Semua Bab Delta yang Terpilih (She-wolf Sequel): Bab 51 - Bab 60
156 Bab
Part 50. Tak Manusiawi
Amarah menguasaiku. Tiba-tiba, aku sudah mencekik leher Daphne. Kesadaran seolah timbul dan tenggelam, dan aku mencoba untuk mengendalikannya. Terasa percuma, kala tangan ini masih bertengger di leher Daphne. Vampire yang malang, aku hanya bisa berdoa agar dia selamat dari amarahku. “Kau tak akan bisa membunuhku hanya dengan ini, Dav!” Bukannya terlihat kesakitan, Daphne malah mengeluarkan senyuman liciknya. Awalnya aku khawatir, tetapi melihatnya begitu, rasa khawatir itu hilang tak berbekas. Daphne mungkin saja sudah kucekik dengan sedemikian rupa. Namun, raut wajahnya tidak berubah. Bahkan ketika beberapa waktu terlewati. Aku heran, apa cerita bahwa vampire memiliki darahnitu bohong? Padahalnaku yakin bahwa kekuatanku telah meningkat. Bukannya aku ingin melenyapkan dia, tetapi ... aku tak tahu harus berkata apa. “Bagaimana rasanya dikendalikan amarahmu?” tanyanya. Dikendalikan amarah? Apa maksudnya? “Baru seperti itu saja kau sudah tak kuat. Bagaimana dengan yang lebih hebat da
Baca selengkapnya
Part 51. Hukuman
“Daph, bisakah kau membawaku dengan cara normal?” Kucoba untuk membentak Daphne, tetapi yang keluar hanya suara sumbangku lagi. Namun, tak masalah. Setidaknya aku sudah menyampaikan padaku jika aku ingin dibawa dengan baik, bukan diseret bak binatang buruan seperti ini.Aku tahu jika Daphne memiliki kekuatan yang besar. Juga, berat tubuhku yang sama sekali tidak membuatnya kesulitan. Akan tetapi, memang jika aku dibawa seperti ini, adalah sesuatu yang wajar? Aku pria dan dia wanita. Kita juga sama-sama bukan manusia, tetapi perlakuannya sama sekali sudah melewati batas.Lain kali, aku bersumpah untuk membalasnya dengan cara yang lebih kejam. Camkan itu, Daph!“Kau pantas diperlakukan seperti ini, Dav! Kau tahu, aku sudah lama menantikan hal ini.”Usai berucap demikian, Daphne berhenti melangkah. Aku sangat mengharap jika selama aku diseret dengan begitu buruk, tidak ada yang melihatku. Baik itu pelayang seperti yang menjemput kami, maupun yang tidak kuketahui. Jika dilihat dari tingka
Baca selengkapnya
Part 52. Dia Lagi
Sebenarnya, ruangan apa ini?Begitu Daphne menutup pintunya, hanya kegelapan yang kulihat. Tak ada setitidak cahaya. Juga, aku sama sekali tak mengetahui seberapa luas ruangan ini. Kalau saja Daphne memberiku kesempatan untuk melihat keseluruhannya, mungkin akan berbeda ceritanya.Mungkin tak ada yang tahu, jika selama ini aku takut akan ruangan tertutup yang gelap. Jika sudah telanjur seperti ini, biasanya tubuhku akan merespon dengan tremor. Dengan keadaan seperti ini, aku seperti menghadapi hal yang sama untuk setiap saat, yakni membenci kelemahanku."Kau bisa memejamkan matamu, Dav."Aku terkesiap. Suara lirih ini berasal dari mana? Aku takut, tremor sudah mulai merayapi tubuhku sedikit demi sedikit, hingga sampai pada gigiku yang gemeretuk. Daphne, kau sangat tega pada kakakmu ini. Kalau saja nanti aku bisa melampauimu, aku pasti akan membalas semua ini.“Kau bisa memejamkan matamu, lalu membayangkan tempat kita bertemu dulu. Kau masih ingat, kan?” Lagi, suara bernada lirih itu m
Baca selengkapnya
53. Sisi yang Tak Diketahui
