All Chapters of Detektif Janeta : Memburu Pembunuh Madu Tua: Chapter 51 - Chapter 60
90 Chapters
Bab 51. Rahasia Tuan Morat
Menjelang siang di ruang kerja Tuan Morat.“Aku tidak menyangka hidupmu akan berakhir dengan setragis ini, sayang. Ooh, dulunya aku berharap, kamu akan lebih bahagia hidup tanpa aku. Hidupmu akan lebih sempurna dan mendapatkan cinta yang seutuhnya. Tapiii....Tubuh Tuan Morat sedikit membungkuk ke depan. Ia tumpukan sikunya di atas meja dan tangannya itu menopang wajahnya yang menoleh agak ke samping kiri. Sementara itu sebelah tangannya lagi tetap memegang selembar foto. Nanar matanya menatap seraut wajah disana.Tuan Morat yang biasa terlihat berwibawa dan cool, tapi di dalam kesendiriannya ternyata ia juga manusia biasa yang tidak luput dari duka.Dua rongga mata Tuan Morat membasah. Netranya mengaca lalu membentuk anak sungai kecil yang kini mulai menuruni wajah tuanya.“Percayalah sayang... aku pasti akan menuntut orang yang menyakitimu dengan seberat-beratnya. Agar kamu tenang di alam sana dan menungguku agar kita kembali bersama.” Wa
Read more
Bab 52. Negosiasi Yang Sia-Sia.
Tuan Fidel sudah menunggu dari tadi, Bu!” Disti melapor ketika Janeta baru saja memasuki kantornya. Gadis itu baru saja diterima sebagai karyawati yang bertugas menerima tamu perusahaan.“Oh ya. Dimana dia?” tanya Janeta tanpa memperlambat jalannya yang memang terbiasa cepat. Disti agak setengah berlari mengikuti langkah wanita bertubuh tinggi itu. Suara tumit sepatu Disti berirama teratur menaiki anak tangga.“Di ruang tunggu, Bu!” jawab Disti berusaha membarengi langkah Janeta.“Hm..” gumam Janeta singkat saja. Ia sudah berada di lantai atas dan siap masuk ke ruangannya. Disti berhenti  di depan pintu agak takut melihat sikap dingin bos-nya itu. Ia nampak bingung apakah harus mempersilahkan Tuan Fidel masuk ke ruang Janeta atau tidak. Sebagai karyawati baru, Disti belum memahami sifat atasannya.“Si Bos gayanya santai tapi orangnya cuek banget.” Disti membathin dalam hati. Ia menggigit ujung kukunya sem
Read more
Bab 53. Penyelidikan Ulang Polisi.
“Desas-desus itu sudah berkembang sangat santer, Ndan!” seorang polisi berpangkat Briptu melapor kepada seniornya yang berpangkat lebih tinggi.“Hm..!” Sang senior bergumam sambil berbarengan langkah dengan yuniornya itu.“Siapkan tim untuk melakukan penyelidikan ulang! Kesimpulan korban bunuh diri baru kesimpulan awal yang berdasarkan hasil otopsi Dokter dimana tidak ditemukannya tindak kekerasan ditubuh korban.”“Siap Ndan!”“Dan jika memang ada temuan baru yang mengacu pada kejanggalan kasus ini, maka kita harus meresponnya sesegera mungkin!” “Siap Ndan!” Setelah menerima beberapa arahan lalu anggota polisi yang lebih yunior memberi hormat kepada seniornya itu. Lalu ia bersama beberapa orang anggota lainnya mulai merangkak untuk mencari informasi seputar kematian Pak Warno yang terjadi di daerah hukum tempat mereka bertugas.“Ada apa kok banyak polisi datan
