Semua Bab She is Not My Sugar Mommy: Bab 11 - Bab 20
80 Bab
Bab 11
Sehari sebelum pernikahannya dan Bening, Glass masih berangkat kuliah seperti biasa. Mereka hanya akan menikah di KUA dan tidak akan ada pesta. Pernikahan mereka dinilai bukan kabar gembira karena terjadi karena sebuah kecelakaan, bahkan Glass dan Bening sepakat untuk menutupi pernikahan itu dari orang-orang sekitar mereka, setidaknya selama Bening masih bisa menutupi kehamilannya.   Meski Bening sudah berkata tidak butuh nafkah dari Glass, bahkan malah akan membiayai kuliah pemuda itu sampai lulus, Glass berniat tidak akan membiarkan hal itu. Ia mulai berpikir mencari pekerjaan dan yang paling mudah dilakukannya sambil kuliah adalah menjadi driver ojek online.   “Ngelamun aja!”    Dimas menepuk pundak Glass yang baru saja akan mendaftarkan diri ke sebuah perusahaan penyedia jasa ojek online. Glass pun langsung mengunci layar ponsel dan memasukkan benda pipih itu ke dalam tasnya.  
Baca selengkapnya
Bab 12
  Pagi itu setelah sarapan Bening berpamitan untuk pindah ke penthouse-nya bersama Glass. Rea dan Arkan yang mengantar sang putri sampai halaman rumah pun tidak begitu cemas karena mereka masih satu kota. Pasangan suami istri itu saling memeluk pinggang satu sama lain, Rea merasa tenang setelah Arkan bercerita. Semalam pria itu berbicara empat mata dengan sang menantu, menanyakan apa yang akan dilakukan Glass setelah menjadi suami Bening. Menurut Arkan jawaban pemuda itu cukup dewasa, Glass tidak menjanjikan sesuatu yang muluk-muluk, dia hanya berjanji tidak akan pernah membuat Bening menangis dan akan selalu menjaganya.   Setelah berpamitan, Glass dan Bening menuju mobil. Glass nampak kikuk, dia bingung karena seharusnya sebagai pria dia yang mengemudikan mobil tapi dia tidak bisa. Pemuda itu menggaruk tengkuk dan tertawa saat Bening bertanya apakah dia bisa menyetir.   “Tidak apa-apa, kamu bisa kursus mengemudi nanti,” uca
Baca selengkapnya
Bab 13
Bening jatuh cinta. Ya, dia jatuh cinta ke berondong yang diperalatnya. Sikap gadis itu berubah manis kepada Glass yang dinilainya begitu sangat dewasa. Tak hanya membelikan pemuda itu kendaraan untuk dipakai ke kampus. Bening membelikan laptop bahkan setumpuk baju baru untuk suaminya, meski tidak di hari raya.    Sore itu Glass yang baru saja pulang kuliah hanya bisa mematung mendapati tumpukan pakaian baru di atas ranjang tempat tidur. Mulai dari jeans, kaos hingga jaket. Bening yang baru saja selesai mandi pun mendekat ke arah sang suami, berkata bahwa Glass tidak perlu bolak-balik ke rumah ibunya untuk mengambil baju lagi.     “Apa ini tidak berlebihan?” Glass merasa tak enak hati, baru kemarin lusa dia dibelikan motor, lalu laptop sekarang baju yang sudah pasti diyakininya bermerek, karena Glass tahu selera Bening sangat tinggi.   “Berlebihan apa?” tanya Bening yang malah heran, bukanny
Baca selengkapnya
Bab 14
Semenjak malam itu, Glass seperti menghindari Bening. Tak ada lagi usapan di perut seperti yang biasa dia lakukan sebelum tidur. Hingga hari turnamen basket Glass tiba. Pemuda itu sudah bersiap sejak pagi, dia bangun dan meregangkan tubuh di teras yang menghadap langsung ke gedung-gedung di sekeliling apartemen Bening.    Bening yang baru bangun tidur pun hanya bisa melihat punggung suaminya. Ia yang berniat mengambil air minum terpaku beberapa detik untuk melihat pemandangan yang menurutnya begitu menyejukkan mata.   “Apa dia anak Bu Fitria? Kenapa bisa posturnya seperti blasteran? Apa mungkin suami Bu Fitria warga negara asing?” gumam Bening, dia masih memerhatikan Glass sampai pemuda itu menoleh. Bening pun berpaling lalu berjalan sambil menggaruk pantat, berpura-pura bahwa dia tidak melihat ke arah Glass berdiri.   Setelah selesai melakukan olahraga ringan, Glass masuk ke kamar. Ia tidak peduli denga
Baca selengkapnya
Bab 15
  “Apa yang harus aku lakukan? Jika dia menciumku jelas aku tidak akan menolaknya, tapi jika dia …. “   Bening masih berdiri di posisinya, dia kaget saat Glass membuka pintu kamar mandi dan menyembulkan kepala, rambutnya yang basah membuat pemuda itu terlihat semakin keren. Bening lagi-lagi hanya bisa menahan napas, gadis itu terbeku menatap sang suami yang tersenyum kepadanya.   “Aku lupa handuk,” ucap Glass. “Maaf! tapi apa bisa kamu mengambilkan handuk untukku!”    Bening menganggukkan kepala, dia buru-buru menuju ruang ganti dan mengambilkan apa yang suaminya minta.    “Nah! Ini.” Bening memberikan handuk itu tanpa menatap Glass.   Seolah tahu bahwa sang istri sedang malu, Glass malah dengan sengaja mencekal pergelangan tangan Bening, gadis itu menoleh dengan mata membeliak lebar karena merasakan sentuhan sang suami.  &n
Baca selengkapnya
