All Chapters of Detektif Janeta : Memburu Pembunuh Madu Tua: Chapter 41 - Chapter 50
90 Chapters
Bab 41. Fitri Dan Ratih.
“Buat apa lagi kamu datang ke sini, Abbas? Aku sudah tidak mau berurusan denganmu.” Salma menyambut kedatangan Abbas di ruang tamu rumahnya dengan wajah masam. Laki-laki itu dua hari yang lalu sudah bertindak sangat kasar kepadanya.“Aku datang untuk menagih janjimu Salma.” ucap Abbas tenang. Ia melipat kedua tangan didadanya dan berjalan perlahan mendekati Salma yang berdiri di tengah ruang tamu rumahnya.“Janji apa lagi yang akan kamu tuntut kepadaku hah..??  Setelah dengan seenaknya kamu berlaku kasar kepadaku.” sahut Salma sambil mengelus pipinya yang ternyata mendapat tamparan tangan Abbas setelah dirinya diseret paksa dari ruang Tuan Fidel dua hari yang lalu.“Aku tidak akan pernah kasar kepadamu Salma, jika kamu tidak membohongi dan mengkhianati aku.” Abbas berhenti dan menatap Salma dengan pandangan setajam pisau.Salma mendengus dan tersenyum miring. Ia duduk di sofa dan juga melipat kedua tangannya di
Read more
Bab 42. Bertemu Ratih.
Siang itu Janeta telah berada di depan rumah Cecep. Setelah mendatangi rumah Fitri tapi gagal bertemu dengannya, akhirnya Janeta memutuskan untuk menyambangi rumah Cecep. Ia ingin mendengar hasil penyelidikan Cecep tentang desas-desus pelaku yang menghabisi nyawa Pak Warno.“Assalamualaikum!” Janeta memberi salam di depan rumah cecep yang pintunya terbuka.“Walaikumsalam...!” Bu Wati tergopoh-gopoh menyambut kedatangan Janeta.“Eh si Neng, mari masuk Neng!” sambut Bu Wati langsung mempersilahkan Janeta masuk ke rumahnya yang sederhana. Tidak lupa ia menghadiahkan senyum manis kepada Janeta yang sangat ia harap jadi menantunya itu.“Kang Cecep ada Bu?” tanya Janeta setelah duduk di atas tikar yang dibentangkan Bu Wati.“Cecep lagi pergi sama Darna temannya Neng.” sahut Bu Wati semakin girang hatinya.“Hm, sudah bisa dipastikan Neng ini juga suka sama Cecep. Buktinya ia datang lagi untuk me
Read more
Bab 43. Sesuatu yang hilang.
“Kemana mereka? Hah.. kabuuur..??”“Ratiiiiih.... Fitriiiii......!”Salma bagaikan tersengat arus listrik ribuan watt begitu nenyadari kamar tempat ia mengurung Ratih dan Fitri ternyata telah kosong.“Bagaimana mereka bisa lolos sedangkan jendela dan pintu semuanya terkunci?”Salma segera memeriksa kamar yang biasanya ia jadikan gudang. Di sanalah ia menyembunyikan Ratih lalu disusul fitri lebih dari seminggu yang lalu.Salma bertambah heran ketika memeriksa bagian pintu dan jendela tidak satu pun yang rusak. Ventilasi kamar mandi juga aman-aman saja. Lalu ia menengadah ke atas untuk memeriksa plafon kamar itu, juga tidak ada yang rusak.“Lalu bagaimana mereka bisa keluar? Apakah hantu Lusy atau si Warno yang datang menjelma kemudian membebaskan mereka berdua? Ooh... Tak mungkin. Itu hanya ada dalam cerita novel horor.” Salma berbicara sendiri keheranan.Salma makin penasaran dan juga makin panik. Ia
Read more
Bab 44. Makin dicurigai.
