Semua Bab Dalam Genggaman Sang Penguasa: Bab 51 - Bab 60
90 Bab
51. Kemunculan Dante
Mata Marco membulat, ia tidak menyangka Rocky masih hidup dan datang kembali ke pemakaman. 'Mungkinkah dia tahu atas apa yang aku perbuat terhadap Tuan Stone?' batin Marco."Rocky?" panggil Steve yang langsung mendekati Rocky dan memeluknya. "Ada Apa denganmu? Kenapa tubuhmu terbungkus perban? tanya Steve khawatir. "Terima kasih atas perhatiannya Steve. Aku baik-baik saja, aku hanya ingin melihat jasad Tuan Stone untuk terakhir kalinya. "ucap Rocky yang melirik sinis kepada Marco."Pak Pendeta, bolehkah saya melihat jasad Tuan Stone untuk yang terakhir kalinya?""Tentu saja boleh, Nak." jawab Pendeta."Kalian, angkat peti mati lalu buka penutupnya." titah Rocky kepada beberapa adik satu organisasi dengannya itu.Rocky mendekati peti yang sudah dibuka."Tuan Stone, saya berjanji akan mencari dalang dibalik kematian Anda. Pasti ada PENGKHIANAT dari organisasi kita. Sehingga Anda bisa terbunuh dengan mudah." Rocky sengaja mengatakan kata pengkhianat dengan intonasi yang dikeraskan."Rock
Baca selengkapnya
52. Pelaku
Semua mata memandang Dante dengan rasa yang tidak percaya. Ketua mereka yang dinyatakan meninggal, ternyata masih hidup. Lalu? Siapakah yang mereka kuburkan tadi siang? Berbagai pertanyaan dan spekulasi tentang rentetan kejadian yang dialami orang nomor satu di Blackstone itu membuat para anggota tidak habis berpikir."Pertemuan apa ini?" tanya Dante dengan nada bicara yang dingin. Wajahnya yang penuh luka itu, terlihat sangat menyeramkan. Ia melirik ke arah barisan di mana Marco berada.Semua anggota Blackstone diam tak bersuara. Mereka menundukkan kepala karena takut akan dampak dari kemarahan Dante."Aku tanya kalian, apa kalian bisu!" teriak Dante."Brak!" Dante melempar kursi hingga membentur dinding. Seketika kursi itu terbelah menjadi beberapa bagian."Tuan Stone, Anda … kembali." sapa Marco basa-basi. Laki-laki itu mulai berakting."Aku hanya tertidur dan kalian mau menguburku? Siapa yang mengizinkan kalian mengadakan pertemuan untuk memilih calon penggantiku?!" Dante menatap m
Baca selengkapnya
53. Karena Cinta
"Maksud kalian, Rocky?" tanya Dante."Benar, Tuan." Mereka berempat membenarkan kata-kata pengakuan rekannya.Marco tersenyum simpul karena orang-orangnya sangat bisa diandalkan untuk berbohong. Ia bisa bernapas lega karena kali ini dirinya bisa dipastikan lolos dari hukuman Dante."Rocky yang melakukan pengkhianatan?" tanya Dante sekali lagi."I-itu benar sekali.""Oh ternyata penghianat di sini adalah orang yang paling dekat denganku." jawab Dante yang mulai semakin dingin kata-katanya."Tomi!" teriak Dante."Ya, Tuan.""Ambil cambuk besi kemari.""Baik, Tuan." Tomi berjalan ke belakang sisi podium lalu mengambil sebuah cambuk besi."Rocky, berlutut!" teriak Dante."Tuan, bukan saya." Rocky bingung dengan sikap Dante."Aku tidak peduli! Ternyata kau yang selama ini mengkhianatiku. Pantas saja berbagai kemalangan sering menimpaku, termasuk percobaan pembunuhan kemarin.""Tapi, Tuan. Sungguh saya tidak mengerti dengan kata-kata, Tuan.""Masa bodoh!""Tar!" Dante mengayunkan cambuknya h
Baca selengkapnya
54. Tertangkap
