Lahat ng Kabanata ng GADIS YANG TERJAMAH: Kabanata 11 - Kabanata 20
45 Kabanata
11. Hari Pertama Bersama Jessie
Marlina masuk ke dalam rumah itu, ternyata pria itu bertelanjang dada dan hanya menutup kemaluannya dengan sehelai handuk, dan membiarkan sebagian pahanya terekspos bebas. Roti sobek di dada pria itu tersusun indah, Marlina meneguk liurnya yang tersangkut di tenggorokan. “Liat apa?” bentak Jessie.“E-enggak. Maaf,” jawab Marlina takut. Jessie keluar dari kamarnya dengan selimut yang menutupi tubuh. “Tunggu sebentar, aku mau mandi dulu.” Pria yang membukakan pintu untuk Marlina mengikuti langkah Jessie ke kamar mandi.  Selama mereka mandi, Marlina melihat seluruh isi rumah Jessie. Kotor, bau dan pengap, puntung rokok berserakan di lantai. Beberapa botol dengan pipet juga tergeletak di lanta
Magbasa pa
12. Dipenjara
“Jangan bergerak, angkat tangan ke atas!” perintah seseorang dari belakang Marlina. Sebuah benda tumpul menusuk pinggangnya. Marlina kaget dan langsung mengangkat kedua tangannya. Tiba-tiba orang yang di belakang Marlina menekuk tangannya ke belakang lalu menjatuhkannya dalam posisi telungkup di tanah.“Ada apa ini?” pekik Marlina. “Diam!” perintah orang itu dengan berteriak. Beberapa orang keluar dari persembunyiannya. Pria yang mengaku sebagai Pak Toni membuka paket pemberian Marlina. “Target dikuasai!” ucap seseorang menggunakan walkie talkie.“Amankan!” jawab dari seberang.
Magbasa pa
13. Pesakitan di Rumah Jessie
Chris mendekat lalu menjambak rambut Marlina ke belakang hingga wajahnya mendongak ke atas. “Diam, tadi aku sudah membayarmu sepuluh juta. Jadi kamu sekarang harus membayarnya!”   “Jangan, tolong jangan sakiti aku. Aku gak punya uang sepuluh juta. Kembalikan saja aku ke dalam penjara.” Marlina menangis sambil memohon, peristiwa di sungai dekat kebun karet melintas dalam benak Marlina. Dia sangat takut jika peristiwa itu terulang lagi.   “Tidak semudah itu gadis bodoh!” Chris mengencangkan tarikan tangannya pada rambut Marlina. “Aduh, sakit. Ampun!” Marlina memegang rambut yang dijambak Chris. Chris melepaskan tangannya dengan mendorong Marlina ke lantai.   “Au,” teriak Marlina kesak
Magbasa pa
14. Belajar Berdiri Sendiri
“Jika kau mau mengikuti saranku. Aku yakin kamu bisa melunasi hutangmu dalam waktu seminggu saja!” ucap Tante Angel  sambil memilin rambut.“Aku mau, Tan. Bagaimana caranya?” kata Marlina penuh semangat.“Jangan hanya jadi kurir, waktunya kamu cari konsumen sendiri. Tapi ingat, jangan ambil langganan Jessie,” terang Tante Angel.“Bagaimana caranya? Aku gak banyak kenal orang.” Marlina agak pesimis.“Pacari orang-orang yang berduit, lalu pasarkan pada mereka,” kata Tante Angel.“Iya. Aku tau kalau yang itu. Masalahnya, bagaimana mendekati mereka?” tanya Marlina.“Besok aku akan mengajakmu bermain gol
Magbasa pa
15. Tinggal di Apartemen
Sebelum matahari tenggelam, Delon sudah sampai di rumah Tante Angel. Lyan menemui Delon dengan balutan dress bunga-bunga putih-pink yang panjangnya setengah betis dan tangan setengah bahu, sepatu high heels transparan di bagian atasnya dan sebuah tas kulit berwarna gelap. Rambutnya disanggul sehingga menunjukkan lehernya yang jenjang.  Lyan langsung duduk di samping Delon dan mengecup pipinya, “aku siap pergi bersamamu,” bisik Lyan di telinga Delon. Delon memacu roda besinya menuju apartemennya di kawasan elit. Marlina sungguh takjub dengan pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya. Selama ini dia hanya melihat kemewahan kota dari layar kaca, tapi kali ini dia menikmati keindahan tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Marlina baru pertama kalinya naik l
