All Chapters of Tumbal Pernikahan: Chapter 11 - Chapter 20
60 Chapters
Part 10 — Larangan-larangan Angga
Part 10 —Semakin hari sikap Angga kian jelas terlihat perubahannya, dari yang dingin dan kasar kini begitu perduli. Bahkan, tanpa pikir panjang pria itu telah melarang Amanda berdekatan terlalu lama dengan Yuda. Ia juga telah lancang menggunakan gawai wanita itu untuk mengirim pesan supaya Yuda berhenti mengantar-jemput sang istri.Amanda yang telah mengetahui kelancangan Angga sangat kesal, tetapi tak mampu marah berlebihan karena pria itu suaminya. Apalagi Angga sudah terang-terangan melarangnya berdekatan dengan Yuda meski tanpa alasan yang jelas.'Intinya aku nggak suka kalau kamu terlalu deket sama dia. Ingat status kamu, Amanda. Kita itu masih suami-istri di mata hukum dan agama. Jadi tugas kamu cuma satu ... nurut sama aku.'"Sibuk, Nda?" tanya Yuda sambil menghampiri kubikel milik Amanda dan berdiri di hadapan wanita itu membuat Amanda langsung tersadar dari lamunan singkatnya yang saat itu sedang memikirkan Angga."Lumayan sibuk,
Read more
Part11 – Kecupan Singkat
 "Amanda!" panggil Lina."Ada apa, Lin?""Kamu lagi pdkt, ya, sama Pak Angga?" tebak perempuan itu sambil menatap Amanda cukup lama.Amanda mengerutkan keningnya bingung, dalam hati dia sudah merasa was-was. "Kenapa kmu mikir kayak gitu?""Soalnya aku sering mergokin kalian makan bareng dan pulang bareng. Itu bukan cuma sekali tapi berkali-kali," lanjut Lina dengan tatapan menyelidik."Kapan? Jangan ngaco, deh! Aku mau antar berkas dulu."Amanda menghindari topik supaya teman satu ruangannya itu sampai tidak curiga kepadanya dan segera berjalan menuju ruangan Angga demi menghantarkan sebuah berkas."Ada apa?" tanya Angga saat Amanda sudah berada di depannya."Ini berkas yang Pak Angga minta." Amanda meletakkan map berwarna biru di tangannya ke atas meja sambil menunduk. Saat hendak melangkah pergi, Angga malah memanggil namanya."Amanda, tunggu!"Amanda berbalik dan masih menunduk. Dia tak berani mena
Read more
Part 12 – Gara-gara Yuda
Amanda terkejut saat Angga tiba-tiba memeluknya dari belakang yang sedang membuat sup ayam pesanan pria itu semalam."Astagfirullah," pekik Amanda, karena belum terbiasa dengan tindakan sang suami. "Aku lagi masak, Angga, jangan ganggu!"Angga bergeming dan tak mengindahkan larangan Amanda sedikitpun, justru dia malah kian mengeratkan pelukannya."Angga, lepas, deh! Aku mau masak dulu.""Gak mau!" serunya sambil meletakkan kepala di atas pundak Amanda dan mengecup sekilas pipi istrinya itu, lalu menatap tangan Amanda yang masih asyik memotong bawang dan sayuran."Awas, Angga! Aku susah yang mau masak," protes Amanda saat pria itu malah begitu asyik bermain di area lehernya."Gak mau, Amanda!"Bukannya melepas pelukan, Angga makin mengeratkannya, mengabaikan larangan dan juga reaksi tubuh Amanda yang berlebihan atas sikapnya. Amanda terus meminta Angga untuk menjauh. Namun, pria itu bersikukuh dengan tindakannya. Memeluk sang istri dari belaka
Read more
Part 13 – Membenarkan Ucapan Mama
 "Minggir Yud! Aku harus kembali ke ruanganku," ucap Amanda setelah perbincangan mereka usai.Yuda bergeming enggan berubah dari posisinya yang menghalangi jalan Amanda hingga akhirnya dengan lancang lelaki itu mencium Amanda membuat wanita itu terbelalak tak percaya. Dia berniat menjauhkan wajah, tetapi Yuda berhasil menahan tengkuknya."Gila, kamu!" hardik Amanda ketika dia berhasil mendorong tubuh sahabatnya yang telah lancang itu."Kenapa? Aku salah," kata Yuda seolah perbuatannya adalah hal wajar.Amanda tercengang, ada apakah dengan Yuda? Dia seolah tak mengenali sahabatnya sendiri. Lelaki itu berubah menjadi orang lain."Kamu itu yang kenapa? Tiba-tiba cium aku seperti itu."Yuda tersenyum meremehkan. Mengatakan kalau Amanda tak perlu berpura-pura lagi, dia yakin bahwa wanita itu sudah sering melakukannya."Maksud kamu apa?" Amanda benar-benar tak mengerti dengan perkataan lelaki itu."Kamu pikir aku nggak t
Read more
Part 14 – Penantian terakhir.
