All Chapters of Delta yang Terpilih (She-wolf Sequel): Chapter 41 - Chapter 50
156 Chapters
Part 40. Pergi
Nah, kan. Firasatku tak akan salah soal ini. Dasar wanita iblis! Begitu aku menyetujui permintaannya, dia langsung menyeretku begitu saja. Seperti binatang ternak yang harus bekerja tanpa kenal lelah. Sebagai seorang werewolf, harga diriku dihancurkannya. Dia berlari begitu cepat, hingga aku harus beberapa kali menegurnya. Aku memang werewolf, tetapi untuk mencapai kecepatan ini, aku tak sanggup. “Ber ... ber ... henti!” pekikku. Saking cepatnya, mataku sampai berair. Rasanya panas, dan tubuhku sampai terasa remuk karenanya. Sial! Kalau bisa, aku ingin menjitak kepalanya itu. “Ini menyenangkan, Dav! Kita harus melakukannya lagi kapan-kapan, ya?” Gila! Wanita ini ingin membunuhku secara perlahan, ya? Tanganku yang ditarik mungkin bisa saja putus, jika aku melakukan apa yang dikatakannya. Apa dia tidak tahu jika tubuhku tidak sekuat dia? Dasar! Awas saja nanti. Aku akan melakuka
Read more
Part 41. Ibu
“Kau mau berjanji padaku, kan?” desaknya. Kudengar dari nada bicaranya, sepertinya dia benar-benar dalam kesulitan jika aku melakukan apa yang dilarang. Kalau begini, aku jadi penasaran dengan bagaimana sosok ibu yang sebenarnya. “Ibu ... bagai ... mana?” tanyaku. Dengan masih memejamkan mata, aku ingin mendapat jawaban.  Biar saja. Aku ingin mengumpulkan tenaga dulu. “Selama aku bersamanya, beliau tidak pernah terlihat berbahaya. Rupanya tak lebih cantik dariku, tentunya karena beliau sudah tua. Tapi, jangan remehkan kekuatannya saat marah. Kursi yang tak bersalah bisa saja hancur dalam sekejap mata. Ah, satu lagi! Jika aku mirip Mom, maka kau adalah duplikat Dad. Hanya saja, mata Dad berwarna merah, sedangkan kau hitam,” jawabnya. Senang rasanya, begitu mendengar sebagian dari diriku mirip orang tuaku. Apalagi, selama ini paman hanya menceritakan bagaimana perlakuan ibu dan ayah
Read more
Part 42. Dia Menyebalkan
Selama ini, aku sama sekali tak tahu jika ada yang mendoakanku. Aku juga tak pernah berharap lebih banyak. Aku takut, jika harapanku itu hanya harap semu semata.   Aku tak pernah ingin berharap terlalu tinggi, jika pada akhirnya hanya kekecewaan yang kudapat. Berharap seadanya saja. Seperti selalu bersama paman, yang berakhir terpisah karena beliau bertemu pasangannya. Atau seperti aku yang ingin lolos ujian kala itu, yang berakhir dengan kekacauan yang buruk. Terkadang, aku meragukan keberuntunganku. Jangan-jangan, ibuku membuangku karena aku ini pembawa sial? Akan tetapi, aku membuang kembali pikiran itu.   Daphne pasti tidak tahu jika aku memikirkan hal itu. Tidak mungkin, kan, dia mengatakan jika ibu membicarakanku terus, sedangkan aku di-cap sebagai pembawa sial? Seharusnya jika kenyataan memang begitu, ibuku akan senang aku menghilang dari hidupnya. Pun dengan Daphne yang mencariku, dan senang karena kita telah bertemu.  