Dante langsung mendidih darahnya. Setelah mendengar pengakuan Marco yang mengatakan membunuh Martha gara-gara dia mencintainya.Dante langsung memukul kepala Marco dengan keras. "Kenapa kau membunuhnya kalau kau mencintainya?!" tanya Dante. Marco diam tidak menjawab."Ayo jawab atau aku pecahkan kepalamu sekarang juga!" Dante menarik rambut Marco ke belakang hingga dia mendongak, menatap wajah Dante yang sangat mengerikan."Karena dia memilih Tuan, padahal sebelumnya dia menerima saya dengan baik. Namun setelah kenal dengan Tuan, dia berpaling dan memilih Anda, karena kedudukan Anda lebih tinggi dari saya.""Bohong, kau bohong. Kau hanya ingin mengelabuhiku, membuat nama Martha menjadi jelek di depanku.""Saya bertaruh, Tuan. Saya tidak berbohong. Sebelum kenal dengan Tuan, saya sudah bertemu dengan Martha terlebih dahulu. Satu tahun sebelum Anda kenal dengan Martha. Saat saya menjalankan misi dan terkena luka tembakan. Ketika berobat di rumah sakit itu, saya mengenal Martha. Karena s
Baca selengkapnya
55. Menghukum Pelaku
"Tuan," panggil Rocky setelah menutup panggilan ponselnya."Ayo kita ke sana!" titah Dante."Jonathan, nanti kau turun di depan markas. Jangan ikut kami hari ini?""Kenapa, Paman?" protes Jonathan. Tadi ia sempat bersitegang dengan ibunya karena meminta izin keluar tanpa alasan."Tidak ada, kau dengarkan aku sekali ini saja." pinta Jonathan."Tidak, Paman. Saya harus ikut, bagaimanapun ini akan menjadi urusan saya. Sejak paman menunjuk saya sebagai pewaris Paman. Saya tidak akan melewatkan urusan penting yang menyangkut Paman dan Blackstone. Kecuali saya sedang sekolah atau menemani Ibu saya." tegas Jonathan."Tapi ini …." Rocky keberatan jika Jonathan ikut serta."Biarkan saja, Rocky. Jika dia bersikeras ingin ikut." potong Dante."Ayo kita susul Steve dan Tomi." ajak Dante."Baik, Tuan."Dante dengan terpaksa mengajak Jonathan untuk menemui Steve dan Tomi yang berhasil menangkap pelaku pembunuhan tunangannya. Entah nanti Jonathan akan syok atau tidak jika Dante mengamuk dan menghukum
Baca selengkapnya
56. Penculikkan Maria
Suara tembakan memecah keheningan. Semua mata terpaku melihat mayat Max tergeletak di lantai dengan luka tembakan di kepala. Lantai kosong itu kini telah banjir dengan darah.Dante menembak Max sesaat setelah laki-laki itu merebut pistol anak buahnya lalu mengacungkan ke arah Rocky. Dante tahu tujuan Max. Ingin mencelakai Rocky dan menggunakan laki-laki itu sebagai sanderanya. Mengancam Dante agar bisa melarikan diri. Namun, Dante sudah memutuskan untuk memberi Max hukuman mati karena ingin mencelakai Rocky. "Dia yang memilih takdirnya. Aku hanya mengabulkan keinginannya." ucap Dante sambil menggunakan kakinya membalikkan tubuh Max untuk memeriksa keadaannya.Tomi segera memeriksa nadi dan detak jantungnya. "Tuan," Tomi mengangguk, memberi kode jika Max telah tewas di tangan Dante."Kuburkan dia, tanggung biaya pengobatan kedua orangtuanya di rumah sakit. Jangan lupa, bantu keuangan adik perempuannya yang baru saja melahirkan. Aku dengar, selama ini dia lah tulang punggung keluarganya
Baca selengkapnya
57. Pembebasan Maria
Laki-laki berjas hitam itu berhasil mendekap Maria dengan satu tangannya. Satu tangannya yang lain mengacungkan pistol ke depan. Empat orang temannya berada di belakangnya membelakangi laki-laki itu dan melakukan hal yang sama, mengarahkan pistol dengan posisi siaga."Tolong … tolong aku." teriak Maria sekali lagi. Gadis itu meronta dan mulai menangis. Jonathan menatap Maria dengan sejuta pikiran. Haruskah ikut campur menolongnya? Jika iya, bagaimana caranya? Sedangkan ia tidak membawa senjata api dan kemampuan bela dirinya belum seberapa bagus.Seketika suasana pesta langsung lengang. Music dari band ternama dan lalu lalang para tamu undangan berhenti ketika mendengar suara keributan dan jeritan Maria."Jonathan," panggil Steve yang langsung mendekatinya ketika terdengar suara keributan dari tempat Jonathan berada."Paman Steve.""Kau baik-baik saja?""Aku baik, tapi dia …." Jonathan menunjuk Maria yang sedang berada dalam sekapan laki-laki tak dikenal."Tahan diri, aku paham dengan m
