan Inka
Tubuh Derrick bergetar hebat saat Inka menunjukkan dua photo yang berhasil gadis itu dapatkan. Sesungguhnya Derrick susah mengira jika kedua orang tuanya pasti terbunuh dengan cara yang mengerikan. Akan tetapi, dia tetap saja tidak sanggup melihatnya.Darahnya kian mendidih kala Inka memutar percakapan anak buah Stefan yang dia rekam diam-diam. Terdengar jelas jika mereka tengah bersenang-senang setelah puas membunuh Mikael dan Fransisca White.Tak hanya di situ, Inka juga memberi tahu Derrick Dan juga Vesa mengenai pemakaman orang tua Derrick yang berjalan tidak lancar. Tak bisa dicegah, pria muda itu langsung tersulut emosi."Aku akan membunuh mereka," ucap Derrick geram.Matanya sudah memerah karena terlalu marah sampai air matanya menggenang di matanya.Vesa menepuk bahu sahabatnya itu seraya berkata, "Kita akan membalasnya. Kita akan membuat mereka membayar semuanya."Inka menatap prihatin ke arah Derrick, "Aku turut berduka. Aku tahu aku tidak pantas meminta maaf tapi aku...""B
Baca selengkapnya
112. Siaran Online
"Oke. Sekarang siapa yang akan kau hubungi?" tanya Derrick.Vesa menghela napas, "Aku akan mencari Bu Lusi."Derrick terkejut, "Kau gila? Aku tidak yakin dia akan berpihak kepadamu.""Kita belum mencobanya," balas Vesa tak mau begitu saja kehilangan harapan."Lalu maksudnya kau mau uji coba dulu begitu? Mana bisa coba-coba? Kau tidak sedang berada di toko baju dan mencoba beberapa baju sebelum memutuskan baju mana yang akan kau beli," sindir Derrick halus.Vesa menatap jengkel sahabatnya yang lagi-lagi membuatnya sedikit kesal, "Bukan seperti itu konsepnya, Derrick. Maksud aku, aku akan mencoba menemui Bu Lusi dan berbicara dengannya.""Aku paham, Vesa. Jika memang Bu Lusi masih setia kepada keluargamu, itu bagus. Namun, jika dia sudah menjadi pengkhianat, bagaimana? Sama saja kau menghantarkan nyawamu sendiri kepadanya," jelas Derrick.Derrick benar, Vesa baru menyadarinya."Kita tidak punya cara lain selain ini, Derrcik. Aku harus segera muncul di hadapan publik agar semua orang tah
Baca selengkapnya
113. Beri Aku Waktu!
"Awalnya saya tidak mengerti kenapa berita seperti itu bisa keluar. Sekitar dua minggu yang lalu, saya pergi ke Inggris untuk menghadiri pemakaman kakek dan nenek saya, Hera Adnan dan juga Thomas Miller. Tak disangka-sangka, di sana saya malah diserang." Vesa mengambil jeda sebentar dan dia melirik ke arah Derrick yang terlihat sekali memaksakan dirinya untuk tegar.Vesa menunduk sebentar sebelum melanjutkan, "Di sana sangat kacau bahkan saya kehilangan orang tua teman saya begitu baik. Mereka dibunuh oleh para penyerang itu hanya karena melindungi saya."Vesa terdiam sebentar, dia mengambil napas dalam-dalam, kembai melirik Derrick yang sekarang sedang tersenyum seolah mengatakan dia baik-baik saja.Omong kosong, batin Vesa.Mana ada orang bisa baik-baik saja saat dia kehilangan dua orang yang berharga sekaligus? Apalagi dengan cara yang sangat mengerikan.Namun, Vesa harus mengingatkan dirinya jika saat ini dia sedang live dan disaksikan oleh orang-orang yang mengakses aplikasi vid
Baca selengkapnya
114. Keanehan Gea
Usai mobilnya berhasil menjauh dari apartemen itu, Vesa dengan cepat melajukan mobil yang disewa oleh Ruslan langsung menuju ke sebuah apartemen yang dekat dengan AL Group.Seperti rencana mereka sebelumnya, jika mereka akan menunggu selama dua hari. Jika dalam dua hari mereka tak kunjung membuat laporan maka tak ada pilihan lain selain Vesa akan langsung muncul di AL Group untuk mengambil haknya lagi. "Hampir saja. Vesa, mereka cepat sekali," ucap Derrick yang masih belum bisa menghilangkan rasa tidak percayanya."Penjahat selalu memiliki seribu cara untuk menangkap mangsanya, Derrick," ujar Vesa sambil masih mengemudi."Ah, benar. Tapi sungguh, aku tidak bisa bayangkan jika Paman Ruslan tadi tidak menemukan terlebih dulu, sudah pasti mereka sudah menemukan kita, Vesa," ujar Derrick lega.Ruslan berkata, "Ini berkat Tuan Valentino. Kemampuannya masih seperti dulu. Hanya dalam beberapa menit saja beliau sudah bisa menemukan lokasi kalian."Valentino menoleh dan berdeham kecil, "Sudahl
