Semua Bab Rumah Tengah Hutan: Bab 31 - Bab 40
64 Bab
Mulai Kembali
Waktu berlalu sedemikian rupa sehingga selalu membuatkan hati sebuah rasa. Kenangan, adalah rasa tersediri di dalam hati. Manusia akan penuh dengan rasa, sebab waktu selalu mendampingi.Dahulu, sekarang, dan saat-saat yang akan datang, waktu akan selalu mendampingi saya. Hingga pada saatnya nanti, waktu akan meninggalkan saya karena dia pun sirna oleh waktu.Hari ini saya bahagia. Sangat bahagia...Ibu sudah mampu bangun dari terbaringnya. Dia sudah bisa tersenyum kembali kendati masih banyak terduduk pada kursi depan rumah.Tidak ada kata kepada Tuhan selain puji syukur atas nikmat yang tidak dapat diukur ini, yakni kesehatan. Boleh saja manusia banyak harta, tapi untuk apa jika badan tidak sehat? Maka, wajar saja jika Nabi pernah berpesan kepada kita bahwa kita harus menggunakan waktu sehat sebelum datang waktu sakit. Kesehatan adalah harta paling mahal, menurut saya. Sebab, semua orang belum tentu bisa mendapatkan ini. Kesehatan sendiri dibagi menjadi dua hal, yaitu sehat batin dan
Baca selengkapnya
Berangkat Ke Pondok
Genap satu minggu setelah ibu saya sembuh, akhirnya saya bisa kembali ke pondok. Ibu sendiri yang menyuruh saya untuk segera berangkat. Lagi pula, saya juga sudah yakin sekali bahwa ibu sudah benar-benar sembuh. Jadi, keberadaan saya di rumah ini sudah tidak terlalu dibutuhkan lagi.“Berangkatlah besok, Akmal. Ibu rasanya sudah yakin dengan dirimu, bahwa kamu sudah dewasa, pasti bisa menentukan pilihan dan menatap masa depan.” Begitu kata ibu saya pada suatu sore. Pada waktu itu, bapak juga sedang bersama kami, tapi tidak benyak bicara. Dia lebih banyak hanya mendengarkan. Diam adalah sebagian dari kebijaksanaan, dari pada bicara namun menyakiti orang lain, atau bahkan tiada guna.Akhirnya pagi ini saya benar-benar berangkat menuju pondok kembali. Bapak dan ibu sengaja tidak pergi ke sawah, sebab saya akan berangkat. Mereka hanya duduk-duduk santai di teras rumah, sambil melihat ayam-ayam kampung berebut makanan.Semua sudah siap, hanya menunggu tetangga yang akan mengantarkan saya.
Baca selengkapnya
Santri Milenial
Malam harinya saya sowan kepada mbah Kyai, dan berbicara secukupnya tentang keadaan di rumah. Beliau tidak banyak bertanya, dan akhirnya lima belas menit saya keluar dari ruangan mbah Kyai.“Ya sudah, sekarang kamu kembali, konsentrasi belajar, kang...” kata beliau.Saya keluar dari ndalem pukul sembilan malam, setelah itu saya lanjutkan kegiatan dengan belajar mandiri. Ini adalah sebuah kebiasaan lama di pesantren, yaitu belajar dengan mandiri. Walaupun siang dan malam telah disibukkan dengan mengaji, sekolah, dan beberapa kegiatan lain, kami tetap menyempatkan untuk belajar mandiri, dan bahkan hapalan.Malam ini saya mengulang kembali kitab tafsir, membacanya, dan mengingat-ingat kembali apa yang diterangkan oleh mbah Kyai.Setengah jam kemudian, akhirnya saya menyudahi belajar mandiri, dan bergabung dengan beberapa teman saya. Sedari tadi saya belum sempat berbicara banyak dengan Alfin. Entah, sepertinya dia tengah sibuk dengan karya-karyanya. Saya berjalan menuju belakang pondok,
Baca selengkapnya
Pesantren Untuk Bangsa
Hari ini adalah hari semangat untuk semua santri. 8 Oktober 2020, hari yang penuh dengan semangat. Walaupun di luar sana tengah terjadi demo yang luar biasa, kami tetap fokus dengan belajar. Bukan kami tidak cinta dengan Indonesia. Tapi, kami merasa bahwa demo bukan kapasitas kami. Ada sebuah cara yang lebih baik dari pada demo. Misalnya, menunggu undang-undang berlaku hingga beberapa bulan, baru cek hasilnya. Apakah undang-undang Omnibus Law benar-benar mensejahterakan rakyat? Kalau tidak, barulah demo. Sebab jika tidak menguntungkan rakyat, jelaslah undang-undang tersebut ada sebuah misi di baliknya. Misalnya menjual tanah air Indonesia. Bisa saja undang-undang tersebut hanya memudahkan pihak asing mengeruk ekonomi dan kekayaan Indonesia.Ketika di warung, saya melihat sekilas siaran langsung dari demo tersebut. Saya percaya dengan teman-teman buruh yang sedang berdemo. Saya percaya kepada teman-teman mahasiswa yang sedang berdemo. Semoga yang terbaik tetap menjadi milik Indonesia.
