All Chapters of Delta yang Terpilih (She-wolf Sequel): Chapter 21 - Chapter 30
156 Chapters
Part 20. Ingin Tahu
Aku masih termenung, mencoba meresapi apa yang pamanku itu katakan. Memang benar kita akan pergi, tapi apa harus secepat ini? Kulihat pamanku itu sudah memakai celana pendek. Mungkin setelah sampai, beliau langsung mencari celana untuk dipakai. “Kena … pa?” tanyaku. “Kita tak akan selamat begitu Alpha dan Beta sadar dari pingsannya. Kau harus tahu, Dav! Hidup kita sudah terancam saat Beta Jake mencari gara-gara. Saat ini pilihan yang terbaik adalah pergi,” jawab Paman. Beliau terus berkemas tanpa melihat ke arahku. Tak banyak yang beliau bawa dalam tas. Kutebak, hanya baju-baju dan uang yang kami miliki selama ini. Untuk baju pun, kami tak memiliki banyak. Itu karena selama ini paman mengajarkanku untuk hidup seadaanya. Tak hanya itu, memiliki banyak baju akan terlihat seperti manusia. Paman pernah bercerita, bahwa mereka selalu menimbun kekayaan, dan belanja hal yang sebenarnya tak perlu.
Read more
Part 21. Banyak Hal
Begitu aku mengangguk, Paman segera pergi dari hadapanku dan meninggalkan tasnya. Karena kami yang berada di hutan rimba, tentu tak sulit untuk menemukan tempat untuk berubah. Ada banyak pohon besar yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Meski kami sama-sama pria, tentu hal itu tetap bukan sebagai pengecualian berubah di hadapanku. Selama ini tempat terjauh yang aku kunjungi adalah perbatasan. Paman tidak pernah mengizinkanku pergi lebih jauh, dengan alasan keselamatanku. Jadi, begitu aku berada di luar, ini kesempatan yang bagus untukku melihat-lihat pemandangan yang asing. Rasanya tak buruk juga, ada banyak pohon besar yang belum pernah kuketahui sebelumnya. Grrrrr! Suara geraman lagi, aku tak tahu harus bagaimana untuk menghadapinya. Diri ini masih belum terbiasa dengan hal-hal semacam itu. Tentu saja, rasa kaget yang mendominasi masih bisa kurasakan. Serigala besar dengan celana yang kukenal di m
Read more
Part 22. Penjelasan
Aku memekik begitu dahi ini menghantam ranting. Sial! Aku mengumpat dalam hati sambil mengusap kening yang sakit. Karena keasyikan melamun dan memikirkan banyak hal, sampai tidak tahu ada ranting pohon yang melandai. Mungkin nanti jika sudah menemukan tempat yang bagus, aku akan mengobatinya.Atau mungkin tidak perlu, mengingat aku memiliki kemampuan penyembuh sendiri.Tak lama, Darwin berhenti. Kulihat sekeliling dan suasananya masih sama. Bedanya, suara kicau burung sudah tak sebanyak tadi. Tak berani mengasumsi banyak hal, aku turun dan membiarkan serigala itu melakukan apa pun. Begitu menunggu, Darwin ternyata berusaha untuk membuka tas. Apakah sudah waktunya berubah kembali ke bentuk manusia?“Se ... bentar.” Aku langsung menurunkan tas yang kuselempang dan membukanya. Begitu celana yang digunakan pamanku tadi berada di tangan, Darwin langsung menggigitnya. Tak mungkin, kan, serigala itu membawa dengan tangannya?Tak berapa lama kau menunggu, paman sudah kembali
Read more
Part 23. Tempat Kenangan