Baca selengkapnya
58. Melunasi Hutang Budi
"Maria …!" Semua memandang ke arah Maria. "Dor!" salah satu anak buahnya Mark Soriano langsung menembak penyandera yang masih hidup. Dalam sekali tembakan, laki-laki itu terbujur tak bernyawa."Maria, kau baik-baik saja, Sayang." Jena menghambur memeluk Maria yang tergeletak di atas tanah. "Aku baik-baik saja, Ma." "Lalu? Darah siapa ini?" Jena menunjuk darah yang mengenai sebagian gaunnya Maria.Maria melirik seseorang yang menyelamatkannya. Dalam keadaan genting, laki-laki muda itu mendorongnya hingga peluru yang mengarah padanya, meleset dan mengenai Jonathan. Ya, laki-laki itu adalah Jonathan. Sekali lagi, ia berhutang nyawa kepada Jonathan. Laki-laki dingin yang dicintainya, tapi tidak sedikit pun ada tanda-tanda jika laki-laki itu membalas cintanya."Jonathan!" Dante berteriak mendekati Jonathan lalu membopongnya. Mereka lalai hingga kecolongan dengan aksi nekat Jonathan. Pemuda itu mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi putri Mark Soriano dengan dalih bayar budi."Rocky, s
Baca selengkapnya
59. Kemarahan Jonathan
"Nona, silakan masuk." Carlos membuka pintu sebuah mansion kecil yang berada di atas bukit."Terima kasih," ucap Magdalena. "Tapi, di mana ini?" Magdalena memperhatikan bangunan bangunan mansion yang terlihat sangat indah namun sepertinya lokasi ini sangat terpencil dari jangkauan orang di luar sana."Bukankah Anda ingin menenangkan diri? Tempat ini adalah yang terbaik untuk menenangkan hati Anda yang sedang kacau. Kalau Anda tidak suka, baiklah kita kembali ke kota. Saya akan memilih sebuah hotel atau apartemen untuk Anda tinggal.""Oh tidak perlu, tidak perlu. Bukan begitu maksud saya. Saya hanya belum terbiasa." Magdalena mengibaskan tangannya."Anda lihat-lihat dulu sebentar ke dalam. Apakah anda cocok atau tidak? Jika tidak, saya tidak memaksa. Saya bisa membawa anda mencari tempat yang lain." "Maaf merepotkan," ucap Magdalena."Bolehkah saya melihat-lihat sebentar?" "Tentu saja," tawar Carlos.Magdalena melihat-lihat keadaan bagian dalam dari mansion tersebut. Banyak barang ant
Baca selengkapnya
60. Ketakutan Magdalena
"Kau!" Jena semakin marah. Emosinya ingin meledak."Cari putri kesayanganmu dan tanyakan tentang hal ini. Dia memberiku obat perangsang dan merayuku. Sungguh sangat hina," cibir Jonathan.Mark menarik tangan Jena. Ia mencegah istrinya untuk berbuat hal yang lebih lanjut. "Panggil Maria dan suruh dia pulang ke mansion secepatnya.""Hhh… baiklah." Jena melepaskan tangan Mark."Diego, bersihkan pecahan guci ini." Mark melangkah masuk dalam ruang kerjanya. Ia ingin menghubungi Carlos karena penasaran dengan berita yang sudah disampaikan oleh Jonathan padanya.***"Tuan." panggil Adam."Sudah ditemukan lokasinya?""Sudah.""Ayo kita ke sana!""Baik, Tuan.""Bedebah itu harus menanggung akibatnya."Jonathan sudah sangat geram. ingin menghajar Carlos dan membunuhnya. Jika sesuatu terjadi dengan Magdalena. "Lokasinya cukup jauh, Tuan.""Di mana?""Di bukit Monte Gana.""Sejauh itu?" Jonathan mengetatkan rahangnya."Benar, Tuan.""Berengsek! Jika sampai Carlos menyentuh Magdalena. Aku tidak ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status