All Chapters of Second Love: Chapter 31 - Chapter 40
98 Chapters
Part 30
         Clara baru saja bangun dari tidurnya. Ia merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal. Ia melihat Devan yang masih terlelap. Sepertinya tidur anak itu begitu lelap, sampai-sampai ia tidak menyadari pergerakannya sedikitpun. Bahkan, posisi anak itu masih sama seperti sebelumnya.          Clara bangkit. Ia, tidak nyaman dengan rasa lengket do tubuhnya. Ia ingin segera membersihkan tubuhnya. Ia harus mencari seseorang. Ya, siapa lagi kalau Nathaniel? Orang itu yang telah membawanya ke tempat ini. Jadi, ia harus bertanggung jawab atas semuanya.        Clara memfokuskan pandangannya pada seseorang. Sepertinya itu Nathan. Benar, dugaan Clara tidak salah. Ia adalah Nathan. Ia sedang memfokuskan pandangannya pada sebuah laptop di depannya. "Pak Nathan?" Panggil Clara ragu.         Nathan sedikit terlonjak. Hampir s
Read more
Part 31
        Clara keluar dari kamar mandi dengan sebuah mantel yang entah milik siapa. Ia melihat sebuah totebag yang entah apa isinya. Dengan segera ia membukanya. Ternyata berisi beberapa pakaian perempuan. Ia yakin, ini yang dibelikan Nathan untuknya. Dengan segera, Clara mengganti pakaiannya.           Clara menatap pantulannya di cermin. Sepertinya, Nathan memiliki selera yang sama dengannya. Pasalnya, pakaian yang ia kenanan begitu pas dan sesuai dengan seleranya. Ia harus mengucapkan terimakasih kepada Nathan segera.         Belum sempat menghampiri Nathan, tiba-tiba saja ponsel Clara berbunyi. Dengan segera, ia mengambil dan mengangkatnya. Barangkali penting. "Halo." Ucap Clara. "Clara, kamu tidak pulang?" Tanya orang diseberang sana, Audrey. "Tidak, Kak. Bukankah Pak Nathan sudah memberitahu kalian?"
Read more
Part 32
           Dimas baru saja melakukan kegiatannya pada hari libur. Ia terlihat begitu bugar sehabis olahraga. Walaupun wajahnya sudah menegeriut, namun jiwa mudanya masih sama dengan dulu. Ia mengusap wajahnya dengan handuk kecil yang disampirkan pada bahunya.          Saat memasuki rumah, ia bisa melihat Nathan dan Clara sedang membicarakan sesuatu yang serius. Dimas jadi penasaran, apa yang sedang mereka bicarakan? Oh, apakah soal cinta? Dimas jadi senyum-senyum sendiri memikirkannya. Dengan segera, Dimas menghampiri mereka berdua. "Kalian membicarakan apa sih? Kelihatan serius sekali. Ayah jadi ingin ikut bergabung." Ucap Dimas sembari mendudukkan dirinya sendiri dekat Nathan dan Clara. "Tidak membicarakan apa-apa. Kami hanya membicarakan apa yang seharusnya Ayah tidak ketahui." Jawab Nathan. "Apakah tentang cinta?" Tanya Devan lagi.&nb
Read more
Part 33
        Devan baru saja bangun dari tidurnya. Ia meraba-raba tempat tidurnya yang kosong. Pasti Clara telah bangun terlebih dahulu. Oa mengusap matanya berberapa kali. Berusaha menetralkan pandangannya yang masih sedikit rabun. Setelah itu, Devan merenggangkan tubuhnya yang masih terasa pegal.          Devan segera bangkit dari tempat tidurnya. Tidak lupa, ia merapikan kamarnya terlebih dahulu. Biasanya, ia tidak pernah merapikannya. Namun, karena ada Clara, Devan harus terlihat seperti anak rajin dan disiplin. Ia mau membuat Clara bangga terhadapnya.        Devan mengelus perutnya yang mulai lapar. Suara kemeruyuk terdengar jelas dari perut kecilnya. Ia lapar. Ia membutuhkan sesuatu yang bisa membuat cacing-cacing di perutnya berhenti berteriak. Sepertinya meminta makanan pada Clara merupakan ide bagus. Ia begitu rindu masakan mama.      &nb
Read more
Part 34
           Hari menjelang sore. Suara gaduh terdengar dari lantai atas. Disana Clara sedang tergesa-gesa menyiapkan diri. Pasalnya, ia harus segera menyusul Audrey dan Alvin. Sedangkan dia baru saja bangun dari tidur siangnya. Jadi seperti inilah akhirnya. Clara memarahi siapapun yang ada di depannya. Bahkan ia tidak segan untuk memarahi Dimas. Clara fikir, ini salah mereka. Karena mereka tidak membangunkan Clara lebih awal. Padahal salah Clara sendiri, yang tidur melebihi beruang. Lelap sekali.          Nathan dan Dimas hanya terkekeh melihat Clara. Mereka melihat Clara yang terus berjalan kesana kemari entah melakukan apa. Padahal, ia bisa melakukannya dengan tenang. Tidak terburu-buru. Mereka masih memiliki waktu satu jam untuk menuju bandara. Sedangkan bandara tidak terlalu jauh dari rumah Nathan. "Clara, bisakah kamu sedikit tenang? Kita masih memiliki banyak waktu? Saya takut jika
Read more
Part 35