Baca selengkapnya
Prinsip Tabur Tuai
Semua orang pasti mengetahui tentang prinsip tabur tuai. Namun, tidak banyak yang mengerti dan mampu menjalankan apa maksudnya. Memang, sekilas kalimat itu begitu mudah untuk dilakukan. Pada kenyataannya, tidak semua bisa melakukan. Prinsip tersebut cukup sulit untuk dikerjakan, jika belum terbiasa.Barang siapa menanam, pasti dia akan menuai.Kenyataannya tidak semua orang yang sudah menanam, tentu menuai.Berarti, ada yang perlu dipertanyakan dari cara dia menanam. Bukan, bukan seperti itu maksudnya.Tentu seseorang yang sudah menanam akan menuai, entah dengan hasil yang baik atau hasil yang buruk. Tergantung dengan benih yang dia tanam.Jika seorang menanam biji yang baik, kemudian merawatnya, niscaya dia akan menuai hasil panen yang baik pula. Sebaliknya, jika benih yang buruk dia tanam, maka akan menghasilkan panen yang buruk. Begitulah, hidup memang sesuai dengan prinsip tersebut.Tidak terkecuali dengan kehidupan saya dan semua santri. Siapa yang rajin, pasti akan pandai. Siapa
Baca selengkapnya
Pak Rt
Hai, teman-teman, dan ini adalah cerita ke tiga. Semoga kalian suka dengan ceritanya. Hari ini adalah hari Rabu, hari dimana wanita-wanita yang dari luar negeri pulang kampung. Sungguh matang persiapan dari ketua Rt kami menyambut mereka, mulai dari jamuan makan, orkes dangdut, bendera merah putih, sampai suami-suami dari wanita yang akan pulang juga mendapatkan riasan. Untungnya tidak ada janur kuning disana, bersama menyan yang dibakar. Hari ini hari spesial bagi mereka semua. Tapi tidak untuk diriku.“Cepat, jangan sampai terlambat! Kita akan menyambut orang-orang penting!” kata Suwadi. Aku mendengar teriakan itu dari teras rumah, sebab lokasi penyambutan berada di tanah lapang sebelah rumahku. Memang begitulah adat desa kami, ketika ada TKW yang pulang kampung, maka tanah lapang sebelah rumahkulah yang menjadi lokasi penyambutan.Acaranya setelah TKW sampai di rumah, mereka akan dimintai urunan sebagai ganti modal pesta penyambutan. Aku suka-suka saja dengan acara seperti har
Baca selengkapnya
TKW
Menjadi TKW adalah salah satu cita-cita mulai di desaku. Tidak sembarang orang bisa mendapatkan kesempatan itu. Minimal dari mereka harus lulusan SMA, katanya. Kalau aku tidak begitu percaya dengan syarat itu. Masak iya? Ingin jadi pembantu saja harus sampai lulusan SMA. Aku benar-benar tidak percaya, karena tidak pernah mengalami juga. Jelasnya, aku tidak ingin menjadi pembantu. Aku mempunyai cita-cita besar. Aku ingin menjadi bos, bukan bawahan. Bukan anak buah. Jika tidak menjadi bos, lebih baik menanam singkong di ladang saja.Kalian tahu? Kenapa TKW, atau orang-orang yang bekerja di luar negeri di desaku ini begitu dihargai? Karena mereka adalah orang-orang kaya. Bayangkan saja jika kalian berada pada posisi kami. Mereka adalah orang-orang yang bertemu dengan bule. Pulang pergi naik pesawat. Mungkin ada juga yang naik kapal laut. Tidak ada yang bisa naik pesawat di desaku kecuali orang-orang penting itu. Maka, dengan berbagai alasan itulah masyarakat desa kami menghormati para T
Baca selengkapnya
WC
