All Chapters of MADU SATU MERTUA: Chapter 151 - Chapter 160
181 Chapters
Bagian 16
Alea terlihat bahagia. Sepanjang kebersamaan, selalu ingin berada di dekat Rasti. Ia melakukan banyak hal dengan didampingi ibu dari Nadine dan Raline itu. Mulai dari memasak kue, belajar materi yang baru, dan juga memilih tas baru lewat aplikasi belanja online. Hanung pun demikian. Terlalu bahagia melihat Alea tersenyum, ia membatalkan semua janji dengan kliennya. Memilih di rumah menemani putri kesayangannya dan juga Rasti.Hanya Rasti yang menjalani semua itu dengan gelisah. “Pak, sudah saatnya saya pulang. Ini sudah hampir jam satu,” pamit Rasti.“Tapi Alea masih kangen sama Mbak Rasti.”“Lalu anakku?” tanya Rasti sedikit kesal.“Apa tidak bisa saya minta supir untuk menjemputnya? Membawa mereka ke sini?” tanya Hanung lirih.“Pak, anak-anak saya, saya sudah menceritakannya tadi bukan?”Hanung mengangguk paham. “Iya, maaf. Saya hanya ingin mendekatkan anak-anak kita. Tapi jika Nadine dan Raline belum bisa, tidak apa-apa,” jawabnya pelan.“Maksud Pak Hanung?” Rasti bertanya bingung.
Read more
Bagian 17
Semenjak Subuh, ponsel Rasti terus berdering. Ia tahu siapa yang menelpon, sehingga volume dering sengaja dimatikan. Bila janjinya dengan Raline saja bisa diingkari, mengapa janji dengan Hanung tidak bisa diingakirinya? Padahal saat meminta hal itu, ayah Alea setengah memaksa.“Mama, itu hape-nya getar terus. Berisik.” Nadine yang sedang memakai baju seragam protes.Rasti menyambar ponselnya dan menekan tombol matikan. Ia lalu membantu kedua anaknya bersiap berangkat ke sekolah.Jam di dinding rumah menunjukkan angka tujuh, saat Rasti baru saja pulang dari mengantar anak-anaknya. Karena mengingat sesuatu hal penting yang harus disampaikan pada kedua karyawannya, ia menghidupkan ponsel kembali. Ketika benda pipih itu baru saja menyala, sebuah panggilan masuk dan ia tanpa sadar memencet tombol angkat. Maka dengan terpaksa, Rasti menerima telepon dari Hanung.“Mbak Rasti kenapa kamu ingkar janji?” protes Hanung begitu telepon tersambung.“Pak, saya sebenarnya merasa tidak sanggup untuk
Read more
Bagian 18
Hanung tersenyum melihat anak semata wayangnya kembali ceria. Hal yang berbanding terbalik dengan yang Rasti rasa.“Maaf, ya? Alea masih remaja yang labil. Ia masih belum bisa mengatur sikapnya. Sepertinya perlu bimbingan dan arahan seorang wanita yang baik,” celetuk Hanung saat Alea sudah lebih dulu turun di depan gerbang sekolah.Rasti hanya menoleh sekilas tanpa ekspresi lalu keluar dari mobil dan mengikuti Alea. Ia kembali lagi setelah memastikan anak Hanung duduk di kursi di dalam kelasnya.“Bagaimana tadi? Tidak aneh lagi, ‘kan?” tanya Hanung saat Rasti kembali ke dalam mobil.“Sempat minta ditunggui sampai selesai. Tapi aku menolaknya,” jawab Rasti dingin.“Aku minta maaf untuk sikap Alea. Aku harap, selain menjadi temannya, kamu juga bisa menasehati anak itu agar berkurang sifat manjanya. Aku seorang lelaki yang memiliki istri sakit sejak lama. Aku harus mengurus Alea seorang diri. Aku salah sepertinya, karena terlalu memanjakan dia. Habisnya, aku bingun, mau bagaiamana. Melih
Read more
Bagian 19