Read more
Part 43. Darah Kelinci
“Kau yakin untuk mengusirku?” tanya Daphne. Sepertinya dia ingin memastikan apa yang kuucapkan. Bagiku, lebih baik berjalan sendiri ketimbang dengannya—wanita bermulut pedas yang selalu merendahkanku. Bukankah dia sendiri yang mengatakan jika aku ini kakaknya? Kenapa tidak ada sedikit pun rasa hormat padaku? “Ya!” jawabku mantap. Tak peduli lagi dengan apa yang akan kualami, jika dia benar-benar meninggalkanku di tempat ini. Kalaupun aku harus sendiri, tak apa. Mungkin sudah nasibku. “Kau ini bodoh atau bagaimana, Dav!? Wilayah ini bukan wilayah yang kau kenal. Jika kau tetap kerasa kepala, aku tak tahu dengan apa yang akan terjadi nanti. Ingat, Dav! Kau bukan orang yang harus meninggikan harga dirimu di depan adikmu sendiri. Aku bukan orang asing. Aku orang yang telah berbagi kehidupan denganmu, bahkan sejak kita masih belum melihat dunia. Kalaupun aku berkata yang menyakitimu, itu adalah fakta.”
Read more
Part 44. Meningkat
“Tak ... tahu.” Aku berucap lirih. Untuk bagian aku yang bisa mengkonsumsi darah, tak kuragukan. Hanya saja, yang tak kuketahui itu bagaimana menghisap darah langsung? Ah, wanita ini! “Huh!” Daphne mendegus keras. Apa dia sudah mulai bosan menghadapiku? “Dengar, Dav. Kau memiliki gen vampire di dalam darahmu. Jadi, jangan lagi merisaukan apa pun. Kau hanya perlu mengikuti instingmu untuk menyantap mangsamu ini. Juga, aku yakin ini bukan pertama kalinya kau meminum darah, kan?”  Aku mengangguk pasrah. Kau benar, Daph! Secara sadar aku mengingat jika ini bukan pertama kali. Akan tetapi, tetap saja untuk pertama kali untuk menghisap langsung itu, terasa sangat menganggu. Apa aku bisa? “Dav. Kau hanya perlu memegangnya, biarkan nalurimu yang mengambil alih dan kau hanya menikmati. Setelah itu, kau bisa merasakannya mengalir di tenggorokanmu. Jangan khawatir!
Read more
Part 45. Pengawal
 Ini terasa begtiu aneh untukku. Sejak kecil, aku sama sekali tak meragukan bahwa diriku seorang werewolf. Dengan adanya wolf yang keluar dari tubuhku, hal itu semakin menguatkan keyakinan ini. Hanya saja aku sedikit kecewa dengan kondisi kami yang sama. Aku cacat dengan bicaraku, sedangkan wolf-ku cacat dengan penglihatannya. Aku ingin egois dengan mengatakan aku ingin yang sempurna. Namun, jika sudah telanjur seperti ini, aku bisa apa selain menerima? Akan tetapi, kejadian barusan dan beberapa waktu lalu menyadarkanku. Di dalam diriku, entah seberapa banyak itu, menginginkan darah untuk kuhisap. Aneh. Padahal tidak ada tanda-tanda sedikit pun bahwa aku vampire. Apa yang dikatakan Daphne memang benar adanya, bahwa gen ayah mengalir di nadiku? Dalam separuh perjalanan, genggaman tangan kami terlepas. Namun, aku dengan mudah bisa mengimbangi lari Daphne tanpa masalah. Aku bahagia mendapat fakta ini. Itu berarti, aku bisa meninggi
Read more
Part 46. Efek
Aku menatap tajam pada vampire pria itu. Wajah tanpa ekspresi dengan warna kulit pucat, sangat mampu membuatku merinding. Selama aku hidup dengan paman, belum pernah aku melihat vampire dari dekat. Yah ... setelah Daphne ini, tentunya. Wanita yang mengaku kembaranku tentu tidak masuk hitungan, kan? Apa karena keturunan ibu yang seorang werewolf, hingga auranya tidak sekental Alex. “Kau mau ikut, atau tinggal di sini saja?” tanya Daphne. Wanita ini benar-benar! Aku tak bisa mengatakan seberapa jengkel hatiku padanya. “I ... kut!” jawabku lantang. Sebagai pria, aku tak ingin dianggap lemah lagi, apalagi di depan Alex. Jika tadi hanya ada kami berdua aku tak terlalu sungkan, kini keadaan berbeda. Aku tak akan pernah tahu kapan Alex menikamku dari belakang. Bagaimanapun juga, Alex seorang vampire dan aku tidak bisa percaya begitu saja. Ada banyak orang di pack yang mengatakan bahwa mereka tak bisa dipercaya. 
