All Chapters of Rumah Tengah Hutan: Chapter 21 - Chapter 30
64 Chapters
Jauh Dari Itu
Dua Minggu berlalu dari pengajian umum itu. Banyak perubahan yang saya alami dalam keseharian. Mulai dari saya yang lebih rajin untuk belajar, tidak telat memberi makan kambing, hemat uang, sampai perlakuan santri kepada saya yang berbeda.Sore itu, saya mendapatkan telepon dari rumah. Saya diberitahu oleh salah satu pengurus pondok. Wah, saya membatin dalam hati bahwa saya akan mendapatkan kiriman. Cepat-cepat saja saya berjalan menuju kantor pondok. Kantor pondok putra terlihat sepi, tidak banyak orang. Disana, hanya ada beberapa santri yang sedang melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang telepon rumah, mencetak tugas, sampai ada yang hanya mencari-cari buku.“Nah, Akmal, ini saudara kamu telepon.” Kata seorang pengurus kepada saya setelah saya masuk kantor pondok putra.“Iya, terima kasih, kang.” Saya menjawab demikian.Lalu, saya mulai pembicaraan dengan saudara yang dimaksudkan kang pengurus tadi. Bukan orang tua saya? Ternyata bukan. Dia, yang telepon, adalah tetangga dekat sa
Read more
Perpisahan
Akhirnya sore yang tidak pernah dinantikan semua santri, termasuk mbah Kyai, mungkin, telah datang. Semua santri sengaja dikumpulkan oleh keluarga ndalem untuk kepergian gus Malik. Suasana sepi, lengah, sedih, meskipun masih ada satu dua santri yang tertawa cengingisan.Halaman ndalem ramai oleh santri putra-putri. Sore ini kami semua harus merelakan kepergian gus Malik.“Saya pamit, dan akan kembali jika sudah mendapatkan tambahan ilmu. Tidak ada perjalanan yang sia-sia. Semoga, perjalanan saya tidak mendapatkan kesia-siaan.” Akhir dari nasihat terakhir gus Malik sebelum berangkat menuju Mesir.Jadi begini, kawan, setelah acara reunian kemarin di pondok lama gus Malik, beliau mendapatkan tawaran untuk melanjutkan pendidikan di Mesir. Langsung saja dia tidak mensia-siakan tawaran itu. Dia langsung mengambil tawaran tersebut. Dengar-dengar, ada sekitar delapan orang yang berangkat bersama dengan gus Malik.Andai saya bisa seperti dia. Nasab punya, ilmu punya, tampan juga punya. Tapi sa
Read more
Internal Pesantren
Untuk kalian yang belum mengenal apa itu pesantren, mari belajar bersama dengan saya. Setidaknya, saya lebih tahu dari pada kalian yang tidak pernah menjadi santri. Walaupun saya baru tiga tahun menjadi santri, pengalaman demi pengalaman telah saya lalui dalam tempo waktu tersebut.Pesantren, adalah sebuah tempat mencari ilmu, ilmu apa saja. Disana, kita akan belajar dengan lebih banyak mengacu pada kitab para ulama salaf, meskipun tidak secara keseluruhan. Kenapa harus ulama salaf? Karena mereka tentunya lebih hebar dari pada ulama sekarang. Mereka lebih dekat dengan jaman Nabi Muhamad.Hidup di pesantren itu indah. Dulu, sebelum saya menjadi santri, pesantren saya bayangkan sebagai tempat yang meanakutkan. Pagi harus bangun sebelum Shubuh, mengaji, membaca Al-Qur’an, mengaji lagi, membaca Al-Qur’an lagi, lalu mengaji lagi. Tidak ada hal yang mengasyikkan di pesantren menurut pandangan saya waktu itu. Ditambah lagi dengan hubungan antara putra dan putri yang sangat dilarang. Apabila
Read more
Hari Pertama