“Sebenarnya, aku tidak bisa melakukannya sesering mungkin, Dav. Memang benar aku bisa menemui siapa pun, tetapi bukan berarti aku selalu menemui setiap orang. Kekuatanku terbatas, dan keberadaanku akan hilang nantinya,” jelas Paman Davian. Aku hanya berdecak sebal. Tadi saja beliau memamerkan hal yang begitu wah. Ternyata hal itu tak sesempurna yang sudah dikatakan. “Apa Paman ini benar-benar arwah penasararan?” tanyaku. Rasa-rasanya sangat tak tenang jika belum mengetahui yang sebenarnya. Jika benar beliau arwah pesaran, aku tak yakin untuk berani menemuinya di pertemuan berikutnya. Bukankah arwah penasaran itu awal mula dari hantu? “Dari mana pikiran picik itu berasal? Kau tidak terhasut oleh Sean, kan?” Aku menggeleng keras. Bagaimana bisa paman yang ada di kejauhan bisa dituduh? “Aku tahu, sejak dulu Sean memang tak suka padaku.” “Paman Sean tidak begitu, Paman! Beliau sama sekali tak pernah menghasutku apa pun. Anda jangan mengasumsikan hal yang tidak terjadi sama sekali!” tu
Baca selengkapnya
Part 54. Mencoba Hal Baru
“Aku mungkin akan mengatakannya lain kali, Dav. Ketika kau sudah bertemu dengan ayahmu dan dia mengatakannya. Jika belum, aku akan menyimpannya sendiri. Tolong ... jangan marahi aku karena memang begini adanya. Kau akan tahu lebih banyak jika sudah bertemu dengan keluargamu. Untuk saat ini, kau hanya perlu menunggu. Juga, tak peru menuntut terlalu banyak. Itu tak akan baik untukmu. Dan pesanku juga, jangan mendesak Daphne. Dia bisa menjadi sangat berbahaya, kau tahu?”Paman Davian menatapku dengan tatapan tajam. Baiklah, kali ini aku akui jika perkataannya masuk akal. Terkadang, tidak tahu segalanya justru akan menyelamatkan nyawa. Aku hanya tidak ingin terjebak terlalu lama dalam ketidaktahuan. Mungkin ini sudah saatnya aku bersabar dengan semuanya. Siapa tahu, semua ini akan terkuak sedikit demi sedikit.“Lalu, pertemuan kita kali ini untuk apa? Apa Paman tidak merasa sia-sia jika tidak memberitahuku sesuatu, seperti awal kita pertama kali b
Baca selengkapnya
Part 55. Berujung Sial
“Dav! Dav! Kau jangan menakutiku!”Suara Daphne masuk ke indera pendengarku. Dia terdengar begitu panik dan ingin segera kusapa. Ah, betapa lucu anak ini. Biar saja, aku akan memberinya pelajaran karena sudah memperlakukanku dengan buruk. Enak saja! Dia sudah menyeretku dengan tidak manusiawi. Maka dari itu, dia harus merasakan akibatnya. Aku akan membuatnya  kapok.“Daph ...,” ucapku lirih. Tubuh kulemaskan dan tak akan kubuka mata ini, sebelum aku mau.“Dav! Kau akhirnya sadar! Kau tak tahu betapa aku sangat mencemaskanmu.” Dia memekik senang, seperti ekspresi anak kecil yang mendapat mainannya. Ah, hal ini mengingatkanku pada anak kecil yang dulu berada di pack. Wajahnya menggemaskan saat diberi mainan oleh pamanku. Mungkin untuk saat ini, anak itu sudah besar. Atau ....Aku lupa! Bukankah anak kecil itu adalah pria yang mengajakku untuk ke lapangan? Mengapa aku melupakan hal ini? Ternyata, ingat
Baca selengkapnya
Part 56. Kemarahan Daphne