“Sol ... tice?” Baru kali ini aku mendengar ada Delta jenis ini.“Sama seperti Alpha Superior atau Beta Dominat, Delta juga memiliki jenis lain, yakni Soltice. Jika Delta biasa, tentu akan memiliki kejiwaan yang tidak stabil, sama seperti ibumu. Mungkin, kau juga akan sama sepertinya. Itulah kenapa saat kau berubah, kau tidak mengingat apa pun. Delta Soltice memiliki kesadaran dalam keadaan tenang, tetapi akan kehilangannya saat dalam keadaan emosi. Delta biasa bisa menjadi Soltice, asal memiliki pengendalian yang kuat dengan emosinya,” jelas Paman.Oh, jadi begitu. Pantas saja selama ini Paman terlalu pendiam. Kukira karena memang beliau seperti itu, tetapi ternyata ada hal yang tersembunyi. Kalau saja aku tahu sejak awal, tentu akan berlatih hal ini. Terkadang, emosiku terasa tak stabil dan membuatku pening. Apa ini juga merupakan akibat pengendalian emosiku yang kurang?“Kau masih cukup muda untuk berlatih, Dav. Ibumu yang hampir seumuranku saja masih sulit melak
Read more
Part 24. Tempat yang Baru
“Nah, ayo! Kita sementara akan berjalan kaki dulu, karena dari sini tidak ada angkutan. Mungkin, kita akan tertolong jika ada yang memberi kita tumpangan.”Tumpangan? Apa itu? Rasanya kau belum pernah mendengarnya.“Tapi kalau tidak ada tumpangan, tentu kita harus berjalan kaki dan menahan lapar ini lebih lama lagi. Apakah tidak apa-apa?”Lagi-lagi, aku menggeleng pelan. Tak akan menjadi masalah untukku menahan lapar untuk sebentar saja. Lagi pula, sekali lagi kukatakan aku tak akan mati kelaparan hanya karena terlambat makan.“Baiklah, kurasa sebentar lagi kita akan memasuki wilayahnya.”Benar saja apa yang Paman katakan. Aku mulai bisa melihat banyaknya cahaya. Matahari yang belum tenggelam sempurna membuat suasana begitu tenang. Juga, semakin indah. Di pack, aku belum pernah mendapatkan pemandangan seperti ini.Semakin lama berjalan, kami semakin dekat dengan bangunan-bangunan yang ada. Aku tercengang. Bangunan yang tinggi menjulang baru terlihat, ket
Read more
Part 25. Haruskah?
“Dav! Kita tak bisa menetap di sini lebih lama lagi.”Aku menghentikan tangan yang akan menyuap ini. Apa yang disampaikan, tentu bukan hal yang bagus. Baru saja aku menyukai apa yang ada, kini Paman sudah akan mengambilnya kembali. Kenapa? Apakah ada yang salah dengan semuanya? Bukankah beliau pernah mengatakan bahwa wilayah ini aman? Seharusnya tidak akan menjadi masalah jika tinggal lebih lama, kan?“Ke ... na ... pa?” Aku berusaha meminta jawaban. Entah bagaimanapun juga, harus ada yang masuk di akalku untuk meninggalkan semua kenyamanan ini.Jujur saja. Aku mulai betah di sini. Air mengalir yang bisa diciptakan dengan sekali sentuh, air hangat tanpa memasaknya terlebih dahulu, ranjang yang empuk dan nyaman, serta makanan enak yang tak perlu memasak untuk mendapatkannya. Hey! Memang siapa yang ingin meninggalkan kenyamanan seperti ini? Jika aku harus menjadi manusia untuk selalu merasakannya, aku bersedia. &nbs
Read more
Part 26. Bergegas
Kami memang dekat, tapi bukan berarti harus sedakat itu. Dengan bertanya sesuatu yang intim, aku tak berani. Bukan tak berani karena nyali, melainkan rasa sungkan dan tak enak. Selama ini aku menyadari, sudah terlalu banyak pengorbanan yang dilakukannya padaku. Jika kau meminta lebih, apakah tidak termasuk sebagai sebuah ketamakan? “Dav, jika aku belum kembali, kau bisa beristirahat terlebih dahulu. Paman harus ke luar. Ada yang perlu dilakukan,” ucap paman. Belum juga aku beranjak ke kamar mandi, Paman sudah mau pergi lagi. Sebenarnya ini ada apa? Mengapa semua hal banyak yang berubah? Apakah aku tidak cukup layak untuk mengetahui secara rinci, hingga Paman sampai menyembunyikan beberapa hal dariku? Huh, meski air hangat lumayan bisa menenangkan, aku sama sekali bukan orang yang suka mandi sering. Naluri alami sebagai hewan membuatku sedikit risih akan kebersihan. Bukankah sesuatu yang berlebihan itu tak bai