Malam itu, satu hari sesudah penawaran menjadi salah satu pengurus, saya mendatangi kantor pondok. Setelah ngaji Isya, dan belajar bersama, saya berjalan menuju kantor pondok. Disana ada beberapa pengurus harian, sedang membicarakan sebuah hal. Saya tidak tertarik dengan pembicaraan mereka.Setelah mengucapkan salam, dan mereka mempersilahkan saya masuk, dengan tenang saya mengutarakan kesiapan saya.“Saya siap menjadi bagian dari pengurus keamanan.” Kata saya.Mereka bertiga nampak senang dengan kabar yang saya bawakan malam ini. Memang, saya rasa pesantren ini membutuhkan seorang pengurus pembantu, dalam melaksanakan semua kegiatan, dan melancarkan kegiatan belajar mengajar.“Apakah benar demikian?” tanya ketua pondok, “Apakah tidak ada rasa terpaksa?” lanjutnya.“Tidak, saya menerima dengan senang hati dan ikhlas. Semoga menjadi bentuk ibadah dan pengabdian saya.”Syukurlah, akhirnya malam itu saya resmi menjadi pengurus keamanan, pembantu keamanan. Saya menandatangi sebuah surat p
Read more
Enam Syarat
Siang ini adalah hari yang biasa, sama seperti ratusan hari sebelumnya dalam hidup saya. Matahari begitu panasnya mengudarakan keringat, serta beberapa awan mengambang pada birunya langit siang. Indah tapi tidak untuk dinikmati.Pada jam intirahat sekolah, saya menyempatkan diri untuk minum secangkir kopi. Kali ini saya tidak bersama dengan Alfin. Iya, siang ini saya berada pada sebuah warung dekat sekolah, tidak terlalu ramai. Saya senang dengan suasana di sana, tenang, bisa merenungkan tentang kehidupan.Siang ini saya bersama dengan salah satu teman akrab saya, yaitu Ghofur. Dia adalah salah satu santri yang berasal dari Brebes, Jawa Tengah. Penikmat kopi pula seperti saya.“Mal, dengar-dengar kamu sekarang sudah menjadi pengurus.” Kata dia kepada saya, ketika cangkir kopinya hampir terangkat menuju bibirnya.Saya tidak langsung menjawab, menirukan gayanya yang mengangkat cangkir kopi sebelum bicara, dan ketika hampir menyentuh bibir, barulah saya bicara, “Hanya menjadi pembantu ke
Read more
Hudzaifah Bin Uthbah
Sore hari, selepas pengajian, saya merenungkan kembali sebuah cerita yang dengan cerita itu, saya menemukan sebuah arti baru dalam keluarga. Saya mendengarkan kisah itu dari gus Malik, beberapa tahun yang lalu. Beliau dengan gaya kasnya, menceritakan dengan seksama, runtut, serta mudah dipahami kisah salah satu sahabat nabi. Dia adalah Hudzaifah bin Utbah. Begini cerita yang selalu saya ingat itu :Saat itu, Nabi tengah berdakwah kepada kaum Quraiys, Makkah. Namun, lebih dari sepuluh tahun, mereka tetap saja tidak menerima dakwah Nabi, tidak menerima datangnya Islam. Masih banyak yang menyembah berhala, menyembah patung-patung yang merupakan benda mati itu. Akhirnya, Nabi mendapatkan perintah untuk hijrah menuju Madinah.Madinah adalah tempat yang baru untuk Nabi dan sahabat yang mengikuti langkha Nabi. Di sana, tentunya tidak mudah untuk memulai hidup, walaupun kaum Ansor selalu membantu sahabat Muhajirin. Demikian, banyak muslim yang mengikuti Nabi Hijarh. Dengan demikian, mereka ha
Read more
MTQ
Hari berganti bulanpun berjalan. Jam demi menit telah kami lalui. Rintangan tentunya ada, dan halangan tidak dapat dipungkiri. Berbagai luka menjadi hal biasa, yang memang akan selalu ada. Pondok kami masih sama dalam hal bangunan, tapi sepertinya selalu berkembang dalam urusan pengajian. Hidup memang selalu membutuhkan perkembangan, dan memang harus berkembang.Dua hari yang lalu, ada sebuah pengumuman tentang lomba. MTQ, Mutsabaqoh Tilawatil Qur’an. Pasti kalian sudah sering sekali mendengar kata itu. Tapi, ini berbeda kawan, yang mengadakan bukan pengurus aslinya. Lomba ini diselenggarakan oleh beberapa pondok pesantren yang bekerja sama, dalam rangka meningkatkan semangat belajar santri. Tidak banyak, hanya sekitar lima belas pondok pesantren yang bekerja sama. Pondok kami adalah salah satu pondok yang mengikuti kerja sama tersebut.Dalam lomba MTQ ini, setiap pondok wajib mengirimkan beberapa wakilnya untuk mengikuti perlombaan. Kelas satu MTS tiga anak, kelas dua juga demikian,