Sesosok anak tersenyum ceria di depan pintu gerbang sekolah. Melambaikan tangan pada sang ibu yang mengantarnya di seberang jalan dengan membawa gitar sebagai alat untuk mengamen. Hari ini, Yasmin sekolah untuk pertama kalinya. Meski terlambat, beruntung ada sekolah yang masih mau menerimanya.Saat membalikkan badan, Firna menabrak seorang lelaki bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam.“Oh, jadi kamu ibunya anak itu, ya? Anak yang selalu lari kalau disuruh setoran habis ngemis?” hardik lelaki bertato di hadapan Firna.“Iya, Mas, eh, Om, eh, Pak,” jawab Firna ketakutan.“Panggil yang benar! Kenapa anakmu tidak pernah setor?” hardik lelaki yang terkenal sebagai preman itu.Bibir Firna bergetar. Ia merasa sangat takut. Preman itu menelisik tubuhnya, memandang dari atas ke bawah.“Sepertinya kamu tidak pantas untuk jadi pengemis. Kenapa anakmu sampai melakukan itu?” tanya sang preman sambil melipat tangan di depan dada. Melihat Firna yang ketakutan tak kunjung menjawab, ia lalu menarik
Read more
Bagian 20
Di rumahnya, Hanung berusaha untuk mengatasi sikap manja Alea. Berkali-kali ia meminta agar diantar ke rumah Rasti, tapi ditolak. Hanung yang sudah jatuh cinta pada janda beranak dua itu merasa kalau sikap Alea akan menjadi penghalang untuknya bisa lebih dekat dan menjalin hubungan yang spesial.“Aku tidak mau sekolah kalau tidak diantar Tante Rasti!” Begitu selalu yang diucapkan Alea pada sang ayah.Hanung duduk di kursi kerjanya. Memandang setumpuk kertas di hadapannya, tapi pikiran mengembara jauh pada sosok wanita yang ia sukai. Senyum Rasti dan sikap sopan wanita itu membuatnya semakin larut dalam perasaannya. Jarang ditemui wanita yang teguh pada pendiriannya. Kebanyakan wanita lajang yang tahu jika istrinya sakit keras, akan melakukan berbagai cara untuk menarik perhatiannya dan mendekatinya. Namun, Rasti dengan status jandanya sama sekali tidak pernah menunjukkan sikap seperti itu.Wanita yang unik dan langka. Patut diperjuangkan. Itu yang ada dalam pikiran Hanung. Ia lalu ba
Read more
Bagian 21
“Anak-anakku belum tentu mau,” jawab Rasti jujur.“Harus dibujuk biar mau.”“Anak-anakku kuat pendiriannya. Mereka tidak gampang terpengaruh.”“Sikap yang bagus. Cocok bila menjadi pengacara. Akan aku ajari mereka,” canda Hanung sambil tersenyum.Rasti tertawa kecil, memperlihatkan deretan gigi putihnya. “Mau jadi apapun, itu hak mereka. Aku akan mengikuti apapun yang mereka inginkan sejauh itu baik,” sahutnya.“Tapi, kita sebagai orang tua harus bisa memberikan arahan pada anak, apa yang baik dan yang tidak.”“Betul sekali. Akan tetapi, anak kita bukan boneka. Jangan sampai dia menjalani sesuatu hal yang tidak sesuai dengan hatinya. Pola didik yang memaksa, akan berakibat fatal pada sikap dia kelak saat dewasa.”Hanung semakin merasa takjub dengan cara pikir Rasti. Sebagai seorang duda beranak satu, ayah Alea menginginkan sosok yang baik dan cerdas untuk mendidik putri semata wayangnya.“Iya, Bu Guru,” ujar Hanung menggoda. Rasti menampakkan wajah datar atas godaan yang diberikan Han
Read more
Bagian 22
Namun, saat dirinya memarkir kendaraan di halaman, motor Huda juga ikut berhenti. Rasti berusaha bersikap biasa. Ia juga bingung mengartikan apa perilaku Huda terhadapnya.Rasti mengulurkan kunci. Merasa lega karena Huda menunggu di luar. Ia masih diam tak mau menyapa.“Masih jalan bersama? Sudah diselidiki latar belakang lelaki itu? Jangan sampai salah langkah lagi. Aku tidak mau mendengar ada masalah lagi kalau kamu menikah lagi. Dan aku tidak mau jika Nadine dan Raline mendapatkan ayah yang tidak sayang sama mereka.” Sambil menerima kunci mobil, Huda berkata demikian.“Apa urusan kamu berkata seperti itu?” Kesal, Rasti bertanya dengan nada ketus.Huda adalah tipe lelaki yang terlihat ingin selalu memimpin dan mengatur orang lain. Itu yang Rasti lihat selama beberapa kali berinteraksi. Tidak hanya saat berbicara dengannya, tapi, pada orang lain pun demikian. Meski begitu, Rasti tetap saja tidak suka jika urusan pribadinya dicampuri.“Kalau ada orang yang mengingatkan, itu tandanya d
