All Chapters of MELEPAS BENALU: Chapter 11 - Chapter 20
80 Chapters
Bab 11 - Licik.
"Apa benar ini dengan kediaman rumah Ibu Astrid Anandia?" laki-laki berbadan tegap bertanya dengan wajah serius. "Iya saya sendiri," jawabku. "Kami dari pihak kepolisian, mendapat tugas untuk membawa Ibu kekantor. Dengan tuduhan penganiayaan atas nama pelapor saudara Ronald dan Ibu Sekar," ucapnya tegas. Sendiku lemas seketika, badanku bergetar dengan lidah kelu tak dapat mengungkapkan kata. Bik Ijah membekap mulutnya, dengan tatapan tak percaya. "Ibu ..." Bik Ijah meringsekan tubuh memegangi lenganku. "Bisa ikut kami segera, Ibu ..." ujar laki-laki bertubuh gempal dengan nama Wisnu ditanda pengenalnya. "Ma-mana mungkin. Bapak salah orang se-pertinya," ucapku terbata, saat ini aku benar-benar gugup luar biasa. Mana mungkin,
Read more
Bab 12 - Melawan.
"Jika Naura tidak penting. Maka pikirkan karirmu, kamu yakin mereka akan menerimamu bekerja diperusahaannya. Setelah tahu kamu sedang terlibat dalam masalah hukum?" Mas Ronald menyorot dengan tatapan meremehkan. "Jika terlalu lama didalam sini, akan tersemat panggilan baru untukmu. Yaitu mantan narapidana?" Mas Ronald tersenyum licik. Tatapan menjijikan dia sunggingkan untukku. Jantungku bertalu-talu, gigiku bergeletuk menerima ancaman darinya. Kutarik nafas dalam-dalam, guna menormalkan debaran yang sudah menggolak-golak. Dia pikir, aku akan gentar dengan ancamannya? Tidak sama sekali. "Kau mengancamku? Tak sadar, jika aku hancur kau dan keluarga, serta istri barumu akan menerima imbasnya?" kusorot mata menyalang itu, dengan tatapan menantang. "Pikirmu ... jika Papahku tahu, dia akan diam saja m
Read more
Bab 13 - Bebal
Aku segera mengirim lokasi, tak lupa mengirim fotoku saat ini dengan latar belakang sel tahanan. Aku tersenyum puas, membayar mahal pengacara tak jadi masalah. Yang penting aku, bisa keluar dari tempat terkutuk ini secepatnya. Segera aku mengirim pesan pada atasan, meminta izin cuti satu minggu dengan alasan ada masalah keluarga. Semoga saja kasus ini cepat teratasi, jangan sampai orang kantor ada yang tahu masalah ini, agar reputasi dikantor pun terselamatkan. Pikirnya aku ini bodoh. Yang bisa dengan mudah takut dengan ancaman murahan itu. Dia lupa, bahwa aku jauh lebih melangkah maju dibanding dirinya. Dasar laki-laki sampah, benalu kehidupanku yang sebenarnya. Awas saja kalau aku sudah keluar dari sini, akan kuberi pelajaran mereka yang sudah menyakitiku. Lihat saja! "Sudah?" tanya Pak Firman.
Read more
Bab 14 - Mengalah untuk membalas.
"Sa-ya tidak akan mencabut laporan. Se-belum Astrid membatalkan niat per-ceraiannya ..." sambung Mas Ronald terbata-bata. Wajahnya begitu menyedihkan, menatap iba kearahku. Aku menatap jengah, masih saja dia menginginkan aku mencabut gugatan cerai. Apa pukulan Papahku tidak bisa menyadarkannya, bahwa kami memang tidak bisa bersatu kembali? "Kurang ajar!!" geram Papah. Bugh!! Papah kembali melayangkan tendangannya, hingga Mas Ronald terjengkang dan tersungkur mencium lantai. Nafas Papah naik-turun, benar-benar kelewat marah dengan Mas Ronald. Aku bahkan belum membeberkan kelakuan busuknya lebih dari itu. Masalah dia menikah lagi dibelakangku, jika Papah tahu, bisa tewas ditempat Mas Ronald. "Berhenti Pak!!" teriak petugas. "Jika Bapak tak mau mendengarkan saya,
Read more
Bab 15 - Awal Kehancuran
Pov Mas Ronald.Mobil berhenti dihalaman rumah orangtuaku, sejak kemarin Ibu begitu cerewet mengingatkan agar hari ini aku bisa berkunjung kerumahnya."Assalamuallaikum ..." ucapku saat memasuki rumah yang pintunya terbuka lebar."Nah ini ..." ucap Ibu begitu sumringah saat melihat aku ada didepannya, tanpa menjawab salamku."Ada apa Bu?" alisku menaut saat Ibu bangkit dan berjalan kearahku."Ini loh, Sekar ... perempuan yang Ibu ceritakan tempo hari. Anaknya Ibu Yuni, tetangga kita dulu," ucap Ibu dengan senyum cerah, menunjukkan perempuan yang sedang duduk sambil tersenyum malu melihatku."Sekar, Mas ..." perempuan itu berdiri, lalu menyodorkan tangannya."Iya." sahutku sambil menjabat tangannya sekilas."Duduk, Nald." titah Ibu. Aku langsung menurut, dan duduk didepan Ibu dan Sekar."Kalian kenalan saja dulu. Kan sudah lama tidak bertemu," ucap Ibu dengan senyum penuh arti kea
Read more
Bab 16 - terlanjur
Pov Mas Ronald.Aku mengejrap pelan, tersentak saat melihat Sekar ada disamping tubuhku. Dia sedang duduk terisak, menatap nanar kearahku."Kenapa? Apa yang terjadi?" Tanyaku sambil memulihkan ingatan."M-as ... kita sudah melakukannya," ucapnya pelan disela isak tangis. "Bagaimana kalau aku sampai hamil," sambungnya sambil menundukkan wajah.Mataku menangkap pakaian yang berserak dilantai, aku meraba tubuh dengan panik, tak ada satupun pakaian yang melekat dibadan ini. Itu berarti aku dan Sekar?Ahh ... mengapa aku bisa seceroboh ini.Aku mencengkram rambut kepala, sangat menyesal sudah melakukan dosa besar yang dibalut dengan kenikmatan sesaat ini."Mas ... akan bertanggung jawabkan?" Sekar menyentuh tanganku."Eh ... i-iya," aku mengangguk lemah."Janji ya, Mas ..." Sekar menghapus air mata, lalu meringsekkan tubuhnya kearahku."Maaf ..." lirihku serba salah. Aku benar-be
Read more
Bab 17 - Percaya Diri.