 "Amanda."Merasa namanya dipanggil dia menoleh, lalu terbelalak menatap seseorang yang telah dia rindukan selama beberapa tahun terakhir."Nggak lupa, 'kan, sama aku?" tanya lelaki manis berlesung pipi itu sambil menatap Amanda yang kini merubah ekspresi terkejutnya menjadi cemberut. Pria itu melangkah mendekat dan tanpa diduga Amanda langsung memeluknya cukup erat membuat si empunya merasa sesak dan hampir kehilangan napas, dengan wajah tanpa dosa dia melepaskan pelukan dan masih tak percaya kini dipertemukan kembali setelah bertahun-tahun tak bertemu. Tak ingin melewatkan waktu, mereka langsung memutuskan berbincang lebih jauh, saling melepas rindu sampai Amanda lupa akan kebiasannya di jam makan siang."Masih berteman juga sama Yuda?" tanya lelaki itu memulai perbincangan di sela makan siang mereka.Amanda mengangguk mengiyakan masih menikmati nasi goreng seafood di hadapannya. Namun, dia langsung mendongak ketika lelaki itu tahu tentang
Read more
Part15 – Kemanjaan Angga
"Sebentar!" teriak Amanda dari arah dapur saat rungunya mendengar suara seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar!" teriak Amanda lagi sambil berusaha melanjutkan masakannya yang hampir selesai. Namun, orang iseng dari balik pintu masih saja mengetuk pintu tersebut."Astaga! Siapa, sih, yang mainin pintu kayak gitu. Lagian ada bel kenapa malah mainin pintu," gerutu Amanda sambil berjalan menuju pintu untuk memeriksa siapakah orang iseng tersebut.Tok! Tok! Tok!"Iya sabar!" ucap Amanda sambil memutar anak kunci.Setelah pintu terbuka Amanda semakin dibuat kesal saat tahu siapa pelakunya. Amanda mendengkus sambil berkacak pinggang ketika mengetahui siapa yang sudah membuat kegaduhan di rumahnya tersebut."Siapa, sih, Yang. Mainin pintu kayak gitu, berisik banget?" tanya Angga sambil keluar dari kamar dengan muka bantalnya dan berjalan menghampiri Amanda."Hai adik ipar," sapa Vero kepada Angga sambil melambaikan tangannya membuat pria yang baru
Read more
Part 16 – Kembali Menjauh
Tiada hari tanpa membuat Amanda kesal, itulah motto seorang Angga. Hampir setiap saat lelaki itu selalu saja menggoda wanita itu, mengusiknya yang sedang fokus ketika memasak atau hal-hal lainnya."Angga sudah, deh. jangan usil aku lagi masak!" protes Amanda untuk kesekian kalinya."Apasih, Yang? Siapa juga yang usil, aku itu lagi peluk istri cantikku, kok." Angga semakin mengeratkan pelukannya tanpa perduli bila Amanda terus melarang."Angga ada tamu. Tolong bukain pintunya!" pinta Amanda ketika mendengar suara bel rumah berbunyi. Namun, yang dimintai malah tak acuh dan kian mengeratkan pelukannya."Angga, tolong bukain pintu!" pinta Amanda lagi."Males, Yang!" tegas Angga."Ya udah kalau kamu nggak mau bukain, biar aku yang buka." Amanda berusaha melepaskan pelukan Angga, tetapi tenaganya tak sebanding dengan pelukan lelaki itu."Enggak, Yang! Aku nggak mau jauh-jauh dari kamu," rengek Angga."Kalau kamu nggak mau buka pintu biar aku y
Read more
Part 17 – Tidak Sempurna