Baca selengkapnya
115. Siapa yang Masih Setia?
"Sudah kau cek, Ruslan?" tanya Valentino sambil mengunyah makanannya di kursi roda. "Sudah, Tuan," jawab Ruslan pelan tak ingin membangun Vesa dan Derrick yang baru saja tertidur di sofa. Keduanya terlalu lelah hingga tak sempat merebahkan diri mereka ke kamar mereka masing-masing."Bagaimana hasilnya?" tanya Valentino dengan ekspresi tanda tanya yang besar.Ruslan kembali berbicara dengan suara yang mirip seperti sebuah bisikan, "Tak ada, Tuan. Semuanya benar-benar berbalik melawan Anda."Valentino menghentikan kegiatan makannya, dia lalu tersenyum pahit dan terdiam.Ruslan melihat dengan khawatir, "Apa Anda tidak apa-apa, Tuan?"Valentino mendongak, "Apa apa dengan pertanyaanmu itu? Aku baik-baik saja."Tentu saja Ruslan tidak mempercayai hal itu, Valentino memang berusaha untuk setegar mungkin tapi tetap saja wajah pria itu jelas sekali dia tidak sedang baik-baik saja.Ruslan berkata, "Tuan, Anda..."Valentino menyela dengan cepat, "Ya, kau benar. Aku tidak baik, bahkan sangat tid
Baca selengkapnya
116. Membeli Kesetiaan
"Tinggal satu hari lagi," ucap Gea dengan senyum yang merekah di bibirnya."Apa rencanamu sekarang?" tanya Stefan.Gea menoleh pada sepupu penyelamatnya, David Araya, yang begitu dia hormati. "Tentu saja membunuh mereka berdua. Memangnya apa lagi?" ucap Gea santai.Stefan berkata, "Kau yakin akan berhasil?"Gea yang tadinya tersenyum lebar itu kini kehilangan senyumnya, "Stefan Aditama, kau perusak suasana."Stefan, "Aku hanya bertanya, Gea Raharjo."Gea memandanganya kesal, "Kenapa? Ingat Stefan, kau tahu betul apa yang bisa aku lakukan jika kau macam-macam. Kau masih sayang nyawa keponakan tersayangmu itu kan?"Stefan mencengkeram gelas wine-nya, matanya berkilat tajam saat balik memandang Gea, "Kau sentuh dia sehelai rambut saja, aku bersumpah akan membunuhmu."Gea sontak tertawa terbahak-bahak sementara Stefan masih menatapnya dingin."Oh, ayolah. Kau tak perlu serius seperti itu, Stefan. Aku hanya bercanda. Aku tak mungkin berani menyentuh Inka. Lagi pula, dia kan tidak aku culi
Baca selengkapnya
117. Cerita Derrick
Vesa memandang Derrick dengan tatapan yang seakan menyatakan 'Apa kau gila, Derrick?'Derrick membalas, "Aku tidak gila."Vesa tergelak, "Kau tahu arti tatapanku padamu?""Ya. Orang bodoh saja pasti juga akan dengan mudah tahu, Vesa. Kau ini benar-benar," ujar Derrick sebal.Vesa menggelengkan kepalanya, "Wow, kau sungguh menakutkan, Derrick White. Apa aku harus mulai waspada terhadapmu sekarang?"Derrick melengos kesal, "Teruskan omong kosongmu itu, Vesa. Dasar menyebalkan."Vesa sontak tertawa, tentu saja menggoda Derrick White juga menjadi suatu kesenangan tersendiri untuknya. Dia hanya punya Derrick sebagai sahabatnya jadi apapun hal yang dia lakukan pasti tetap ada Derrick di dalamnya."Aku... Aku hanya merasa kesal pada diriku sendiri, Derrick. Dan juga marah," ucap Vesa mulai serius.Derrick menoleh, tatapannya sudah berubah dari yang tadinya kesal kini berubah prihatin seketika, "Kesal kenapa? Marah pada siapa?""Kesal pada diriku sendiri yang hanya bisa memiliki cara ini untu
Baca selengkapnya