Bab 16
“Rindu? Siapa Rindu?”    “Dia … “   Bening memilih bangkit dari duduknya untuk membuka pintu kamar, dia melihat seorang gadis membawa bungkusan sedang berhadap-hadapan dengan mertuanya di ruang tamu. Gadis yang diyakininya bernama Rindu itu menatapnya kaget karena keluar dari dalam kamar Glass, disusul oleh pemuda itu.   “Hai … Mas Nanda,” sapa Rindu ke Glass kemudian mengalihkan pandangan matanya ke Bening. Gadis itu bahkan menyisir penampilan Bening dari ujung rambut sampai ujung kaki. “Aku mau ngembaliin bukunya Mas,” imbuh gadis itu sambil menyerahkan buku di tangannya.   “Ini buat Bu Fitria.” Rindu memberikan sebuah kantong kresek yang kemungkinan berisi makanan.   Fitria pun mengucapkan terima kasih, wanita itu dan putranya sama-sama menawari Rindu untuk duduk, tapi gadis itu terlihat sungkan dan menolak.    “Tidak apa-apa, ini Bening. Pacarny
Baca selengkapnya
Bab 17
“Dia suamiku, kakek mau apa?”   Farhan melirik dua pengawalnya yang terus menunduk hingga membuat gerakan dengan mata untuk meminta mereka pergi. Dua orang itu mengangguk dan langsung keluar menutup pintu, keduanya tidak bisa menahan Bening karena gadis itu mengancam akan membuat mereka dipecat jika sampai berani menghalangi.   “Be!” panggil Glass. Ia takut Bening berselisih paham dengan Farhan.   “Bukankah kakek sudah bilang, kamu tidak boleh menikah dengan pria sembarangan. Bahkan Cucu pertama keluarga Prawira saja kakek tidak menyukainya,” ucap Farhan. Pria itu berbicara sesuka hati tanpa memerdulikan perasaan Glass yang mungkin saja dibuatnya terluka.   “Lalu menurut kakek aku harus menikahi siapa? pangeran? Siapa pria yang kakek pikir pantas untukku?” tanya Bening dengan wajah yang terlihat sangat marah. “Aku tidak akan menuruti kakek karena kakek juga tidak jauh lebih baik dari orang yang kakek
Baca selengkapnya
Bab 18
Siang itu, Bening menatap Roy yang datang menemuinya. Meski sebenarnya dia kaget mendapati kakak Glass itu berani menemuinya di kantor, tapi Bening juga tidak bisa menolak karena masih mengutamakan kesopanan, dia sadar Roy adalah kakak iparnya. Namun, Bening yang merasa sudah memberi uang untuk biaya pernikahan pria itu menjadi bingung, dia mencoba menerka apa tujuan Roy ingin bertemu.    “Sampai kapan kamu akan merahasiakan pernikahanmu dan Glass?”   Bening terkejut karena Roy berbicara tak formal padanya, tapi dia berpikiran positif mungkin karena saat ini Roy menganggapnya ipar bukan atasan.   “Sampai waktu yang aku sendiri tidak tahu,” jawab Bening santai, meski bersikap wajar dia terus saja membaca wajah Roy. Menurutnya gelagat kakak suaminya ini sangat aneh. “Kenapa? apa ada masalah?” tanyanya kemudian.   “Ya, ada sedikit masalah. Orang-orang mulai curiga dan bertanya padaku tentang pernik
Baca selengkapnya
Bab 19 dan Bab 20
  Glass berlari keluar gedung setelah kuliahnya sore itu selesai, dia kaget saat membuka pesan di ponselnya karena Bening berkata sudah berada di dekat parkiran.   Dengan membawa sebuah helm, Bening nampak duduk di pembatas parkiran yang berbentuk seperti teras sambil mengayunkan kaki. Glass yang berlari terengah-engah pun berhenti. Dari jarak lebih dari dua puluh meter dia melihat Bening sedang memeluk helm dan mendongak. Guguran kelopak bunga tabebuya di dekat tempat Bening duduk membuat gadis itu terlihat semakin cantik, terlebih Bening tertawa seperti anak kecil mencoba menangkap kelopak bunga yang berjatuhan di dekatnya.   Glass membetulkan letak tas di pundaknya dan berjalan mendekat. Bibirnya tersenyum bahagia. Ya, dia jatuh cinta. Hatinya sudah diisi oleh sosok Bening yang kini menoleh dan melambaikan tangan kepadanya.   Seperti melupakan tentang gosip yang menimpanya, Glass mendekati Bening. Pemuda
Baca selengkapnya
Bab 21
Glass tak menjawab, hingga Bening mengulangi pertanyaannya. Gadis itu baru sadar saat melihat sorot mata Glass lalu merasa tidak baik menanyakan ini di hadapan orang banyak. Bening pun menoleh ke teman-temannya, dia menggertak sebelum menggandeng tangan Glass pergi dari sana. “Kalau sampai ini tersebar di antara teman-teman yang lain, aku pastikan kalian akan mendapat pelajaran dariku," ancam Bening.  Sepanjang perjalanan pulang, Bening hanya diam. Ia jelas kesal, sampai tak mau berbicara sepatah kata pun ke suaminya. Gadis itu bahkan langsung masuk ke kamar sesampainya di penthouse. Glass hanya bisa memandangi sang istri yang keluar dari kamar ganti, masuk kamar mandi lalu duduk di depan meja rias untuk menghapus riasan. Pemuda itu memilih untuk melapas jasnya dan berganti dengan kaos oblong yang nyaman. Menatap punggung Bening yang sibuk mengusapkan kapas ke wajah. Glass bingung ha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status