Si sialan Daphne! Ternyata begini cara liciknya untuk mengerjaiku.“Kau tak akan tenggelam karena kolam ini hanya sebatas dagumu, Dav! Jadi, jangan mencoba untuk bertindak bodoh dan mencari simpati kami!”Aku berusaha untuk tenang dan memproses apa yang Daphne ucapkan. Ah, wanita ini begitu menyebalkan. Dengan tubuhku yang mulai menenang, aku berusaha untuk menyimpan napas. Siapa tahu Daphne membohongiku. Kalau dia membohongiku, aku bisa menahan napas beberapa saat.Ah, benar saja! Begitu aku tenang, kakiku menapak tanah yang terasa agak licin. Tak hanya itu, kepalaku juga berada di permukaan air. Jadi aku bisa bernapas lega.“Kau menyebalkan, Daph!” ucapku. Kali ini aku membuka mataku dan mencari keberadaan Daphne. Tak lupa, kukagumi air ini yang berwarna jernih. Dasarnya juga tak kalah menawan, dengan warna biru terang yang membiaskan air dengan sempurna. Di atas kepala, langit terbentang dan matahari sudah berada
Baca selengkapnya
Part 57. Ibu
Daph, kau membuat hidupku semakin rumit. “Sudah kukatakan untuk tidak bersikap berlebihan pada kakakmu, Daph!?” Dengan sisa tenagaku, aku berusaha untuk melihat siapa yang datang. Ternyata, di kejauhan aku melihat sosok wanita berambut pirang panjang. Sekilas, aku bisa melihat kesamaan Daphne dengannya. Mereka sama-sama memiliki rambut pirang panjang yang sedikit bergelombang di ujungnya. Duagh! Sama seperti Daphne. Pergerakannya juga teramat cepat. Kalau saja Daphne membawaku seperti ini, mungkin aku tidak akan menjadikannya masalah. Semakin cepat, maka semakin sedikit yang melihat hal yang memalukan itu. Karena serangan itu. Aku dan Daphne sama-sama terpental. Tak ayal, tubuhku terhempas ke air beserta Daphne juga. Aku salut pada gadis ini, cengkraman tangannya padaku sangat kuat dan sulit dilepaskan. “Ah, Dav! Kau juga terkena, ya? Maafkan aku.” Wanita
Baca selengkapnya
Part 58. Bagaimana Ini?
“Jadi, di mana anak pemalas itu.” Suara Daphe terdengar. Aku ingin menghampirinya dan menyanggah ucapan itu. Hanya saja, aku harus segera mengganti pakaian yang sudah basah ini. Mungkin Daphne sudah menyelesaikan mandi atau berganti pakaiannya. Sebagai werewolf, aku memiliki suhu tubuh lebih tinggi dari manusia. Dengan berada di hawa dingin beberapa waktu, tak berarti aku tak bisa bertahan. Hanya saja untuk tubuhku, berada di suhu rendah cukup lama itu tidak baik. Untuk werewolf normal, mereka tidak akan mati kedinginan saat bertelanjang dada di musim salju. Namun, tidak untukku. Aku memiliki toleransi dingin lebih rendah dari mereka. “Jangan berkata seperti itu pada kakakmu, Daph. Kau baru saja bertemu dengannya, tapi sampai saat ini kau tidak bisa mengontrol mulutmu.” Begitu terdengar suara pembelaan dari ibu, aku merasa lega. Benar tentang apa yang diucapkan Daphne selama ini. Fakta bahwa ibu menyayangiku, kini bar
Baca selengkapnya
Part 59. Sosok yang Kurindu
“Dav, kau baik-baik saja? Apa ucapan Daphne menyakitimu? Jika iya, Mom akan memberinya pelajaran!” Ah, tak boleh! Mom tak boleh menghukum Daphne hanya karena hal itu, atau dia akan semakin membenciku. “Aku tak apa, Mom. Hanya saja aku sedang sakit perut. Aku butuh waktu, Mom,” ucapku. Hanya itu yang bisa kuucapkan agar Mom tidak pergi. Tak mungkin, kan, aku mengatakan hal yang sejujurnya jika aku kalut? Yang ada nanti aku akan semakin ditertawakan. “Kau sakit perut? Kenapa aku tidak mendengar kau di closet? Apa kau kesulitan untuk mengeluarkannya? Butuh obat untuk meredakannya, Dav?” tanya Mom. Aku panik. Alasan yang kubuat menjadi boomerang untukku sendiri. Kalau begini, aku harus bagaimana lagi? Alasan yang lebih banyak pasti membuat Mom semakin curiga. Aduh ... aku semakin pusing saja merasakannya. “Ti ... tidak perlu, Mom. Aku bisa me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status