All Chapters of Tumbal Pernikahan: Chapter 31 - Chapter 40
60 Chapters
Part 30 - Bukan Kabar Bahagia
  Hidup itu ibaratkan sebuah roda yang selalu berputar setiap saat. Seperti halnya sebuah hubungan yang tak selamanya berjalan mulus, ada kalanya datang sebuah ujian yang datang silih berganti dan tugasnya hanyalah satu, bersabar dan menghadapinya dengan hati lapang. Sikap Angga pun masih sama, lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah daripada dengan Amanda dan wanita itu juga masih tetap diam, menahan rasa sakitnya seorang diri. Mereka hidup bersama. Namun, seolah tak begitu, Angga selalu sibuk dengan urusannya sehingga sering mengabaikan sang istri yang membutuhkan cukup banyak waktu untuk mereka berdua. Ibaratnya seperti ada, tetapi tak terlihat ada. Makan malam dengan keheningan, Amanda yang terus fokus dengan makanannya dan Angga yang berulang kali mendongak untuk melihat wajah istrinya itu. "Beberapa bulan ke depan aku ada urusan di luar kota." Amanda menghentikan suapan dan menatap wajah Angga sebentar, lalu menunduk dan memilih menat
Read more
Part 31 - Keputusan Besar Amanda
 Senyuman lebar terus mengiasi bibir berwarna soft pink itu, dia terus bersikap biasa meski jauh di dalam dirinya sedang menjerit karena terluka. Sejujurnya Amanda enggan keluar dari rumah, bahkan dia lebih ingin berada di dalam kamar saja dan meratapi nasib pernikahannya yang benar-benar telah berada di ujung tanduk. Dia terpaksa datang ke acara itu seorang diri, acara pernikahan Seffina dengan Althan—kakak sepupu Angga—yang digelar sangat mewah di hotel berbintang. Sebenarnya dia bisa menghubungi Angga untuk mengingatkan pria itu. Namun, rasa sakitnya telah melarang dirinya untuk berbuat demikian."Selamat ya, Kak. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai nanti-nanti." Amanda menyalami Althan, tetapi pria itu malah menarik tubuhnya dan memeluk sebentar adik iparnya itu."Makasih ya, Amanda. Angga mana, kamu ke sini sendirian?" tanya Althan sambil mengedarkan pandangannya. Setelah tidak menemukan Angga dia malah menatap Amanda dengan tatapan m
Read more
Part 32 - Penyesalan yang Tak Berarti
Saat selesai memakamkan Nessa Angga yang terlalu lelah langsung tidur dan keesokan harinya dia mulai sibuk kembali dengan urusan kantor. Selama Nessa sakit dia terlalu banyak mengambil cuti dan kini pekerjaannya sedang menumpuk. Lelaki itu sempat bingung karena tidak juga melihat sang istri di pagi hari. Namun, dia juga tak bisa mencari karena kini sudah sangat terlambat untuk berangkat ke kantor."Nanti aja pas jam istirahat aku coba telepon dia lagi. Semoga aja kamu nggak ngelakuin hal bodoh itu lagi, Amanda." Angga berdoa semoga Amanda tidak mengulangi lagi kejadian dulu, saat dia berniat melakukan bunuh diri.Pekerjaan yang begitu menumpuk membuat Angga sampai lupa untuk membaca pesan yang telah Amanda kirimkan. Setelah pekerjaan selesai dia langsung pulang dan berharap bisa menemui sang istri dan kembali memperbaiki hubungan mereka. Namun, Angga menghela napas kasar saat sampai di rumah Amanda masih juga tidak ada, ditelepon juga nomornya tidak bisa. 