 "Aku mau bicara penting." Amanda menghampiri Angga yang baru saja datang dan sedang bersantai di ruang tamu. Terlihat jelas dari raut wajahnya bahwa lelaki itu sangat kelelahan."Sebentar, Yang. Aku masih capek.""Aku tunggu di taman belakang." Amanda berbalik, mengayun langkah menuju taman belakang. Dia berulangkali menghela napas pelan, menguatkan hati bila sesuatu yang tak diinginkan benar-benar terjadi. Namun, sekuat apa pun dia mencoba terlihat tegar, tetapi itu percuma karena rasa sakit itu jauh lebih nyata dari segala hal.***"Yang, buka pintunya!" Angga mengetuk pintu kamar mereka yang telah Amanda kunci dari dalam. Berharap Amanda membukakan pintu dan mau mendengarkan semua penjelasan darinya."Pergi Angga!" usir Amanda tak ingin mendengar alasan apa pun dari Angga."Yang, aku mohon kamu ngertiin aku! Ini semua demi kita," bujuk Angga. Namun, Amanda tak perduli. Wanita itu terus mengusirnya supaya pergi dari balik pintu.
Read more
Part 18 – Memilih Kabur
***Semakin mendekati hari H, Angga semakin sibuk. Hampir setiap hari berangkat pagi dan pulang tengah malam dan hampir setiap malam juga Amanda selalu menangis di dalam kamarnya, ia tak mau Angganya menikah lagi, tetapi ia juga tak bisa berbuat apa-apa. Meminta bercerai kepada Angga, itu bukan solusi yang baik. Tuhan sangat membenci kata itu lagipula Amanda sudah berjanji pada almarhumah Bundanya bahwa seberat apa pun masalahnya dengan Angga ia tak akan mau mengucapkan kata itu."Aku mencintaimu, Angga. Sungguh aku gak bisa ngelihat kamu menikah sama wanita lain," lirih Amanda di sela Isak tangisnya.Andaikan Amanda saat ini tengah hamil mungkin saja Angga tidak akan meninggalkannya. Angga tidak meninggalkannya, tetapi membagi dirinya dan Amanda tidak mau itu. Ia ingin Angga hanya memiliki satu istri dan istrinya hanya dirinya."Yang, kamu udah tidur atau belum?" tanya Angga dari balik pintu. Lelaki itu masih berharap bisa tidur di kamar yang sama lagi dengan sang i
Read more
Part 19 – Dua Wajah
 Terlalu banyak menangis membuat Amanda merasa lelah dan akhirnya tertidur. Ia kembali terbangun ketika mendengar namanya dipanggil berulangkali. Amanda mengernyit, merasa asing dengan tempatnya saat ini—taman yang begitu sejuk dan indah dengan banyaknya tanaman hijau."Amanda, sini Sayang!"Amanda menoleh, senyuman lebar menghiasi bibir indahnya dengan rinai yang mengalir dari kedua pelupuk mata. Ia berlari dan segera mendekap wanita cantik bergamis putih yang sudah sangat ia rindukan."Amanda kangen sama Bunda," ungkap Amanda memeluk tubuh Rania yang terasa begitu nyata. "Akhirnya bisa memeluk Bunda seerat ini.""Kamu apa kabar?"Amanda melepaskan pelukannya, menatap wajah sang ibunda yang terlihat lebih cantik dan muda dari sebelumnya. "Amanda mau ikut sama Bunda aja, nggak mau di dunia lagi. Nggak ada yang sayang sama aku, Bunda."Rania tersenyum, mengusap sisa-sisa air mata yang masih membasahi pipi Amanda. Membingkai
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status