Musim hujan telah datang kembali sekian lama sembunyi. Mereka datang dengan lebih banyak diam. Menyirami tanaman yang mulai tumbang. Memberi kehidupan kepada tanah yang kian gersang. Kehidupan mulai baru lagi. Petani berangkat pagi, membawa benih jagung, menuju lereng gunung, sebagai tanaman utama masyarakat desa ini, selain padi. Mereka yang mempunyai sawah telah sibuk dengan padinya. Mencangkul.Musim hujan telah datang kembali setelah sekian lama hilang. Mendatangkan asa sekalian mendatangkan beberapa kekhawatiran. Kemarin, sekitar setengah empat sore, hujan datang deras. Berhenti satu jam kemudian. Setelah dua hari, berarti sekarang, belum ada hujan datang lagi.persiapan kayu bakar di dapur kian menipis. Berarti tugasku sekarang adalah mencari kayu bakar. Perlu kalian ingat, tiada kompor gas di sini, primitif. Kayu bakar menjadi sangat penting. Aku harus masuk hutan untuk mencari kayu. Tidak terlalu sulit, tidak terlalu jauh pula. Inilah yang aku suka dari Indonesia. Tiada rotan
Baca selengkapnya
Gapura Desa
Siang itu, pada tujuh bulan lalu, desa heboh dengan kedatangan salah satu calon lurah. Calon lurah itu mempromosikan dirinya. Dia janji ini-itu. Dan yang paling diingat warga adalah dia akan membangun gapura masuk desa kami.“Nanti kalau saya berhasil menjadi kepala desa, saya berjanji akan membangunkan desa ini gapura masuk. Agar apa? Agar desa ini menjadi seperti desa. Makam saja ada gapuranya, masa desa tidak ada?” begitu kanyanya kepada kami semua. Seluruh warga desa kami memilih Pak Khosir, calon kepala desa yang menjanjikan gapura itu. Entah seberapa kuat dukun yang dia sewa, hasilnya dia menjadi pemenang pemilihan. Apakah gapura sudah menjadi kenyataan? Aku rasa tidak akan, tidak akan pernah menjadi nyata. Itu hanyalah sebuah kalimat yang dia gunakan untuk membodohi kami.Isu panas berkeliaran. Warung kopi satu-satunya di desa kami membicarakan hal itu. Pos ronda malam juga demikian. Katanya, desa ini akan mengadakan semacam demo kepada lurah. Katanya lagi, lurah se
Baca selengkapnya
Kemungkinan Dalam Hidup
Akhir-akhir ini aku sering sedih tanpa sebab. Mana mungkin tiada sebab? Mungkin aku yang belum mengetahui penyebabnya. Binti? Biasa saja. Aku tidak sedih karena dia. Kayu bakar? Masih banyak di belakang. Bayam? Sudah tumbuh juga di belakang. Lalu apa yang seharusnya menjadi penyebab kesedihan ini?Aku memegangi buku yang diberikan Binti dua hari lalu. Indah, seperti yang memberi. Aku tidak tega mencoretnya dengan tangan berdosaku. Aku tidak tega melihatnya menjadi hitam. Akhirnya aku belum memberikan tulisan sama sekali kepada buku itu sampai saat ini.Aku membayangkan wajah Binti ketika memberikan buku itu. Dia sedikit tersenyum. Walaupun sedikit, rasanya seperti madu paling mahal. Manis sekali. Mungkin dia kasihan kepadaku yang putus sekolah.Sudah dua hari ini aku tidak melihat Binti lewat depan rumahku untuk berangkat sekolah. Satu hari karena hari Minggu. Dan hari Senin sengaja aku tidak menunggu dia di depan rumah. Aku memilih minum kopi bersama ayam di belakang rumah, tempatku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status