Read more
Part 33 - Hidup yang Baru
"Hati-hati, Nak. Mami kan sudah bilang jangan suka lari-lari!" Wanita berambut sebahu itu terus berteriak saat bocah laki-laki yang berada tak jauh darinya masih saja berlari tanpa perduli bila nanti akan tersandung batu dan akhirnya terjatuh."Kangen sama Mami!" balas bocah itu sambil merentangkan kedua tangannya membuat perempuan yang sedang mengenakan setelan formal itu tersenyum dengan lebar. Namun, senyuman di bibirnya mulai menghilang saat melihat bahwa sang anak hendak terjatuh."Shadam!""Hap! Untung papa yang tangkap."Wanita itu menghela napasnya dengan lega karena akhirnya Shadam tidak sampai terluka dan pria berkemeja biru pastel itu langsung menggendong Shadam dan membawanya mendekati sang ibu."Mamiii!!" Shadam langsung turun dan memeluk kaki wanita itu dengan penuh kerinduan. "Shadam pikir pak supir lagi yang jemput."Wanita itu tersenyum dengan lebar dan mulai berjongkok supaya tinggi tubuhnya menyamai sang anak. "Mami lagi nggak sibuk hari ini, jadi kita akan jalan-ja
Read more
Tuduhan Tak Mendasar Yuki
Amanda tersipu saat Daejung terus menatapnya tanpa berkedip dengan senyuman lebar di bibir pria itu. Saat ini keduanya sedang berada di butik ternama, Daejung telah meminta Amanda untuk mengikuti sebuah acara penting dengannya. Awalnya Amanda menolak karena dia bisa memilih pakaian di butiknya sendiri. Namun, Daejung menolak dan malah membawa wanita beranak satu itu untuk memilih pakaian di butik lain, tetapi nyatanya bukan Amanda yang memilih pakaian itu tapi Daejunglah pemilihnya."Ganti aja, ya. Kayaknya pakaian ini nggak pantes buat aku." Amanda insecure dan mulai berbalik berniat untuk melepas Lace dress di tubuhnya."Ngapain, kamu cocok kok pakai baju itu." Daejung menolak dan masih memperhatikan Amanda yang terlihat muda dengan dress itu."Jangan yang ini, Jung. Ini terlihat terlalu muda kalau aku pakai," mohon Amanda membuat Daejung menghela napasnya dengan pelan. Daejung juga tidak bisa memaksa Amanda supaya bersedia mengenakan pakaian pilihannya. Wanita itu bersedia ikut saj
Read more
Pertemuan
Daejung menghela napasnya dengan pelan dan kembali duduk di atas kursi, kembali mengingat semua tuduhan yang telah Yuki lontarkan untuk Amanda. Dia tersenyum sebentar sambil menggelengkan kepalanya karena merasa lucu dengan semua tuduhan wanita bertubuh tinggi itu."Ciuman dan lebih dari itu ... kamu salah, Yuki. Membayangkannya saja aku tidak bisa apalagi sampai melakukannya. Hubungan kita tidak dekat seperti yang kamu pikirkan itu," desah Daejung dan mulai menidurkan kepalanya di atas meja dengan perasaan bingung. Namun, dia langsung mengangkat kepalanya saat mendengar suara pintu terbuka. "Maaf, Jung. Aku pulang duluan ya," ujar Amanda langsung sambil membuka tas selempang dan mencari sesuatu di dalamnya."Biar aku anter. Kan, kamu masih harus jemput Shadam." Daejung beranjak dari kursi dan melangkah menuju Amanda berada. Namun, wanita beranak satu itu melarangnya."Eh, nggak perlu. Aku bisa pesan taksi kok. Kamu juga kayaknya lagi sibuk banget hari ini. Besok kita juga ketemu lag
Read more
Tak Pantas
"Tadi itu siapa? Teman atau sahabat." Daejung menoleh sebentar untuk melihat wajah Amanda yang sedang duduk di sampingnya. Setelah acara selesai mereka langsung memutuskan untuk pulang dan berencana menjemput Shadam lebih dulu ke kediaman teman Daejung."Tadi teman satu kantorku dulu waktu masih bekerja. Kita juga nggak terlalu dekat seperti sahabat.""Berarti dia juga tahu dong soal suami kamu ....""Mantan suami, Jung, bukan suami," ralat Amanda dan memotong ucapan Daejung."Kalian masih berstatus sebagai suami-istri di mata negara. Kalian kan juga belum benar-benar bercerai.""Bisa kita bahas hal lain aja, Jung. Kamu tahu benar kan kalau aku sama sekali nggak mau bahas dia," desah Amanda sambil menahan rasa nyeri yang mulai menyerang hatinya."Sebenarnya perasaan kamu buat dia seperti apa, Amanda. Apa benar kalau perasaan kamu buat dia udah berubah tapi aku malah merasa kamu masih sangat mencintai pria itu," jeda Daejung dan mulai menghentikan laju mobilnya. "Delapan tahun kita dek
