Semua Bab She is Not My Sugar Mommy: Bab 31 - Bab 40
80 Bab
Bab 32
"Apa yang harus aku lakukan?" “Buat Bening meninggalkan Glass atau sebaliknya, Glass yang meninggalkan Bening.” Aline menyeringai, Romi yang mendengarnya hanya mengedipkan mata seolah sudah tahu apa yang direncanakan oleh atasan sekaligus kekasihnya itu, sedangkan Roy tersenyum dengan sudut bibir dan menganggukkan kepala. Ia berkata akan melakukan permintaan Aline itu secepatnya. 🥛🥛🥛 “Apa kamu benar tidak ingin pergi ke pesta yang diadakan temanmu itu?”  Bening menggeleng, meski dia ingin mendapat hiburan karena penat bekerja seharian, tapi untuk datang ke pesta itu dia merasa sedikit sungkan. Bening merasa tidak akan menyenangkan berpesta karena tidak membawa pasangan. Sedangkan untuk mengajak Glass dia merasa sedikit sungkan, bukannya malu hanya takut jika suaminya itu malah dijadikan bulan-bulanan teman-temannya. 
Baca selengkapnya
Bab 33
“Tidak mungkin ini Bening,” tolak Fitria saat Roy menunjukkan foto Bening yang tengah memeluk teman prianya dan Andrew. “Bening itu gadis baik-baik,” pujinya.   “Gadis baik-baik dari mana Bu?dia saja berbohong soal kehamilannya. Ibu seharusnya paham kalau gadis baik pasti jujur di setiap ucapannya,” ujar Roy. Ia harus berhasil membuat Fitria membenci Bening agar mendapatkan bayaran yang besar dari Aline.   “Kamu dapat foto itu dari mana?” tanya Fitria sedikit curiga.   Roy pun gelagapan, tapi otak liciknya segera mendapat jawaban atas pertanyaan Fitria yang tidak dia antisipasi itu.    “Dari temanku Bu,” jawab Roy sekenanya. “Apa Ibu tahu? kita itu dimanfaatkan Bu, kita itu dianggap orang bodoh sampai bisa dia kibuli.” Terus melancarkan aksi, Roy mulai melihat kening ibunya mengerut bertanda bahwa wanita yang melahirkannya itu mulai berpikir.  
Baca selengkapnya
Bab 34
“Ibu masuk rumah sakit,” jawab Glass, wajahnya nampak bingung seolah ragu harus memilih bergegas pergi atau tetap tinggal untuk ikut makan malam bersama Bening, Rea dan Arkan. Bening yang cemas dengan kondisi Fitria pun menoleh orangtuanya yang sama terkejutnya. Rea bahkan mendekat dan memeluk lengan Bening.  “Aku ikut ke rumah sakit,” ucap Bening dan membuat Glass kaget.  Glass tak menyangka Bening akan lebih memikirkan soal Fitria dari pada makan malam bersama orangtuanya, terlebih di hari ulang tahunnya, jelas makan malam itu spesial.  “Be!” lirih Glass yang sedikit tak percaya dengan keputusan sang istri. “Kami juga akan ikut ke rumah sakit,” potong Rea sebelum putrinya menjawab. Glass pun merasa terharu, sampai Arkan mendekat dan menepuk pundak pemuda itu menenangkan, 
Baca selengkapnya
Bab 35
“Kenapa ibu bisa bilang begitu? Jangan terbujuk omongan kak Roy, Bu. Ibu tahu ‘kan sifatnya seperti apa?” ucap Glass. Pemuda itu menyesal karena kemarin sudah bertengkar dengan Bening tanpa memikirkan kebenarannya dulu. Begitulah jadinya jika orang sedang dalam kondisi emosi yang tidak stabil dipengaruhi. Glass yang saat itu mencemaskan kondisi Fitria harus mendapat bisikan dari Roy yang menjelek-jelekkan Bening. “Glass lebih baik kamu pisah saja, kamu bisa kembali ke keluarga Wijaya dan mendapatkan masa depan yang lebih cerah.” “Ibu!” Glass terperanga, dia tidak percaya Fitria dengan mudah memintanya berpisah dengan Bening yang benar-benar dia cintai setulus hati.  “Aku sampai kapan pun tidak akan berpisah dengannya! aku mencintainya.”  “Hah … apa kamu yakin dia menc
Baca selengkapnya
Bab 36
Bening perlahan bangkit dari atas ranjang. Ia tidak ingin mengganggu waktu istirahat Glass karena sepertinya pemuda itu begadang semalaman menjaga Fitria. Gadis itu memijat pundak kanannya dengan tangan kiri sambil berjalan keluar. Ia memilih berdiri di teras dan mencoba menghubungi Rea untuk menanyakan apa maksud pesan yang dikirimkan oleh wanita yang melahirkannya itu, karena tak biasanya Rea mengatai orang jika orang itu tidak bersikap keterlaluan. Bening menyugar rambut, membiarkannya tergerai tertiup angin. Dengan ponsel yang sudah menempel di telinga, Bening harap-harap cemas menunggu panggilannya dijawab oleh sang mama. Ia ingin menanyakan apa yang terjadi sampai ibunda tercintanya marah.  “Be!” Suara Rea begitu lantang hingga membuat Bening tersentak kaget. Ia menjauhkan ponsel dan mengerutkan kening. Wajah cantiknya berubah gelisah karena nada suara sang ibunda terdengar tak seperti biasa. Namun
Baca selengkapnya
Bab 37
“Be!”“Sayang!” Arkan ikut terkejut dengan ucapan sang putri. “Jangan gegabah mengambil keputusan!” larangnya ke Bening yang wajahnya nampak benar-benar sudah putus harapan.“Apa Papa tidak tahu? memang ini yang diinginkan mereka. Membuat Bu Fitria membenciku, membuat Mama membenci Glass, dan bahkan sekarang berusaha menjebak Glass dengan foto tak senonoh seperti itu agar aku membenci suamiku sendiri.”Bening menoleh Glass yang sempat syok dengan ucapannya tadi. Wajahnya benar-benar begitu sedih, pundak Bening bahkan bergetar dan air matanya pun tumpah.“Aku sepertinya tahu apa yang dirasakan Embun dulu,” ucap Bening disela isak tangis. Mendapat tekanan dari orang-orang di saat yang bersamaan tentu sangat menyakitkan, terlebih sebagai wanita dia juga cemburu melihat foto suaminya dipeluk mesra tanpa busana oleh gadis lain.“Be!”