Di saat yang sama ketika Salma akan berangkat ke rumah Fitri, saat itu pula di halaman rumah Bu Asih, Janeta masih berdiri mematung. Ia bimbang apakah harus segera meninggalkan rumah Bu Asih atau menunggu dan mendengar cerita Ratih. Naluri Janeta berkata bahwa gadis itu banyak mengerahui rahasia Salma jika memang dirinya telah diculik Salma selama ini. Tapi Salma yang mana? Janeta semakin penasaran dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.Ratih yang ketakutan melihat kehadiran orang asing di rumahnya lari terbirit-birit menuju jalan raya. Ia terus berteriak histeris ‘pergiii... Pergiiii..!’.“Pergiiii...! Aku tidak mau diculik lagi... Pergiii...!” Ratih terus berlari membelah kebun kelapa milik Pak Warno yang cukup luas.“Ada apa Ratih...? Kamu kenapa..?” Ratih semakin berlari kencang ketika mendengar suara seorang lelaki bertanya kepadanya. Dirinya makin ketakutan karena menyangka ia sudah dikepung. Pengalaman pahit saat ia diculik anak buah Salma ketika akan pulang
Read more
Bab 45. Ratih Bercerita.
“Kang Cecep sepertinya benar-benar mencurigai aku. Kira-kira Darna ngomong apa ya, ke Kang Cecep?” hati Janeta bertanya-tanya. Cecep tidak juga mengalihkan pandangan darinya. Namun Janeta pura-pura tidak melihat itu. Dirinya fokus kepada Ratih dan ingin menggali keterangan dari gadis manis itu.Janeta berjalan perlahan mendekati Ratih yang masih bersembunyi dibalik tubuh Bu Asih. Di lemparkannya senyuman manis kepada gadis itu.“Ratih, bisakah kamu menceritakan dengan tenang apa yang terjadi padamu? Katakan pada Kakak siapa Salma yang kamu maksud? Kakak janji akan mencari orang itu dan memberikan hukuman kepadanya.” Ratih menatap Janeta ragu lalu beralih kepada Bu Asih. Bu Asih menggelengkan kepalanya perlahan seakan memberi isyarat agar Ratih tidak menceritakan apa pun. Dan tindakan Bu Asih terlihat oleh Cecep.“Biarkan Ratih menceritakan Bi, sebenarnya ada apa dan siapa yang mengurung telah Ratih.” Cecep langsung menimp
Read more
Bab 46. Terlambat Datang.
“Sial, Aku terlambat!” Janeta memaki dirinya sendiri begitu ia mendapati rumah Fitri sudah kosong. Dari mantan tetangga Fitri, Janeta mendapat keterangan yang sama seperti Salma.“Tadi ada gadis yang mencari Fitri?”“Iya Neng, dia datang dengan mengendarai mobil warna putih.” Seorang mantan tetangga Fitri menjelaskan. “Orangnya cantik dan rambutnya segini?” Janeta memperagakan rambut panjang sampai di bawah bahu.‘Iya betul Neng.” sahut salah seorang mantan tetangga Fitri.“Oh, Salma sudah lebih dahulu bergerak dari pada aku. Jangan sampai gadis jahat itu menemukan Fitri. Apalagi Tuan Fidel mau pun Tuan Tunio.” desah hati Janeta gelisah.“Aduh Fitri, kemana Kakak harus mencarimu, Dik! Kalian dalam bahaya besar.”Janeta berusaha memutar otaknya berupaya mengingat siapa orang yang bisa memberinya petunjuk tentang keberadaan Fitri.“Aku yakin pakaian b
Read more
Bab 47. Tiga Lembar Foto.
Pagi itu di desa tempat Ratih dan ibunya tinggal.Matahari bersinar cukup cerah. Bu Asih terlihat bersiap turun ke sawah, Ratih memilih membersihkan dan merapikan gubuk mereka. Sejak dirinya pergi hampir 4 bulan meninggalkan ibunya, gubuk itu sudah terlihat sangat berantakan.Namun baru saja dirinya akan memulai pekerjaan yang sudah ia rencanakan, tiba-tiba ia mendengar ibunya tengah berbincang dengan seseorang.“Ratih ada di dalam.” Begitulah ucapan Bu Asih yang sampai ke telinga Ratih.“Ibu ngomong sama siapa?” gumam Ratih penasaran lalu menyusul ke bagian depan rumah kecil milik mereka itu.“Oh Kang Darna?” gumam Ratih dengan wajah agak memerah.“Bagaimana keadaan kamu Ratih?” tanya pemuda yang ternyata bernama Darna itu langsung memandang ke arahnya.“Sehat Kang.” sahut Ratih lalu duduk sebuah bangku panjang yang ada di depan gubuknya. Bangku panjang tersebut berada di bawah pohon ja
Read more
Bab 48. Pertemuan Cecep Dengan Darna.