Read more
Bagian 23
“Jangan mengajak anak-anak pergi bersama dulu,” ucap Rasti kala sudah berhadapan dengan Hanung. Mereka berdua bertemu di sebuah pantai. Memilih tempat yang benar-benar sepi dan leluasa untuk berbincang.“Kenapa?” tanya Hanung heran.“Belum waktunya. Hubungan kita, maksudnya kedekatan kita juga hanya sebatas teman.” Rasti menunduk. Teringat anak-anaknya yang jelas akan menolak bila ada sosok laki-laki lain hadir dalam hidup mereka secara tiba-tiba.“Aku ingin lebih dari sekadar teman. Makanya aku ingin anak-anak kita dekat. Agar suatu ketika, saat jodoh mempertemukan kita, mereka sudah siap menjadi keluarga.”Rasti mengatupkan bibir rapat. Pikirannya berusaha menyusun kata-kata yang pasa untuk dapat mengungkapkan isi hati dan gundahnya, tanpa menyakiti perasaan Hanung.Hanya ada suara ombak yang berdebur diantara keduanya. Hanung masih sabar menunggu wanita yang ada di hadapannya menjawab pertanyaan.“Tidak semua anak seperti Alea yang mudah menerima orang baru dalam kehidupan mereka.
Read more
Bagian 24
“Aku sudah cerita sama Maryam. Jadi, sia-sia saja kalau kamu mau melakukannya,” jawab Huda enteng. Ia melanjutkan kembali aktivitasnya. Dan tidak peduli jika Rasti berteriak-teriak. Toh, suara wanita itu tidak bisa melebihi kerasnya suara pemotong rumput. Begitu pikir Huda.Kesal tidak mendapat tanggapan, Rasti masuk ke dalam rumah. Setengah jam kemudian, suara mesin berhenti. Rasti bernapas lega. Karena berpikir, Huda akan segera pergi dari rumahnya.Namun, perkiraannya salah. Huda malah mencuci mobil Rasti. Menyapu bekas potongan rumput dan membersihkan seluruh halaman rumah Rasti. Saat ia keluar, halaman sudah bersih, dan Huda tengah mengelap mobilnya. “Apa-apaan kamu, Huda?” tanyanya bengis.“Baru kali ini, ada orang dibantu malah protes,” sahut Huda asal.“Kamu sudah keterlaluan, Huda. Kamu racuni pikiran anak-anakku, dan kini, kamu bersikap dan melakukan sesuatu seolah apa yang ada di rumahku ini milik kamu,” ucap Rasti kesal.“Ambil kontak mobil, akan aku panaskan,” perintah Hu
Read more
Bagian 25
Refleks, Rasti tersenyum. Menarik bibirnya panjang. Kejutan semacam itu dulu selalu Danang dan anak-anaknya berikan. Kini, hal itu dilakukan oleh Hanung. Tidak dipungkiri Rasti, Danang pria yang sangat baik dan menyayanginya.“Tiup lilin, Tante,” perintah Alea. Mata Rasti memanas. Berbagai rasa bercampur menjadi satu dalam hati.‘Ucapkan doa dulu!” titah Hanung.Rasti yang sebenarnya tidak pernah melakukan hal itu, hanya menambah senyumnya menjadi lebar, lalu meniup lilin.“Selamat ulang tahun, Tante Sayang. Semoga Tante bahagia selalu,” ucap Alea sambil memberikan buket bunga.“Terima kasih,” balas Rasti. Ia merentangkan tangan dan memeluk Alea.Gadis remaja itu menyambutnya dengan bahagia. Ia mendekap Rasti sangat lama. Menikmati aroma tubuh wanita yang ia anggap bisa menggantikan sosok ibu. Melepas semua kerinduan yang selama ini dipendam. Sekilas, mereka terlihat seperti sebuah keluarga yang bahagia. Karyawan Rasti tersenyum dan saling bisik. Mereka lalu mengucapkan permintaan maa
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status