        Clara masih kacau. Setelah menangis tadi, ia juga harus menanggung malu karena memeluk Nathan dengan tiba-tiba. Sekarang, Clara hanya bisa menundukkan kepalanya sembari menutup mulutnya. Ia harus menanggung malu sekaligus sedih dalam waktu bersamaan. Ia tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya.           Ia terus terdiam sampai tak terasa ia sudah kembali ke rumah Nathan. Bukan ke apartemen tempat ia dan kedua kakaknya tinggal.  "Lho, kok ke rumah Pak Nathan?" Tanya Clara. "Saya tidak mungkin meninggalkan kamu disana sendirian. Saya khawatir jika terjadi sesuatu terhadapmu." Jawab Nathan. "Tidak apa-apa,Pak. Saya bisa mengatasi emosinya sendiri." "Melihat kondisi kamu yang seperti tadi, saya tidak yakin jika kamu bisa mengatasinya sendiri. Untuk sementara waktu, kamu tinggal disini terlebih dahulu. Jika kondisimu sudah
Read more
Part 36
       Clara menghembuskan nafasnya pelan. Ia tidak menyangka jika ia kembali sendiri. Walaupun nasibnya tidak setragis dulu, namun tetap saja Clara masih belum menerimanya. Clara jadi befikir, apakah sebelumnya Clara pernah melalukan kesalahan yang begitu fatal? Sampai Tuhan menghukumnya seperti ini?          Ia menatap langit dari balkon kamarnya. Ah, lebih tepatnya kamar tamu Nathan. Ia diberikan kamar oleh Nathan untuk beberapa hari kedepan. Ia sangat bersyukur setidaknya masih ada orang yang memperdulikannya. Ia tidak perlu hidup kembali di jalanan. Beruntung, Alvin menitipkannya pada Nathan. Pria baik hati yang mengerti dirinya. Padahal mereka salinh mengenal kurang dari satu bulan.          Clara melihat dua bintang yang bersinar begitu terang. Lagi-lagi kedua orang tuanya menemaninya saat ia sedang berfikir. Seandainya mereka masih ada, mungkin hidup Clara tidak ak
Read more
Part 37
       Clara terbangun dari tidurnya. Ini baru pukul sepuluh malam. Ia merasakan tenggorokannya yang terasa kering. Ia harus segera membasahi tenggorokannya. Dengan segera, ia bangkit dari tempat tidurnya yang terasa nyaman. Ia melirik Devan yang masih terlelap dari tidurnya. Sepertinya anak itu tidur sangat nyenyak.        Clara menguap lebar. Ia berusaha menahan kantuknya. Ia menelusuri tangga dengan begitu pelan. Sesekali ia menggelengkan kepalanya ribut guna menetralisir rasa kantuknya.         Clara bisa bernafas lega saat menyadari sebuah kulkas sudah berada di depan matanya. Ia segera mengambil sebuah botol mineral kemudian menengguk isinya dengan brutal. Akhirnya, tenggorokan yang awalnya kering kini telah basah.       Clara harus kembali ke tempat tidurnya. Ia ingin segera melanjutkan mimpinya yang telah terputus akibat rasa haus. Namun,
Read more
Part 38
        Clara merebahkan tubuhnya sendiri di ranjang empuknya. Ia mengingat-ingat apa saja yang keluar dari mulut Nathan. Ia seperti memiliki sosok kakak yang bijaksana dan pekerja keras. Namun, dibanding terlihat sebagai seorang kakak, Nathan lebih terlihat sebagai sosok pendamping yang selalu mengerti akan pasangannya.          Clara menatap Devan yang masih tertidur lelap. Ia ingat saat Devan menceritakan semuanya. Tentang Devan yang sudah mengetahui tentang kepergian ibunya sampai Nathan yang terus menerus membohongi Devan akan fakta yang sebenarnya. Clara berfikir, ternyata Nathan memiliki masalah yang bisa dibilang cukup rumit.         Entahlah. Clara tidak mau pusing-pusing memikirkannya. Memikirkan hidupnya saja telah membuat kepalanya pening, apalagi ditambah memikirkan orang lain. Clara yakin, pasti kepalanya akan pening tujuh keliling. Clara jadi ingat tentang Alvin
Read more
Part 39
          Nathan baru saja terbangun dari lelapnya. Ia melirik jam di nakas tempat tidurnya. Pukul enam pagi. Sepertinya ia harus cepat. Ia terlambat bangun kali ini. Mungkin karena tidur terlalu malam. Nathan harus membersihkan diri, ia belum menyiapkan semua keperluan Devan. Sesibuk apapun, Nathan selalu menyiapkan segala keperluan Devan. Walaupun ada Bi Inah, Nathan ingin selalu menjadi yang pertama untuk Nathan.         Ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Tidak lupa, ia membawa handuk kesayangannya. Bersiap untuk mandi.           Nathan bergedik sejenak saat air dingin mengaliri tubuhnya. Ia menyesal karena lupa menyalakan air hangat pada showernya. Cuaca pagi ini begitu dingin. Walaupun malam tadi begitu cerah, namun pagi ini sepertinya akan berbalikan. Nathan belum melihat matahari muncul dari permukaannya. Matahari itu terlihat malu-malu untuk muncul ke per
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status