Baca selengkapnya
Bab 38
Romi yang ikut masuk ke dalam kaget, dia buru-buru memalingkan badan saat bodyguard Aline ternyata hanya mengikuti sampai kemana Bening masuk. Bodyguard itu buru-buru keluar sambil meletakkan ponsel di telinga kanan. Romi curiga pria itu menghubungi Aline. Ia memutar tumit menoleh ke arah Bening yang duduk menunggu giliran masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Keningnya berkerut memikirkan apa yang mungkin saja terjadi.“Mungkinkah dia hamil?” gumam Romi di dalam hati. “Apa Aline selama ini tidak seratus persen percaya padaku?” lanjutnya kemudian tertawa ironi.🥛🥛🥛Sementara itu Glass benar-benar pergi ke kampus, tujuannya hanya satu. Mendatangi Elisa dan Dimas untuk melabrak dua orang itu. Glass melihat Dimas yang duduk bersama teman-temannya dan langsung menyiramkan segelas es teh ke muka teman laknatnya itu. Sontak saja semua yang ada di sana kaget. Dimas bahkan murka dan ingin melayangkan puku
Baca selengkapnya
Bab 39
Glass pikir mendekam tiga hari dua malam di dalam penjara adalah kejadian terburuk yang pernah terjadi dalam hidupnya. Namun, ternyata Glass salah karena siang itu seorang pria yang berprofesi sebagai pengacara datang menyampaikan kabar yang membuatnya tak bisa berkata-kata.“Saya datang mewakili klien saya yang bernama Banyu Bening Pradipta untuk menyampaikan gugatan cerainya terhadap Anda.”“Apa? cerai?” Glass tersenyum getir, dia pandangi sebuah amplop yang disodorkan pria itu.“Tolong Anda pikirkan baik-baik, klien saya tidak menuntut apapun karena beliau tahu tidak ada yang bisa dituntut dari Anda,” ucapan pengacara itu sangat pedas. Ia berdiri meninggalkan Glass yang masih termangu menunggu pembebasannya.Romi yang memang diminta Aline untuk mengurus masalah Glass tepat akan masuk ke dalam ruangan itu saat pengacara Bening keluar. Pria itu langsung menggeser kursi dan duduk di depan G
Baca selengkapnya
Bab 40
Rea melongo, dia masih tidak bisa menerima penjelasan Bening. Bahkan tidak percaya bahwa nyawa putri dan calon cucunya pernah terancam. Wanita itu membelai pipi Bening, mencoba melihat kenapa sang putri bisa setagar ini menghadapi masalah.“Be, apa kamu benar baik-baik saja? kamu tahu ‘kan perceraianmu dengan Glass tidak sah di mata agama jika seperti ini?” tanya Rea yang netranya merambang.“Please! Mama jangan nangis! Aku sudah mencoba untuk tidak menangis sejak beberapa minggu yang lalu, aku tidak ingin membuat bayiku sedih dan mempengaruhi perkembangannya.” Bening kini balas membelai pipi Rea, mengusap air mata mamanya itu dan tersenyum. “Ma, aku baik-baik saja! aku cukup siap menjadi single parent. Lagi pula aku juga sudah memutuskan tetap akan memberitahu anak ini nanti siapa ayahnya, jadi Mama tidak perlu cemas. Yang terpenting Mama bisa terus mendukungku, Mama bisa ‘kan?”Rea termenung, p
Baca selengkapnya
Bab 41
“Melahirkan segera? Apa maksud dokter?Bening kebingungan, terlebih melihat ekspresi muka sang dokter yang nampak sedih dan kecewa. Dokter bernama Andit itu menempelkan kembali alat yang baru saja dia letakkan untuk memastikan kembali.“Detak jantung bayi Anda memang sudah tidak ada”“A-a-apa? tidak ada? Apa maksudnya? Mana mungkin Dok? Dua minggu yang lalu bukankah Dokter bilang semuanya sehat?” Bening sudah meneteskan air mata, dia melihat layar monitor di mana hanya gambar hitam putih yang nampak di sana.Perawat yang membantu dokter itu pun sampai mendekat dan menenangkan Bening. Meski bibirnya terus menolak, air mata sudah menganak sungai mengalir di pipi.“Dokter, a-apa maksud dokter ba-ba-bayiku meninggal?” tanyanya terbata sambil menangis terisak. Bening masih duduk di atas ranjang pemeriksaan.Sang dokter dan perawat pun ikut meneteskan air mata melihat Bening seperti itu. Sejak p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status