Selesai makan dan membersihkan badan, kami langsung menuju peraduan. Setelah mencium keningku, Astrid menarik selimut hendak menutup mata."Mah ....""Apa, Yah?" tubuh Astrid bergeliat, lalu meringsek memelukku."Itu ... mm, gimana ya cara bicaranya," aku menggaruk kepala. Membuat Astrid mendongkak kearahku."Bicara saja?" ucapnya."Ibu ... dia kepingin kalung katanya," ucapku kemudian.Astrid menghela nafas, lalu memejamkan mata."Beli saja, buat orangtua jangan terlalu perhitungan. Harga kalung berapa sih?" sahutnya.Senyumku mengembang seketika, Astrid memang sangat baik hati dan pengertian pada keluargaku. Tak salah memang, aku sudah menjadikannya seorang istri."Sudahlah, Mah kali ini tidak usah, Ibu terlalu merepotkanmu," pancingku ingin melihat reaksinya."Jangan bicara begitu, Yah ... aku kerja kaya gini juga demi keluarga. Jika Ibumu senang, dia pasti mendoakan keba
Read more
Bab 18 - Musnah Sudah.
Gawai berbunyi nyaring, nama Raka tertera didalam layar."Mas ..." suara manja perempuan yang aku rindu, memenuhi pendengaran."Apa sayang?" balasku lembut.Ya ... Raka adalah nama untuk Sekar di gawaiku. Tak mungkin aku menuliskan namanya, bisa banyak pertanyaan nantinya."Kapan kekosan ... kalau terlalu lama bisa berjamur aku," nada suaranya terdengar merajuk, namun gemas ditelinga.Sudah empat hari ini aku tidak menemuinya, aku mau mencari aman dulu dari mertua. Papah itu sangat keras, berbeda sekali dengan anaknya yang lemah lembut."Sabar ... ini juga demi kebaikan kita," sahutku."Nanti Mas pikirkan, bagaimana caranya agar kita bisa bertemu setiap hari," sambungku, setelah mendengar dengkusan kesal dari ujung telepon."Mas ... bagaimana kalau aku melamar kerja ditoko matrial?" usul Sekar. "Kita bisa setiap hari bertemu," sambungnya riang."Mm ... tidak mudah menerima karyawan dis
Read more
Bab 19- Mulai Cemas
Mata mengejrap pelan, lalu mengedarkan pandangan keseluruh ruangan.Ssss ....Sakit langsung menyerang kepala, mata kembali tertutup, tak sanggup terbuka karna rasa perih yang begitu luar biasa."Astaga apa yang terjadi!" teriakan Ibu terdengar ditelinga.Tak lama sentuhan tangan mendarat diwajahku. "Siapa pelakunya!!" geram Ibu.Suara tangis Sekar terdengar, dengan sekuat tenaga aku membuka mata."Ibu ... huhu," Sekar menangis pilu."Argh...""Ro-nald," wajah Ibu yang pertama kali aku lihat. Gurat kecemasan tergambar jelas diwajahnya."Air ..." lirihku. Ibu langsung meraih botol mineral dan membukanya, lalu memasukkan sedotan kedalamnya.Tenggorokan yang semula kering, kini terasa lega seirama dengan air yang mengalir melewati tenggorokan."Siapa? Siapa yang berani melukaimu?" cecar Ibu. Aku hanya terdiam, dan mengehela nafas dengan berat."Ibu ..." Se
Read more
Bab 20 - Terlempar.
"Kenapa Bu?" tanyaku saat melihatnya tertegun memandangi gawai. "Astrid ... dia memblokir nomer Ibu," lirihnya dengan tatapan tak percaya. Aku terkejut mendengar ucapan Ibu, memijit pelipis yang tiba-tiba terasa tegang. Ada apa ini. Mengapa Astrid sekejam itu. "Mbak Astrid blokir nomer Ibu?" seru Zeky dengan alis menaut. Ibu memandang kearahku dan Zeky bergantian dengan panik. "Ada masalah apa? Selama ini Mbak Astrid sangat baik sama Ibu, Ibu apain Mbak Astrid?" cecar Zeky dengan wajah frustasi. "Kalau caranya begini, bisa gagal beli motor baru," sungut Zeky dengan sinis. "Benar-benar kurang ajar! Mertua sendiri diblokir, masih untung kamu tidak menceraikan dia." rutuk Ibu tak terima. "Cerai. Siapa yang mau cerai?" Zeky menatapk
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status