“Hari ini Neng gelis.. eh Neng Janeta nggak datang ke sini. Aduuh... Hatiku kok rasa gimanaaa gitu ya Allah... Dunia rasanya sepi tanpa penghuni..” Cecep mendesah resah. Berkali-kali ia memperbaiki posisi duduknya namun tak beranjak dari pelataran rumahnya itu.Dipandanginya langit yang berhiaskan bintang dan rembulan yang bersinar terang. Rindu dendam makin menyiksa hati.Bu Wati berkali-kali mengintip putranya dari ambang pintu yang terbuka. Beberapa kali pula ia menghela nafasnya.“Anakku benar-benar sedang jatuh cinta.” bisik hati Bu Wati tersenyum. Sudah lama ia tidak melihat Cecep seperti itu sejak kekasihnya pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Hati Cecep seperti terkunci dan kunci agaknya sudah berkarat dan mustahil untuk dibuka.Tapi akhir-akhir ini Cecep berubah seratus delapan puluh derajat. Ia jadi sering melamun dan terkadang senyum-senyum sendiri.Tak lama kemudian terdengar suara sepeda motor mendekat. Suara itu sema
Read more
Bab 49. Barang Bukti Terbuang.
Sementara itu Fitri di rumah kontrakannya yang baru.Fitri terlihat melamun di atas kasur busa tipis yang terbentang di kamarnya. Kamar yang tidak begitu luas itu adalah satu-satunya tempat untuk fitri dan ibunya serta Hasan adiknya beristirahat.Sedangkan Lina terlihat sibuk di dapur. Ia mempersiapkan kue-kue dan makanan yang akan dijajakan Fitri dan Hasan besok di terminal bus antar kota yang tidak begitu jauh dari rumah kontrakannya itu.“Fitrii...! Sini bantuin Ibu. Dari tadi kok melamun terus.” Lina berteriak dari dapur. Suaranya cukup keras sampai ke kamar tempat Fitri duduk sambil menopang dagu dengan wajah kusut.“Ya Bu!” sahut Fitri bermalasan menuju dapur.Lina mengangkat wajahnya memandang putrinya itu. Ia harus menengadah karena ia duduk di atas bangku kecil yang rendah sedangkan Fitri berdiri. Tangan Lina sibuk meramu adonan kue di dalam sebuah baskom plastik.“Ada Fit? Ibu perhatiin sejak pagi tadi kamu murung
Read more
Bab 50. Bayangan Nyonya Lusy
Tengah malam dini hari.Suara dengkur Fitri dan Hasan terdengar halus. Dada mereka naik turun mengikuti irama nafas yang keluar dari mulut dan hidung mereka.Lina tersentak bangun ketika ia bermimpi dengan Nyonya Lusy. Dalam mimpi ia melihat Nyonya Lusy bersimbah darah lalu seseorang yang telah memberikan beberapa lubang tikaman di tubuhnya terlihat berlari menjauh. Di sebuah tempat yang agak gelap, sosok yang tidak diketahui gendernya itu terlihat melepaskan pakaiannya yang berlumur darah lalu memasukkan ke dalam kantong kresek berwarna biru.“Ooh, mengapa aku seperti melihat pembunuhan Nyonya Lusy? Dan kantong kresek berwarna biru serta baju di dalamnyaa...Lina mengucek-ngucek kedua matanya hingga pandangannya menjadi jernih. Lampu bertenaga 5 watt yang menerangi kamar itu, cukup bagi Lina untuk melihat dengan jelas ke dua anaknya yang tertidur lelap.Fitri berada di samping kanannya dan Hasan di samping kirinya. Semenjak suami Lina meninggal dunia,
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status