Read more
Bertemu dengan Althan
Amanda mengembuskan napasnya dengan pelan setelah berhasil menenangkan Shadam yang sedang kesal karena untuk kedua kalinya dia menjemput anak itu tanpa Daejung. Shadam marah dan mengabaikan Amanda dan mengamuk saat di rumah. Namun, setelah dibujuk beberapa kali akhirnya anak itu luluh dan langsung tertidur. Kini Amanda yang harus menyelesaikan semua kegaduhan yang telah Shadam ciptakan, semua mainan yang telah dia tata dengan rapih kini berhamburan di dalam kamar bermain itu.Setelah semua tugas selesai, Amanda memilih bersantai di ruang tengah dengan secangkir teh hijau di tangannya. Ingatannya kembali pada perdebatannya dengan Daejung tadi."Shadam terlalu bergantung sama Daejung, laku gimana caranya supaya mereka bisa menjauh." Amanda memijat pelipisnya dengan kedua tangan, selama ini dia tidak pernah membayangkan apa yang akan terjadi bila terlalu lama dekat dengan seorang bujang. Kini dia menyesal, seharusnya sejak awal dia menolak kehadiran Daejung, setelah melahirkan seharusnya
Read more
Pengakuan Yuda
"Ngapain lo masih di sini aja. Bukannya lo mau pergi cari Amanda. Kita juga bukan suami-istri lagi jadi nggak perlu sok-sokan perhatian sama gue," amuk Fara saat Yuda masih juga memperhatikannya selama dia dirawat di rumah sakit."Kamu udah makan, Ra? Kalau belum ... kebetulan aku bawain bubur ayam kesukaan kamu." Yuda melengos dan meletakkan dua kotak bubur ayam ke atas meja di samping berangkat rumah sakit "Keluar lo dari sini!" Fara memalingkan wajahnya dan enggan menatap wajah Yuda. Dia sudah terlanjur sakit hati dengan perlakuan pria itu yang masih saja lebih mementingkan Amanda daripada dirinya yang begitu membutuhkan teman saat barusaja keguguran.Yuda abai dengan usiran Fara, justru kini pria itu malah duduk dan bersiap untuk menyuapi wanita tersebut. Namun, bukannya menerima suapan dari Yuda Fara malah menampik tangan pria itu membuat bubur yang tadinya menggantung di udara terpelanting dan berceceran di atas lantai. Yuda memejamkan mata dan mengembuskan napasnya dengan bera
Read more
Sentuhan Penuh Cinta
Yuda menghentikan langkahnya saat merasakan seseorang menarik kemeja yang dia kenakan. Yuda menoleh dan terbelalak saat tahu bahwa Faralah pelakunya. Dia memalingkan wajah saat istrinya itu menatapnya cukup tajam. "Jangan-jangan Fara denger lagi soal pengakuanku tadi. Tapi semoga aja dia nggak denger," ucap Tuda dalam hati."Aku minta maaf kalau udah ganggu tidur kamu. Kamu bisa lanjutin tidurnya," desah Yuda dan melangkahkan kakinya untuk segera keluar dari kamar. Namun, hal yang selanjutnya terjadi malah membuatnya langsung berteriak. Fara menarik kemejanya dan membuat pria jangkung utu terjatuh je atas ranjang."Kenapa mau langsung pergi, udah capek sama sikapku, iya?" tanya Fara dengan datar membuat Yuda yang awalnya menunduk kini mendongak menatap wajah sang istri yang sedang polos tanpa make up."Bukannya gitu, Ra. Aku bener-bener minta maaf karena udah ganggu tidur kamu. Aku juga nggak bermaksud untuk ....""Apa yang kamu bilang tadi benar? Dan sejak kapan?""Hah?!" Yuda terbe
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status