Read more
Bab 54. Ditangkap Polisi
“Selamat! Katanya kalian akan menikah.” ucap Janeta dibarengi senyumnya.“Terima kasih, Kak!” sahut Darna juga tersenyum.Mereka berdua lalu saling melepaskan jabatan tangan.“Aku turut senang karena Ratih telah menemukan jodohnya. Apalagi orang sekampung sendiri, tentu kalian sudah mengenal satu sama lainnya.” ucap Janeta.Darna kemudian duduk disini kanan Ratih. Kini Ratih berada di antara Janeta dan Darna.“Makasih Kak. Ratih juga doain agar Kak Janeta juga berjodoh dengan Kang Cecep. Orangnya sama baiknya.” sahut Ratih.Ucapan Ratih membuat Darna sedikit tercengang. Tapi itu hanya beberapa saat, lalu kemudian dia senyum-senyum sendiri. Sedangkan Janeta hanya tersenyum simpul. Malu juga diledekin oleh Ratih.“Kang Darna kok senyum-senyum sih?”“Enggak Ratih, Kang Darna cuma ingat beberapa hari yang lalu saat Kang Darna datang minta persetujuan pada Kang Cecep. Kang Cecep teng
Read more
Bab 55. Interogasi
Sesampai di kantor polisi, Janeta langsung diamankan ke dalam sel tahanan. Hanya dirinya sendiri saja di sana. Itu menunjukkan bahwa tingkat kejahatan di wilayah itu sangatlah rendah. Warga kampung sana sangat takut melanggar hukum. Dan kematian Pak Warno yang terdengar ganjil adalah kasus yang belum pernah terjadi di desa itu. Oleh karena itu lah mungkin yang menyebabkan banyak pihak sedikit lalai dan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa kematian Pak Warno hanya kecelakaan saja atau paling tinggi bunuh diri. Karena memang tidak ada bukti kekerasan yang ditemukan di tubuh korban selain edema paru-paru yang disebabkan oleh banyaknya cairan yang memenuhi organ vital pernafasan tersebut. Kondisi itu mengakibatkan epiglotis menutup saluran pernafasan dan menyebabkan kematian. Hanya itulah yang disimpulkan sebagai penyebab kematian Pak Warno.Treeeng ..Pintu tahanan dibuka setelah sekitar dua jam lebih Janeta berada di sana. Dua orang petugas  menggiring Janeta menuju
Read more
Bab 56. Interogasi 2
“Darnaa...?” terlompat gumaman dari mulut Janeta begitu melihat seorang pemuda dibawa masuk ke dalam ruangan itu.Polisi yang membawa Darna masuk melempar senyum sinis kepada Janeta. Darna dipersilahkan menduduki sebuah kursi yang posisinya berhadapan dengan Janeta. Pemuda itu terlihat salah tingkah dan menundukkan kepalanya.“Anda mengenal dia?” tanya polisi menatap Janeta lalu menunjuk ke arah Darna.Janeta sedikit tersenyum dan mengganti tolehannya kepada polisi.“Kami berkenalan tadi sore, beberapa menit sebelum saya dibawa kemari.” sahut Janeta tegas.Kini polisi itu berpaling kepada Darna.“Di mana Anda pertama kali melihat wanita ini?” tanyanya kepada Darna dan menunjuk Janeta.Darna terlihat gugup dan menatap Janeta lalu membuang pandangan ke arah lain.“Di rumah Pak Warno!” sahutnya kemudian cukup tegas.“Apa yang ia lakukan di sana?” kejar polisi
Read more
Bab 57. Diracun.