Read more
Part 27. Penyihir
“Siapa kalian?” tanya suara itu. Dari asumsiku, pemilik suara ini adalah seorang wanita. Ia tak menutupi atau mengubahnya sama sekali.   “Kau werewolf?” tanya paman. Bukannya menjawab, beliau malah menanyakan hal itu. Aku bingung, sama sekali tak kurasakan kalau yang berkata itu werewolf. Justru, aku menghidu aroma asing yang belum pernah kutemui. Kalau werewolf, aku bisa mengenali bau mereka. Pun dengan vampire, meski tidak berhadapan secara langsung.   Tubuhku merespon rasa kekhawatiran ini dan meningkatkan kewaspadaan. Begitu juga dengan paman. Beliau menggeser posisiku perlahan dan menutupi dengan tubuhnya yang besar. Aku yakin, jika ada orang di depan beliau, porang itu tak akan mengetahui aku yang berada di belakangnya.   “Kutanya sekali lagi! Apakah kau werewolf?” ulang paman. Dari nadanya, aku menebak beliau tengah menahan emosi. Sebenarnya ada apa? Tidak seperti biasanya saja beliau seperti ini.  
Read more
Part 28. Mate Paman
“Mengapa kau lakukan ini padaku, Mate?” tanya paman. Apa? Apa telingaku tidak salah mendengar bahwa beliau menyebut mate? Bukankah sejak awal tidak tercium aroma werewolf sedikit pun, tetapi beliau menduga penyihir itu mate-nya? “Apa maksudmu dengan menyebutku sebagai mate? Kau gila! Jangan menuduhku sembarangan!” Gawat! Sepertinya penyihir itu mulai terganggu dengan panggilan paman padanya. Duh! Jangan sampai ia kembali mengamuk dan menyiksaku lagi. Sudah cukup aku tersiksa dengan tali yang membakar ini, jangan sampai ada tambahan yang lain. Usai penyihir itu mengatakan bahwa tali ini akan menyiksa, jika aku semakin berontak, aku mulai menenangkan diri. Tak sanggup rasanya menahan panas yang membakar, begitu aku bergerak dengan semakin liar. Huh! Penyihir menyusahkan ini begitu menyebalkan. “Jangan membohongi keadaan, Mate! Aku sudah sangat yakin de
Read more
Part 29. Hanya Lewat
“Diamlah atau kita semua tak akan selamat!” Wanita penyihir itu berbisik dari belakang. Sepertinya, kami tengah berada dalam masalah hingga ia begitu panik. Ingin rasanya aku tertawa, melihatnya tadi begitu pongah dan sekarang seperti itu. Seperti kucing yang ketakutan saat melihat kami—serigala. Benar saja, tak lama kemudian ada yang datang. Dari pakaian yang mereka pakai, sepertinya itu adalah rombongan warrior pack yang mencari kami. Aku bisa mengenali mereka dari jubah yang dikenakan. Masing-masing pack memiliki idenditas jika ke luar wilayah. Kebanyakan dari mereka memakai jubah dengan lambang pack. Jubah werewolf berwarna coklat, vampire hitam, dan manusia abu-abu. Namun, tidak semua memakai jubah, melainkan hanya mereka yang tergabung dalam keprajuritan saja. Seperti aku dan Paman, yang tidak memakai jubah karena hanya warga biasa. Selain itu, kami juga hanya pelarian.  Pelarian yang keluar dari pack tidak akan
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status