Read more
Part 47. Adik yang Menyebalkan
Telinga yang seolah tuli ini, tak dapat menangkap suara apa pun. Tubuhku juga terasa lemas seperti tanpa tulang. Di sekitarku, ada Daphne yang tersenyum. Tak jauh, ada pria yang menatapku datar sejak tadi. Aku tak tahu apa yang dipikirkannya, apa menjadi pelayan diharuskan tanpa ekspresi? Atau memang vampire harus bersikap begitu?Sebagai saudara, Daphne sudah keterlaluan. Dia bukannya membantuku, malah berucap yang tak bisa kudengar. Tak hanya itu, senyumannya juga membuatku muak. Hanya leher yang bisa kugerakkan, dan itu sama sekali tak bisa membantu.Benda bergerak yang kutupangi ini, membuatku semakin merasa pengap saja. Ruangnya tak luas, masih bergerak dan menjadi sandaran tubuh emasku. Aku penasaran, setelah ini aku akan berakhir di mana.“D Daph,” ucapku lirih. Entah dia mendengarnya atau tidak, aku sudah berusaha yang terbaik untuk mengatakannya. Beruntungnya, napasku sudah menjadi lebih stabil. Hanya
Read more
Part 48. Ada Apa Denganku?
Rasa damai begitu kurindukan. Terakhir kali aku merasa nyaman tertidur, adalah ketika aku kecil. Tentu waktu itu sebelum Alpha mengibarkan perang dingin pada paman. Pria arogan itu membuat tidurku tak nyenyak. Akibatnya, aku tidak bisa beristirahat dengan baik.Aku masih mengingat dengan jelas awal dari semuanya. Tidak secara detail, tetapi berdasar apa yang kuketahui.Kala itu, paman dan aku yang sedang beristirahat langsung terkejut. Alpha datang dengan suara yang keras dan langsung menuding paman. Aku yang ketakutan hanya bisa memeluk tubuh tegap itu.“Aku tak menyangka jika wargaku ada yang Delta!” bentak Alpha kala itu. Aku yang saat itu masih kecil, tetnu tak bisa berbuat apa pun. Apalagi untuk sekadar memahami apa yang terjadi. Namun, telinga ini masih mendengar dengan baik. Begitu juga dengan otak yang merekam kejadian.Belakangan ini aku tahu, jika Alpha tak mengetahui status pamanku yang baru bergabung. Awalnya, paman
Read more
Part 49.
"Tak gagap lagi?"Aku mengangguk. Tebakan Daphne tepat langsung pada intinya. Dan aku, hanya bisa mengangguk saja untuk membalasnya. Meski aku tak mengalami kesulitan dalam berbicara, tentu aku harus tetap berhati-hati, kan?"Ada banyak hal yang tak kau ketahui tentang tubuhmu sendiri, Dav. Semua hal yang begitu disembunyikan seara apik dari hidupmu, sudah saatnya kini terkuak dan muncul ke permukaan. Kau harus tahu alasan kita berpisah. Juga, mengapa kau berakhir tumbuh di samping Paman Sean."Jadi, semua ini ada alasannya? Mengapa aku sama seklai tak tahu? Selama ini, aku kira paman sudah mengatakna banyak hal untukku. Namun, jika ditilik dari ucapan Daphne barusan, aku sekamin merasa jika tak tahu apa-apa. Sedangkan Daphne, wanita i
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status