118. Janji Vesa
"Sudahlah, jangan berpikir hal-hal yang tidak perlu kau pikirkan, Vesa," ujar Derrick. Pertanyaan Vesa tak dijawab. Vesa ingin bertanya lagi tapi tak jadi karena tak mau memaksa Derrick untuk menjawab. Walaupun hatinya sedang gelisah akan hal itu, Vesa tak ingin memperpanjang hal itu.Selanjutnya, dua jam sebelum waktu berakhir, Ruslan pulang dengan tergesa-gesa. Valentino yang masih duduk di kursi rodanya memang sudah menunggu pria tua itu. Vesa dan Derrick yang telah diberitahu oleh Valentino juga sangat penasaran dengan berita yang dibawa Ruslan. "Bagaimana, Ruslan?" tanya Valentino sudah tak sabar begitu pria itu berjalan mendekat ke arahnya. Ruslan menghela napas panjang, "Tak ada satupun yang ke kantor polisi, Tuan. Tak satupun." Wajah tua pria itu terlihat sekali murung, Valentino pun hanya bisa mengangguk kecewa dan menyuruh Ruslan duduk. "Istirahatlah. Sebentar lagi kita harus ke AL Group," ujar Valentino. Vesa berujar, "Ayah yakin Ayah akan ikut ke sana?" Valentino me
Baca selengkapnya
119. Siapa Mereka?
Vesa seakan tuli sepenuhnya, tak sedikitpun dia mendengarkan teriakan Valentino. Ruslan dan Derrick tak bisa menjangkaunya. Ketika Ruslan hampir saja bisa terbebas dan berjalan menuju Vesa yang sedang menghajar orang itu dengan membabi buta, salah seorang pengawal berkata, "Mohon, Anda semua ke dalam mobil saja. Keadaan di sini sangat berbahaya."Ruslan tentu saja menolak, "Tuan Mudaku masih di sana sendirian dan kau menyuruhku masuk ke dalam mobil?"Sang Pengawal berkata kembali, "Tolong, Pak Ruslan. Demi keselamatan Anda semua."Pengawal lainnya menambahkan sambil mencegah serombongan orang yang berniat menerobos penjagaan pengawal, "Anda harus kembali ke mobil sekarang juga. Kami akan segera membawa Tuan Muda kembali."Semua pengawal waspada dengan pistol di tangan mereka, mengarahkan ke segala arah untuk melindungi keluarga Araya.Derrick panik karena keadaan semakin ricuh, para pendemo itu benar-benar tak bisa dikendalikan sama sekali. Semuanya entah kenapa mengarah ke mereka."
Baca selengkapnya
120. HENTIKAN!
Vesa masih menatap tanpa ekspresi ke arah tubuh tak bernyawa Valentino dan Ruslan.Derrick berkata, "Kau masih bertanya mereka ini siapa? Apa kau buta?"Derrick lalu berjongkok dan mulai dengan perlahan menyingkap kain putih yang menutup tubuh Valentino. Derrick hanya membukanya hingga bagian dada Valentino. Derrick melihat ekspresi wajah Vesa yang semula terlihat ingin menyangkal kematian Valentino mulai berbeda. Ada tatapan syok, sedih, tak mau percaya dan kehilangan yang sangat dalam.Bibir Vesa bergetar dan dengan cepat sebuah butir air mata jatuh dari matanya. Tak ada suara tangisan dalam suaranya tapi Derrick mendengar suara yang begitu memanggil, "Ayah."Derrick memejamkan matanya karena terlalu sakit melihat sahabatnya itu harus kehilangan lagi. Dia pun melanjutkan membuka kain putih yang menutupi tubuh Ruslan. "Paman," lirih Vesa.Vesa lalu bergerak pelan dan memeluk tubuh ayahnya dan seakan tak sanggup menahan luka di hatinya lagi, tangisnya pun pecah."Maafkan aku, Ayah."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status