Read more
Fase Terburuk Dalam Hidup
Terkadang, saya bingung memikirkan tentang dimanakah letak keadilan Tuhan. Bahkan, dalam memikirkan tentang keadilan Tuhan, saya sempat membuat beberapa bait sajak. Apakah Tuhan benar-benar adil? Terkadang saya berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil sama sekali. Inilah bait sajak yang saya ciptakan beberapa saat lalu.Tuhan Tak AdilTuhan…Kenapa sekiranya melati itu Kau ciptakan,Namun tiada indah untuk diriku.Harumnya menghidupkannya,Merahnya mengharumkan jiwa,Tapi kenapa mematikan untuk diriku?Durinya tertawa pada yang lain,Lalu kenapa memarahiku?Tuhan…Kau curang,Kau tak adil.Adakah bunga untukku selain melati itu?Apakah semua bunga sama bagiku,Mematikan…Tuhan…Kau… kau… sungguh membenciku,Kau memberiku mata, memberiku hati,Namun, hanya mataku yang bernyawa karnanya,Kenapa hatiku tak merasakan indahnya? Kenapa?Kenapa mataku bahagia namun hatiku terbisu?Adakah… ini adalah bungaku?Bunga kesedihan, kepahitan, dan penderitaan abadi?Bahkan, ketika saya menuliskan sajak i
Read more
Perjalanan Menuju Puncak Hati
Pukul tiga sore, saya minta diantarkan oleh salah satu teman saya menuju terminal, menggunakan motor pondok. Jalanan ramai oleh para pengendara dengan berbagai motif kehidupan. Inilah kejadian yang sering saya renungkan, tentang kendaraan yang tiada sepinya, tentang jalanan yang tiada sepinya dari manusia.Kebutuhan pokok manusia itu hanya ada tiga, makanan, rumah, dan pakaian. Apakah semua itu tidak bisa didapatkan dengan meninggalkan kegiatan sehari-hari seperti itu? Apakah masih perlu mengudara di jalanan setiap hari untuk memenuhi tiga hal itu? Rumah, makanan, dan pakaian.Sesungguhnya manusia dapat memenuhinya tanpa harus menjalankan kegiatan-kegiatan yang berlebihan itu. Kenapa berlebihan? Karena pada setiap gerakan manusia, di sanalah terdapat ajakan nafsu untuk melebihi batas normal. Nafsu tidak akan puas dengan segala hal yang pas-pasan. Nafsu selalu mengajak manusia untuk menjadi yang terbaik, unggul, terhormat, bagus pakaian, rumah, dan makanan. Tidak ada nafsu yang menerim
Read more
Makan Dampar
Pulang dari mengembalakan kambing, dan membawa satu karung besar rumput, saya segera mandi dan mengerjakan sholat asar. Walaupun tidak di pondok, manusia tetap harus menjalankan ajaran agama. Bukan hanya saya, tapi semua manusia yang mengaku beragama Islam, dia wajib mengerjakan sholat.Sholat adalah pembeda seorang muslim dan orang lain muslim. Sholat pula yang menjadi pembeda antara muslim sejati dan muslim munafik. Itulah sholat, amal yang pertama kali akan ditanyakan oleh Tuhan ketika kiamat nanti. Dan, barang siapa baik sholatnya, maka akan baik seluruh amalnya. Begitu sebaliknya barang siapa buruk sholatnya, kemungkinan besar segala amalnya akan buruk. Memang, sholat adalah sebuah kewajiban dan kebutuhan seorang muslim sejati. Sudahkan kita merasakan butuh dengan sholat? Jika belum membutuhkan sholat, berarti muslim kita perlu ditanyakan. Sudah muslim secara keseluruhankah kita sebagai manusia?Saya sore ini menikmati segelas kopi panas di depan rumah, setelah mendirikan sholat
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status