Pukul 10 pagi di rumah Nyonya Shania.“Kok Janeta belum datang juga? Tidak seperti biasanya ia terlambat.” Nyonya Shania mondar-mandir dari ruang tamu dan ke teras rumahnya. Berkali-kali ia melihat jam tangan yang bergelung manis di pergelangan tangannya. Waktu terus berjalan, namun Janeta yang ditunggu-tunggunya belum juga datang. Untuk kesekian kalinya ia coba menghubungi Janeta lewat ponselnya. Namun nada tidak aktif kembali menjawab panggilannya.“Tidak ada gunanya kamu menunggu tukang kebunmu itu. Dia tidak akan datang lagi selamanya.” Tiba-tiba suara Tuan Fidel menyeruak dalam kegelisahan Nyonya Shania. Ia menoleh tajam ke arah suaminya itu.“Apa maksudmu?” tanyanya dengan nada hambar.“Kalau saja Tuan Morat tidak melarang, sudah dari kemarin aku usir kau dari rumah ini.” dengus Nyonya Shania dalam hati.Tuan Fidel duduk di atas sofa. Di tangannya ia membawa sebuah cangkir
Read more
Bab 58. Berangkat ke Jakarta
Pagi hari di rumah Ratih.Ratih terlihat bersiap pergi. Ia memakai celana jeans dan sebuah jaket menutupi kaos yang dikenakannya di bagian atas tubuhnya.Kini beberapa potong pakaian ia masukkan ke dalam tas ransel yang sudah agak usang. Bu Asih sudah beberapa kali berusaha menghalangi niat Ratih untuk pergi ke Jakarta, namun nampaknya tekad Ratih sudah sangat bulat. Ia dan Cecep sudah sepakat mencari Fitri dan menemukan barang bukti berupa baju berdarah yang mereka yakini adalah barang bukti tunggal untuk membebaskan Janeta dan Nyonya Shania dari segala tuduhan.“Ratih..! Dengar Ibu Nak, jangan melibatkan diri kamu dengan persoalan yang sangat besar ini. Jika Salma tahu, kamu akan ditangkap dan dikurung mereka kembali. Kamu tahu bukan? Mereka tidak sendiri Ratih!” tutur Bu Asih sambil mengelus bahu anak gadisnya yang masih sibuk melipat beberapa pakaian yang akan dibawa ke Jakarta.Ratih lalu menoleh kepada Bu Asih. Ia tersenyum.“Ibu tida
Read more
Bab 59. Pengakuan Bu Asih.
Sepeninggal Ratih dan Cecep, Darna dan Bu Asih terdiam membisu duduk berjejer di bangku panjang yang terletak di bawah pohon jambu.“Maafkan aku Bu, aku tidak bisa mencegah Ratih untuk pergi.” ucap Darna lirih.Bu Asih menghela nafas panjang dan tertahan sejenak di dadanya.“Apakah Ibu harus menjelaskan semuanya kepada Ratih dan Cecep, Darna?”“Jangan Buu... Aku mohon jangan! Itu bukan keputusan terbaik!” Cepat-cepat Darna berseru membantah keinginan Bu Asih.“Tapi Darna....“Sudahlah Bu. Mungkin sudah jalannya seperti ini. Aku tidak mau Ibu menderita menghadapi masalah yang sangat besar ini. Selama ini Ibu sudah terlalu banyak menderita.” jawab Darna dengan suara pilu. Ditatapnya wajah Bu Asih yang tertunduk bimbang.“Neng Janeta orang yang sangat baik. Tidak sepantasnya ia menderita seperti ini.” Suara Bu Asih sangat lirih dan sudah bercampur dengan isak tangis.“Tapi Bu
Read more
Bab 60. Mengelabui Polisi.
Sementara itu Tuan Fidel dan Bik Imah sudah sampai di kantor polisi. Mereka diminta datang guna untuk memberikan keterangan atas insiden yang terjadi pada diri Nyonya Shania.Tuan Fidel menggendong Arkhas dan Bik Imah membimbing tangan Ricana. Mereka memasang wajah sesedih mungkin di hadapan petugas polisi yang menanyai mereka berdua. Keduanya duduk menghadap sebuah meja dan di seberang meja ada seorang petugas polisi dengan laptop terbuka.Pertama kali petugas itu menanyakan identitas Tuan Fidel dan Bik Imah. Setelah menginput data ke laptopnya, polisi tersebut masuk ke pertanyaan seputar kejadian tadi pagi.“Coba ceritakan apa yang terjadi pada diri Nyonya Shania tadi pagi!” perintahnya kepada Tuan Fidel terlebih dahulu.“Waktu itu saya sedang berada di kamar, tiba-tiba saya mendengar Bik Imah berteriak histeris dan saya berlari ke ruang tamu dan mendapatkan istri saya sudah tergeletak dengan mulut berbusa.” jawab Tuan Fidel dengan fasih
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status