Magbasa pa
16. Delon dan Jasmine Ketagihan
PlakDelon memegang pipinya kanannya yang terasa panas.“Jangan kau ganggu perempuan polos itu!” hardik Jasmine pada Delon.“Sakit. Jangan marah dulu.” Delon menarik tangan Jasmine hingga Jasmine duduk di pangkuannya. “Kita sudah lama tak menikmati ini berdua,” bisik Delon di telinga Jasmine.“Iya, tapi Lyan anak baik-baik. Jangan kamu cekoki dia dengan barang haram itu!” ucap Jasmine marah.“Salahnya sendiri menyentuh barang-barangku,” kekeh Delon, lalu Delon memberikan alat hisap itu pada istrinya. Keduanya menikmati apa yang sebelumnya sudah disediakan Lyan. Ketika Jasmine sudah mulai meracau den
Magbasa pa
17. Mangsa Baru
“Oh. Jangan malu dengan profesimu selama pekerjaanmu halal.” Jonathan memamerkan deretan gigi putihnya.“Iya, terima kasih.” Lyan mengangkat wajahnya.“Kamu juga boleh bekerja di apartemenku sekarang,” bisik Jonathan sambil melirik isi dalam dada Lyan yang menyembul indah. Lyan melihat arah mata Jonathan, lalu dia menutup sebagian dadanya yang terekspos dengan tangan kanan.  “Kau mau mampir ke rumahku sekarang?” ajak Jonathan.Lyan menggeleng, “aku hanya diberi izin keluar rumah sampai dengan hari ini aja oleh orang tuaku.”Jonathan tersenyum. “Jarang lho anak jaman sekarang yang nurut sama
Magbasa pa
18. Tipu Daya Jonathan
“Satu juta lagi,” Lyan menadahkan tangannya dan merapatkan kakinya di perut Jonathan hingga pangkal kakinya penempel di paha Jonathan.“Apa?” Jonathan berdiri dan menghempaskan kaki Lyan dengan kasar.Lyan hampir terguling jatuh dari kasur, tapi kemudian Lyan bangkit lagi dengan menempelkan tubuhnya yang bugil pada tubuh Jonathan. “Dengar, lima ratus ribu untuk ini.” Lyan memegang tangan Jonathan lalu menempelkan tangannya pada pangkal pahanya. “Lima ratus ribu untuk itu,” Lyan menunjuk botol sisa hisapan Jonathan. “Dan lima ratus ribu lagi untuk kamar ini.”  “Ini pemerasan!” bentak Jonathan sambil mendorong tubuh Lyan menjauh darinya“Ini adalah nilai yang harus kamu bayar s
Magbasa pa
20. Pesta Bersama Tuan Tan
Apa yang akan dilakukan Tuan Tan pada Wisnu jika dia melihat asistennya terkapar di samping bong? Lyan gelisah sendiri dalam kamar. Dia tak bisa meninggalkan kamarnya saat Tuan Tan pergi. Malam semakin larut, Lyan tak bisa mengetahui apa yang terjadi pada Tuan Tan dan Wisnu. Lyan memutuskan untuk tidur tanpa menghiraukan urusan mereka. Hingga hampir tengah malam tak ada kabar dari Tuan Tan dan Wisnu, Lyan juga tak berani keluar dari kamarnya. Bagaimana jika Tuan Tan marah dan meninggalkannya di sini? Semakin pusing lagi jika dia diharuskan membayar reservasi dan akomodasi dalam villa ini. Ah, Lyan gila memikirkannya. Di tengah malam, pintu kamar Lyan diketuk. “Siapa?” teriak Lyan dari dalam.“Aku, Wisnu,” balas Wisnu dari balik pintu.
Magbasa pa
21. At VIP Room
“Apa maksudmu?” Marlina membulatkan mata. “Selagi pemilik kasur ini tidak tidur di sini, kita boleh kan menikmati kasur empuk ini!” Wisnu terlentang dengan kedua tangan menyangga kepalanya.   Lyan memandang Wisnu penuh emosi, “tega sekali kamu!” umpat Lyan. “Ayolah, buang segala egomu. Mari kita nikmati malam ini,” rayu Wisnu. “Aku juga ingin menikmati barangmu itu setelah kita ehem-ehem.” Wisnu tertawa.   “Kamu belum bayar, jadi tak ada yang gratis!” ucap Lyan ketus. “Kamu mau berapa?” tanya Wisnu dengan memamerkan isi dompetnya. “Kenapa kamu sangat perhitungan denganku? Kamu pikir apa tua bangka itu akan membayarmu tanpa campur tanganku?” “Apa mak
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status